Special Day
Cast : All Member BAP
Genre : Horor, Sad, Friendship, psycho
Lenght : Mini Series
Rating : G & T
Author : NS. Youzza (youzza_nisarr)
Disclaimer : Cast sepenuhnya milik dirinya, Tuhan, dan agensi. Cerita ini hanya fiktif belaka, mohon maaf jika ada kesamaan cerita. Author sepenuhnya hanya meminjam nama dan diri cast nya. Warning dalam kesalahan pengetikan dan EYD yang buruk.
When my special day turned into HELL ..
**
Aku berjalan menuju kalender yang tergantung didinding kamarku. Hari ini, tepat tanggal 06-Januari-2015 pukul 10:00 am. Aku melingkarkan tanggal 06-februari-2015, ya itu adalah tanggal kelahiranku. Satu bulan lagi aku akan merayakan hari kelahiranku yang ke 22 tahun. Aku mulai mempersiapkan diri untuk pergi kesekolah, seperti biasa aku memakan sarapan buatan ibuku, mencium pipinya, dan melajukan sepedaku menuju sekolah.
"Moon Jongup!" Baru saja aku hendak mengendarai sepedaku, terdengar seseorang memanggilku dari kejauhan, Jung Daehyun.
"Hai Hyung, selamat pagi." Sapaku padanya yang memang lebih tua 2 tahun dariku.
"Berangkat bersama?"
"Kajja!" Rumah kami memang bersebelahan, kami mulai mengendarai sepeda bersama.
-Di sekolah-
Aku berjalan bersama Daehyun dikoridor sekolah, seseorang dengan cepat merangkul ku dari sisi kiriku dan seseorang lagi merangkul Daehyun dari sisi kanannya. Choi Junhong dan Yoo Youngjae, kami bersahabat sejak bersekolah disini dan kami berada dikelas yang sama.
"Selamat pagi." Begitulah sapaan mereka terhadap kami.
"Hey, apa kau tahu akan ada murid baru dikelas kita?" Junhong berbicara sambil terus merangkul tubuhku yang lebih pendek darinya.
"Jinjja? Yeoja or namja?" Daehyun yang sepertinya mulai berharap bahwa murid baru dikelas kami adalah Yeoja.
"Ku dengar Namja, dia cucu dari Presiden negara ini." Jawaban yang Youngjae berikan sontak membuat aku dan Daehyun terkejut.
"Cucu dari presdir Korea? Bang Yongguk?" Aku mulai penasaran dengan pernyataan yang diberikan Youngjae.
"Ne, tepat sekali. Bang Yongguk, cucu dari Presiden Bang Yongnam akan belajar bersama kita dikelas yang sama."
"Jinjja?" Aku dan Daehyun kini benar-benar terkejut.
'Bagaimana bisa cucu dari Presiden itu, ah Bang Yongguk, bagaimana dia bisa bersekolah disini juga? Tak mungkin dia mengikutiku sampai sejauh ini bukan?' Muncul ribuan pertanyaan yang terngiang dibenakku dan itu membuat aku bergidik ketakutan.
"Jongup? Waeyo?" Daehyun yang sepertinya merasakan getaran yang dikeluarkan tubuhku mulai terlihat khawatir.
"Ah Gwaenchana." Kami terus melanjutkan perjalanan kami menuju kelas.
Sesampainya dikelas, aku duduk bersama Junhong dibelakang Daehyun dan Youngjae. Aku terus melamun dan berfikir didepan buku yang kupegang sedari tadi, aku tidak membaca buku itu dengan fokus karena fikiranku yang mulai kacau ini mengangguku. Dan aku sudah merasakan hal aneh akan terjadi padaku sejak hari ini saat Namja itu melangkah masuk kedalam kelasku. Aku terpaku saat melihat sosoknya yang berdiri disamping guru Kim sambil memperkenalkannya.
"Annyeong, naneun Bang Yongguk imnida, bangapta." Aku menatap nya dengan dalam dan saat tatapan kami bertemu, Yongguk tersenyum. Senyum itu, senyum yang selama ini aku hindari, dia menatapku sambil tersenyum sinis penuh arti padaku dan dengan cepat aku mengalihkan pandanganku.
Dia duduk tepat di kursi sebelah kursiku dengan Junhong. Sesekali aku memperhatikannya tetapi dia tetap fokus mendengarkan apa yang disampaikan guru Kim sedangkan aku tak sedikit pun mendengarkan guru Kim.
"Jongup, apa kau sakit?" Kini aku sedang berada dikantin bersama ketiga temanku.
"Ani." Fikiranku kini dipenuhi oleh orang itu.
"Moon Jongup, benarkan kau Moon Jongup? Apa kabarmu kawan?" Suara ini, aku bergidik mendengar suara yang sangat kukenali. Bang Yongguk kini berdiri dihadapanku, teman-teman ku menatapku dengan tatapan heran.
"Aahh, Hai Hyung." Suaraku bergetar dan mulai terbata-bata.
"Aku merindukanmu kawan, sudah berapa lama kita tak berjumpa sejak kejadian itu, boleh aku bergabung bersama kalian?" Tubuhku tak hentinya bergetar saat Yongguk memukul pelan bahuku dan duduk dihadapanku.
"Jadi kalian adalah teman lama?" Youngjae sepertinya mulai penasaran dengan hubunganku dan Yongguk. Yongguk terus bercerita bagaimana aku dan dia berteman saat kecil namun kejadian yang pahit itu tak diceritakan olehnya. Aku tak tahu apa maksudnya bersekolah disini, mengikutiku hingga sejauh ini.
"Jongup, apa kau sakit? Sepertinya tubuhmu terus bergetar." Yongguk terus mendesakku.
"Ani Hyung." Seketika aku tak mampu berkata apapun.
Author POV
Moon Jongup yang kini tak sama dengan Jongup sebelum bertemu teman lamanya kembali. Jongup pulang dengan cepat tanpa berkumpul terlebih dulu, saat tatapannya bertemu Yongguk tubuhnya mulai bergidik. Sejak saat itu pula, tidurnya selalu dihantui mimpi buruk.
"Neo! Apa yang kau lakukan terhadapnya?
"Ani Hyung, bukan aku yang melakukannya."
"Mengapa kau membunuhnya Moon Jongup!"
Jongup terbangun karena mimpi buruk yang dialaminya, tubuhnya dibasahi oleh keringatnya yang mengucur. Nafasnya terengah-engah, dengan cepat dia kedapur dan mengambil segelas air putih.
PRAKK
Gelas yang digenggamnya terjatuh kelantai dan pecah seketika, Jongup terkejut saat melihat bayangan yang sangat dikenalinya diluar jendela dapurnya.
"Hyung!" Sosok itu tak hilang, wajah yang pucat dengan darah dikepalanya dan dadanya menatap Jongup dengan tatapan penuh arti.
"Kau, kau sudah mati Hyung. Jangan muncul lagi dihadapanku!" Jongup berjongkok dibawah meja didapurnya sambil menutup mata dan telinganya.
"Jongup, ada apa?" Ibunya menghampiri Jongup yang berjongkok dibawah meja.
"Eomma." Dengan cepat Jongup bangun dan memeluk tubuh ibunya itu. Perlahan Jongup menceritakan apa yang terjadi barusan.
"Jinjja? Yongguk mengikutimu sejauh ini?"
"Ne eomma, apa yang harus kulakukan?" Jongup mulai merengek tak menentu.
"Kau harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Yongguk, kejadian 7 tahun yang lalu yang tak pernah terungkap."
Jongup kembali kekamarnya, memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Jongup bangkit dari tidurnya dan duduk disofa dikamarnya, mengambil sesuatu dari laci nya. Selembar foto tiga remaja yang saling merangkul.
"Arrgghh!" Seketika Jongup teriak saat sosok yang tadi dilihatnya didapur kini muncul kembali dikamarnya. Masih dengan wajah pucat dan darah yang mengalir dari dada dan kepalanya, sosok itu mulai melayang mendekati Jongup yang sudah tak mampu berkata apapun. Seketika kejadian 5 tahun lalu terlintas di fikiran Jongup.
Flashback
"Hyung, bantu aku. Aku diperempat jalan, aku dikejar beberapa orang. Aku tak tahu mereka siapa, cepatlah!" Jongup remaja sedang mengumpat dibalik tong sampah yang besar dan mengetik sebuah pesan untuk seseorang, Kim Himchan.
Jongup kemudian berlari saat seseorang dari orang-orang berbaju hitam itu menemukannya, sambil terus berdoa agar mendapat pertolongan.
Karena terlalu lelah Jongup akhirnya tertangkap, kemudian tidak sadarkan diri akibat obat bius yang diberikan oleh orang-orang itu. Kini Jongup berada disebuah ruangan gelap seperti gudang, dengan tangan dan kaki yang terikat disebuah kursi dan mata yang ditutup oleh kain. Saat Jongup tersadar, dia mampu mendengar percakapan orang-orang disekitarnya.
"Benarkah dia anak yang kita cari selama ini?"
"Ya, dia tinggal dipanti asuhan itu. Dan kita harus cepat menghabisinya." Jongup terkejut saat mendengar perkataan mereka. Orang-orang itu membuka penutup mata Jongup dan kini dia dihadapkan oleh seseorang. Setelah terjadi perbincangan antara orang itu, seseorang datang sambil membawa pistol ditangannya.
"Hyung!" Jongup langsung berteriak setelah melihat pria yang dia kenali, Kim Himchan.
"Siapa anak itu? Cepat habisi dia." Pertarungan mulai berlangsung. Kim Himchan adalah teman Jongup dipanti asuhan, dia memiliki bakat bela diri yang hebat. Entah mendapat pistol darimana dan kini dia terus menghajar semua orang dewasa dihadapannya, sementara orang yang tadinya berbincang dengan Jongup kini sudah pergi.
"Jongup, pergilah!" Himchan melemparkan pisau kearah Jongup untuk melepaskan tali yang mengikatnya. Susah payah Jongup menyayat tali tersebut dan akhirnya berhasil.
"Cepat pergi!" Himchan terus menyuruh Jongup untuk pergi, sedangkan Jongup tak bisa meninggalkan Himchan seorang diri. Jongup mencoba untuk membantu Himchan menggunakan pisau yang digenggamnya. Jongup kini didekap oleh salah satu dari mereka, dan pisau yang digenggamnya terlepas. Dengan cepat Himchan mencoba membantu Jongup, beberapa orang sudah berhasil dilumpuhkan hanya tinggal tiga orang. Wajah Himchan sudah berlumuran darah, pelipisnya mengeluarkan darah akibat pisau yang digunakan musuhnya. Anggota yang mendekap Jongup menodongkan pistol tepat di kepala Jongup.
"Jika kau berani melangkah, maka anak ini akan kubunuh dalam sekejap." Himchan menghentikan langkahnya.
"Lepaskan anak itu dan ayo kita bertarung satu lawan satu jika kau ingin bermain."
"Baik, taruhannya jika salah satu dari kita terjatuh lebih dulu dinyatakan kalah, dan anak ini akan menembakkan pistolnya kepada yang kalah, bagaimana?"
"Setuju."
Pertarungan dimulai, dan teman dari musuhnya itu bergantian mendekap Jongup. Himchan memukul kepala musuhnya, menendang kakinya, dibalas oleh musuhnya hingga Himchan hampir terjatuh. Himchan belom terjatuh dan memukul wajah musuhnya dengan ganas, tapi Himchan terjatuh dalam sekali banting oleh musuhnya. Himchan dinyatakan kalah, Jongup bergetar dan menangis. Himchan menatap Jongup penuh harap, Himchan berdiri dihadapan Jongup dengan wajah yang berlumuran darah.
"Ayo tembak temanmu sekarang!" Sang musuh berdiri dibelakang Himchan sambil menodongkan pistolnya juga. Jongup dipaksa menarik pelatuk pistol yang dipegangnya oleh anggota yang mendekapnya. Jongup terus menahan tangisnya, Himchan hanya mampu tersenyum dengan pasrah dan penuh harap.
"Hyung!"
"Lakukan Jongup, dengan begini kau akan bebas!"
Himchan menutup matanya dan Jongup juga melakukan hal yang sama."
DDUUAARRR
Himchan membuka matanya dan tersenyum terhadap Jongup. Mata Jongup terbelalak tak percaya dan pistol yang digenggam nya masih mengarah didepan Himchan.
"Aniiyaaa!" Seseorang berteriak dari belakang, dan langsung menembak musuh yang semula dibelakang Himchan. Musuh yang mendekap Jongup dengan cepat kabur dari tempat itu. Himchan sudah bersimpuh tak berdaya dengan darah didadanya. Jongup masih terpaku tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Neo! Apa yang kau lakukan terhadapnya?
"Ani Hyung, bukan aku yang melakukannya."
"Mengapa kau membunuhnya Moon Jongup!"
"Aa.. Aniya. Hyung percayalah bukan aku yang melakukannya."
"Neo! Aku akan membunuhmu setelah ini."
"Yongguk Hyung, aku tak mungkin melakukannya." Bang Yongguk remaja membawa tubuh Himchan yang sudah berlumuran darah masuk kedalam taksi dan membawanya kerumah sakit terdekat. Dan Jongup masih menangis didalam gudang itu dengan pistol yang ada dihadapannya.
Flashback end
"Hyung, apa yang harus kulakukan? Apa Yongguk akan membunuhku? Apa kau lihat siapa yang membunuhmu? Itu bukan aku." Makhluk astral itu masih menatap Jongup yang ketakutan, ya dia adalah hantu Kim Himchan. Hanya dalam beberapa detik makhluk itu menghilang dan berubah menjadi hembusan angin. Jongup menangis dengan menggenggam foto yang ada ditangannya, foto bersama Yongguk dan Himchan saat dipanti asuhan dulu.
Jongup POV
Singkatnya, aku adalah anak asuh dari keluargaku saat ini. Yongguk dan Himchan teman ku sejak kecil dipanti asuhan, aku masih belum bisa mengungkapkan apa yang terjadi sebenarnya kepada Yongguk. Karena setelah kejadian itu Yongguk tak pernah menegurku, setiap kali dia menatapku dia selalu berbisik bahwa dia akan membunuhku. Setelah kematian Himchan, aku terus merasa bersalah pada Himchan. Yongguk akhirnya ditemukan oleh keluarga aslinya, yang ternyata adalah cucu dari Presiden Korea saat ini. Saat Yongguk dibawa oleh keluarga aslinya, aku menatap tajam seseorang yang berada disamping Yongguk. Aku mengenalnya, jelas aku masih mengingat wajahnya dan Yongguk masih menatap ku dengan tatapan tajam waktu itu.
Tak lama kemudian aku diasuh oleh keluarga yang saat ini bersamaku, dan aku menceritakan apa yang pernah terjadi padaku kepada keluarga baruku. Mereka membawaku pergi jauh dari daerah asal panti asuhanku, dan berusaha melindungiku dari orang-orang yang dulu mengejarku. Dan kini aku harus bertemu teman lamaku yang tak pernah tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Hari terus berlalu, Yongguk semakin mendekatiku melalui teman-temanku. Semakin hari semakin dekat, kami selalu berlima.
'Mungkinkah Yongguk sudah melupakan masalalu itu? Apakah Yongguk benar-benar merindukanku?'
Aku ragu dengan sikapnya yang aneh belakangan ini, aku mencoba menghiraukan masalalu ku dengannya. Kuharap, pemberian maaf darinya adalah kado terindahku di tahun ini.
Author POV
"Hey, 2 minggu lagi Jongup akan merayakan ulang tahunnya bukan?"
"Kau masih ingat soal ulang tahunku Hyung?"
"Tentu, aku selalu ingat hari-hari penting dalam hidup kita." Yongguk merangkul erat tubuh Jongup yang mulai tersenyum tipis.
"Bagaimana jika kita berlibur, kebetulan sekali ini minggu terakhir sebelum liburan sekolah bukan?" Youngjae terlihat sangat bersemangat.
"Aku setuju!" Junhong juga sangat bersemangat.
"Bagaimana jika kita pergi ke villa tempat ku biasa menginap disana? Villa itu terletak digunung yang tak jauh dari Gwangji." Yongguk menyarankan mereka untuk berlibur di villa milik kakeknya.
"Setuju!" Daehyun, Youngjae, dan Junhong berteriak bersamaan. Lain hal dengan Jongup, seperti ada yang salah dengan perasaannya. Dia terdiam dan seperti mengingat sesuatu tentang tempat itu.
**
Mereka pergi menggunakan mobil yang sudah disediakan oleh Yongguk. Wajah Yongguk yang semula terlihat selalu menyeramkan dimata Jongup kini wajahnya terlihat begitu ceria saat bernyanyi bersama ketiga temannya didalam mobil. Jongup masih mencoba mengingat sesuatu. Sesampainya di villa milik Yongguk, Jongup mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Interior yang unik dan mewah, terlihat villa itu begitu terurus oleh sang pemilik. Ada sebuah keganjalan dihati Jongup, dia melihat sebuah foto keluarga yang tergantung diruangan utama villa itu. Keluarga Bang, Presiden, istri Presiden, Bang Yongguk dan pria disebelah kanan Yongguk, dia pasti adalah ayah dari Bang Yongguk, dan disebelah kiri Yongguk sudah pasti ibunya. Jongup bergidik saat berdiri dihadapan foto itu, seketika angin berhembus ditelinga Jongup. Dia berbalik dan melihat sosok Himchan lagi diluar jendela, Jongup melangkah mundur karena ketakutan dan dia menabrak Yongguk.
"Aaargh!"
"Ada apa Jongup?" Yongguk mencoba menenangkan Jongup.
"Aa.. Aniya Hyung." Jongup dengan cepat meninggalkan Yongguk yang masih kebingungan, namun saat Jongup sudah menjauh darinya, terulas senyum jahat diujung bibirnya.
"Hyung, apa kau masih mencoba melindunginya? Aku telah menunggu saat ini tiba, sudah cukup lama aku membiarkannya hidup tenang. Jadi jangan cegah aku lagi untuk menghabisinya." Yongguk yang ternyata dapat melihat keberadaan sosok Himchan diluar jendela sana berbicara seolah dia memang sedang berbicara dengan Himchan yang masih hidup. Sosok Himchan menghilang saat Yongguk mulai berjalan menuju teman-temannya.
"Hai Guys! Apa kalian tidak lapar? Ayo kita makan!" Yongguk menghampiri ke empat temannya dan mengajak mereka ke ruang makan, tanpa mereka sadari sebuah pisau tergenggam ditangan Yongguk dibelakang tubuhnya.
-To Be Continued-
FF ini berniat untuk merayakan ultah nya kesayangan aku Moon Jongup tapi karena satu dari lain hal ide ku memanjang jadinya bikin ber part :( mian kalo absurd, typo yang bertebaran. Dont be plagiat and please review :) gomawo
Gomawo chagi: *
BalasHapusYaampun -.- buat moon jongup bukan kamu ..
Hapus