10:00 PM
Bang Yongguk (BAP) || Song Jieun (Secret)
Other Cast
Mini Series || General
Crime, Family, Tragedy
NS. Youzza (youzza_nisarr)
Cover by Jumpinghimes
Produced by BFI Screen Art
Disclaimer : Cast sepenuhnya milik Tuhan, agensi dan dirinya sendiri. Author sepenuhnya hanya meminjam nama dan latar belakangan. Jika ada kesamaan dalam cerita itu hanyalah sebuah kebetulan karena FF ini murni dari pemikiran author dan partner.
Warning : Typo dan EYD yang bertebaran.
**
Summary ..
Kehidupan tak selalu indah namun tak selalu menyedihkan. Semua ada batas dan ukurannya, jika hari ini kau terpuruk percayalah bahwa esok akan ada kebahagiaan.
**
Aku berjalan gontai kearah kerumunan banyak orang, semua orang melihatku dengan tatapan jijik sekaligus aneh. Tak heran jika pandangan mereka seperti itu, dengan hanya memakai kaos putih yang sudah sangat kotor dan compang-camping aku terus berjalan menunduk kearah kerumunan banyak orang yang berlalu-lalang dihadapanku. Aku mengacak kasar rambut hitamku yang mulai gatal karena tak mandi beberapa hari ini. Aku mulai jengah berada diantara kerumunan ini, kuputuskan untuk berjalan kesudut jalan diujung sana. Wajah yang kotor, baju yang robek, tentu membuat diriku terlihat seperti gelandangan, ya memang itulah diriku saat ini. Aku tak punya keinginan untuk hidup layak setelah semua yang terjadi dalam hidupku. Aku duduk diujung jalan ini, dengan sebuah mangkuk kecil didepanku. Berharap mangkuk itu dapat menghasilkan banyak uang malam ini agar cukup untuk membeli makan dan shampo untuk rambutku yang mulai lengket. Uang koin dilemparkan seseorang yang berjalan dihadapanku, aku memungutnya dan memasukkan kedalam kantong celanaku yang kotor ini. Dunia ini tak adil bagiku, aku kehilangan orang tuaku serta adik perempuanku dalam sebuah kecelakaan hebat. Tak ingin mengingat masa laluku yang pahit namun bayangan mereka selalu menjadi mimpi buruk disetiap tidurku. Mengapa aku selamat dari kecelakaan itu? Apa semua harus aku tanggung sendiri? Karma yang ditinggalkan orang tuaku kini kujalani seorang diri. Sesekali ingin aku menghabisi diriku sendiri untuk menghindari penyiksaan ini, namun tak pernah berhasil.
Malam itu, aku pernah menusuk perutku sendiri dengan sebuah pisau. Sayangnya, ada seorang wanita yang memberikan pertolongan kepadaku. Dan aku marah besar terhadap wanita itu. Pernah sekali waktu itu, aku mencoba menggantung tubuhku didalam rumah atapku. Bodohnya, kayu yang kujadikan untuk menggantungku tak kuat menahan tubuhku. Dan aku hanya merasakan sesak didadaku. Semua yang lakukan sia-sia.
Jam sudah menunjukkan tepat tengah malam, udara semakin dingin menembus kaos putihku yang robek. Aku sudah biasa dengan udara ini, dingin ini tak menyakitkan dibandingkan hidupku yang pahit. Uang yang terkumpul dimangkuk ku hanya sedikit, namun setidaknya mampu untuk membeli makan malam ini. Dan dugaanku tepat sekali, kedua pria bertubuh besar menghampiriku dengan jalannya yang tengil.
"Berikan jatahmu!" Salah satu dari pria itu mendorong tubuhku hingga terjatuh. Mereka bisa disebut preman yang meminta-minta kepada gelandangan seperti diriku. Setiap hari aku harus memberikan sebagian dari penghasilanku kepada mereka. Aku tak membalas perbuatan mereka karena satu dari lain hal yang terjadi.
"Ambillah." Kulemparkan beberapa won dihadapan pria yang satunya. Mereka kesal dengan tingkahku yang menurut mereka sudah keterlaluan.
"Beraninya kau!" Salah satu dari mereka mencengkeram leherku. Pukulannya tepat bersandar dipipi kananku, darah mulai mengucur dari bibirku. Nafasku mulai terengah-engah, pukulan yang biasa kuterima ini bukanlah hal yang menyakitkan.
"Hentikan! Jangan kau buat dia mati kawan, dia termasuk penghasilan untuk kita." Tubuhku dilempar oleh manusia itu hingga menyentuh tembok.
"Jika lain kali kau melakukan hal konyol seperti tadi, akan kubunuh kau dalam satu pukulan, mengerti?!" Aku hanya tersenyum miris dan menatapnya dengan amarah saat mereka meninggalkanku.
Tubuhku gontai karena cekikkan yang dibuat preman tadi, aku berjalan digelapnya malam yang sunyi. Sesampainya dirumah, bisa dibilang tempat ini tak layak disebut rumah. Melihat bagaimana berantakkan nya tempat ini, seperti sarang tikus yang berada diloteng rumah. Aku mengobati sedikit luka yang ada diujung bibirku, menatap tajam wajahku didalam kaca retak yang menggantuk didinding tempat ini.
"Bodoh, seharusnya orang tadi membunuhku saja. Jika dia berhasil membunuhku, aku akan mendoakannya agar masuk surga karena telah membunuhku karena selama ini aku tak berhasil membunuh diriku sendiri."
Aku kembali ketempat yang biasa kutiduri setiap hari, tidak bisa dibilang ranjang karena hanya berlapiskan kain tipis dan beberapa koran bekas sebagai alasnya. Dingin, kota Seoul ini begitu dingin. Kekebalan tubuhku seperti beruang kutub yang tinggal di Es.
Author POV
Cahaya mentari masuk kedalam sebuah tempat kumuh, memperlihatkan jelas bagaimana tempat itu. Kotor, berdebu, berantakan, tak banyak barang yang berguna ditempat itu. Banyak sekali koran bekas, kaleng bekas makanan, kain kotor, sebuah kayu yang terlihat seperti lemari namun tak bisa disebut lemari karena hanya kayu bekas yang sudah rapuh. Bang Yongguk, seorang pria yang tak mempunyai niat untuk melanjutkan hidupnya itu tertidur disebuah tempat dengan beralaskan koran bekas diruangan itu, dia mulai menggeliat saat cahaya matahari menembus jendela dari ruangan itu. Yongguk membuka matanya, dan mulai bangkit dari tidurnya. Dengan kaos putih bercorak coklat karena kotoran, dia keluar dari tempat kumuh itu. Berjalan gontai tak menentu, perutnya lapar dan dia mulai mencari makanan.
Dia memakan makanan sisa dari sebuah restoran, atau terkadang mengambil sisa roti dari sebuah toko roti. Tak peduli bagaimana orang menatap jijik dirinya, dia tak ingin hidup namun dia tak ingin mati kelaparan.
Hari yang panjang untuk seorang gelandangan seperti Bang Yongguk. Hidupnya tak berarti setelah semua kejadian yang dialaminya beberapa tahun yang lalu saat semua keluarganya tewas dalam kecelakaan hebat dan dia selamat dari kecelakaan itu. Dia tahu apa penyebab kejadian tersebut itulah sebabnya mengapa hidupnya tak berarti saat ini. Yongguk duduk dipinggir jalan, melihat kendaraan yang berlalu-lalang dihadapannya.
"Hey, bagaimana kabarmu?" Seorang gelandangan menghampirinya.
"Selalu seperti ini." Gelandangan itu tak pernah dekat dengan Yongguk namun selalu mendekati Yongguk setiap kali bertemu. Yongguk yang acuh selalu tidak mempedulikan keberadaan gelandangan itu.
"Kulihat semalam kau dipukuli lagi oleh orang-orang itu."
"Ne."
"Apa kau tidak terluka? Sepertinya lukanya hanya sedikit Ne?"
"Ne."
"Apa yang kau lakukan hingga mereka memukulmu?"
"Bukan apa-apa."
"Benarkah? Tapi bukankah-"
"Berhenti mengganguku dan pergilah!" Dalam sekejap gelandangan tersebut diam dan tak berbicara lagi. Yongguk bangun dari kediamannya dan berjalan menuju tempat biasa dia mengumpulkan uang.
"Apa lagi yang harus kulakukan? Bahkan aku tak sedikit pun mempunyai niat untuk hidup layak, lalu sekarang aku harus melakukan apa lagi?" Yongguk berjalan gontai dan hari mulai gelap. Yongguk mulai mengumpulkan beberapa koin lagi malam ini, setiap hari hanya itulah yang dilakukannya. Perasaannya mulai aneh, hari ini dia tidak sampai tengah malam mengumpulkan koin.
Dia mulai berjalan gontai lagi menuju rumah atapnya, jalanan mulai gelap karena toko-toko sudah mulai tutup. Namun ada satu toko yang ruangannya masih menyala, toko bertuliskan Studio Tatto Art. Yongguk mencoba melihat jam yang berada didalam toko tersebut.Yongguk terus mencoba melihat jam tersebut, 09:45 PM. Tiba-tiba saja pemilik toko tersebut keluar dan berhasil membuat Yongguk terkejut.
"Neo! Masuklah! Aku akan membuat seni ditubuhmu itu."
"Aniya." Yongguk mengabaikan ucapan sang pemilik toko yang memiliki badan besar dan berotot itu.
"Masuklah cepat!" Sang pemilik toko itu ternyata seorang tattoist, pembuat tatto.
"Tidak, aku ingin pulang Ahjumma."
"Kau ini, ayo masuk." Kini tattoist itu menarik lengan Yongguk.
"Hentikan! Jangan tarik tanganku yang mungil ini. Lepaskan."
"Ayo masuk!" Mereka kemudian saling tarik menarik, sang tattoist terus menarik lengan Yongguk, sedangkan Yongguk berpegangan pada sebuah lampu jalan dihadapannya agar tidak dipaksa masuk.
"Yaakk Neo! Bahkan badanmu saja kurus, apa kau tidak mau terlihat lebih seram? Akan kubuatkan tatto ditubuhmu yang kurus itu. Apa kau tidak lelah karena terus ditindas oleh gelandangan lain? Bahkan derajatmu saja sama seperti mereka. Pecundang!"
"Mwo? Kau sebut aku apa?" Yongguk melepaskan pegangannya pada lampu jalan itu dan mulai meletakkan lengannya dipinggangnya.
"PE-CUN-DANG." Terlihat bahwa ini hanyalah trik sang tattoist agar tubuh Yongguk bisa di tatto dengan mudah.
"Lalu apa tatto mu dapat merubah hidupku?"
"Jika kau dapat menggunakannya dengan baik." Yongguk akhirnya berjalan memasuki studio tersebut dengan wajahnya yang ragu, malu ditambah bingung. Sang tattoist tersenyum gembira. Namun Yongguk langsung berbalk hendak keluar dari studio tersebut, sang tattoist dengan cepat merentangkan tangannya agar Yongguk tak lari dari studionya.
"Waeyo? Jika kau sudah masuk ke studioku, kau takkan bisa keluar sebelum ditatto."
"Tapi, aku tidak punya uang." Yongguk menunduk malu dihadapan sang tattoist.
"Apa kau fikir aku akan meminta uang dari gelandangan seperti mu? Hey, bahkan kau saja memakan ramen bekas." Sang tattoist mendorong tubuh Yongguk agar cepat masuk.
Suasana di studio itu begitu hening, tertempel berbagai lukisan dan foto-foto artist disana. Tiba-tiba angin berhembus ditelinga Yongguk membuat dirinya bergidik, sementara sang tattoist sedang mempersiapkan alat-alat untuk mentatto, seperti jarum, tinta dan semacamnya.
"Apakah ini studio sekaligus rumahmu?"
"Ne."
"Apa kau tinggal disini sendirian?"
"Apa kau ingin tinggal bersamaku?" Ucapan sang tattoist seakan meledek Yongguk yang seketika melihat foto seorang gadis yang tertempel didinding studio itu.
"Dia gadis yang kukenal, dia sangat baik. Aah, andai aku masih muda, apa kau menyukainya?" lanjutnya.
"Ya, dia sepertinya gadis yang baik." Yongguk tersenyum tipis sembari memandang foto itu.
"Yaak! Bahkan kau tak mengenalnya tapi berani mengatakan hal semacam itu, dia takkan aman jika bersamamu."
"Mwo?"
"Ceoat buka bajumu! Aku ingin membuat tatto ditubuh kurusmu itu. Jangan banyak alasan, aku memberikanmu gratis."
Jam menunjukkan pukul 10:00 pm, sang tattoist mulai menunjukkan seni nya pada tubuh Yongguk. Suasana begitu hening, tattoist itu sangat fokus membuat tatto bahkan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Waktu mulai berlalu, Yongguk melihat jam yang berada didinding, jam masih menunjukkan pukul 10:00 pm.
"Ahjussi, apa jam itu masih menyala? Atau battery nya habis? Mengapa masih menunjukkan pukul 10:00 pm?" Yongguk mulai kebingungan. Tattoist hanya tersenyum tipis, Yongguk mulai mengantuk dan pada akhirnya dia terlelap.
**
Mentari pagi bersinar membuat mata Bang Yongguk silau.
"Ini sedikit berbahaya, semoga kau selamat. Kekekeke~" Bang Yongguk dengan cepat bangun dari mimpi buruknya. Kaos abu-abu yang digunakannya basah akibat keringat yang dikeluarkannya. Nafas nya terengah-engah seperti habis lari maraton. Beberapa menit kemudia dia sudah mampu mengatur nafasnya kembali normal.
"Apa? Sejak kapan aku berada dirumah. Seingatku semalam aku masih di studio itu."
Yongguk dengan cepat bangkit dari tempat tidurnya lalu bergegas mandi dan membersihkan badannya. Dengan cepat Yongguk mengeluarkan sampo dan sabun yang ternyata memang tersimpan disebuah kotak. Dia benar-benar membersihkan tubuhnya, tak pernah sekalipun dia melakukan hal ini sebelumnya. Setelah Yongguk selesai mandi, dia menggunakan kaos yang layak pakai. Kaos putih dengan celana pendek hitam yang warnanya agak sedikit pudar, sebenarnya dia memiliki baju dan barang-barang yang cukup layak pakai namun karena perasaannya yang suram akibat kecelakaan itu alhasil dia menyimpan semuanya didalam sebuah kotak. Dia mengeluarkan foto keluarganya, menatapnya dengan sedikit sendu. Yongguk mulai mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan itu, berdebu dan sangat kotor. Tanpa ragu Yongguk langsung membersihkan ruangan itu, membuang sampah, merapihkan letak barang-barang, membuang yang sudah tak terpakai. Yongguk mulai merenovasi rumahnya sendiri, membenarkan atapnya yang bocor, merekatkan jendela dan pintu yang mulai goyah. Waktu terus berlalu hingga malam pun tiba.
"Tak terasa sudah malam saja, ah aku lapar." Yongguk mulai membuat mie ramen seperti biasanya. Tiba-tiba terlintas bayangan saat semalam dia di studio tatto. Dengan cepat dia melempar sumpit yang digenggamnya, dan langsung membuka bajunya saat dihadapan cermin yang kotor dan sedikit retak.
"Ternyata bukan mimpi, tatto ini benar ada." Yongguk terpaku saat menatap tatto yang berada di dadanya. Tatto yang cukup besar dan terlihat sangat kuat. Perlahan dia menyentuh tatto yang berada di dadanya, perasaan aneh mulai muncul dibenaknya.
**
Hari telah berganti, Yongguk meniatkan dirinya untuk mencoba hidup layak sekarang. Dia mencoba melamar kerja dimini market tempat biasa dia memungut makanan sisa disana. Hari yang cerah menemani Yongguk berjalan menuju mini market itu, dengan pakaian yang layak dan sangat sederhana, dia berjalan dengan gagah.
"Kau diterima, besok mulailah bekerja. Datang tepat waktu, jangan sampai telat." Betapa bahagianya Yongguk saat diterima bekerja di mini market itu, padahal waktu dulu dia pernah beberapa kali melamar di mini market itu namun tak pernah diterima.
"Tatto ini ajaib, dia memberikanku keberuntungan." Yongguk tersenyum sambil menyentuh dadanya.
-Keesokan harinya-
Yongguk berangkat ke mini market itu saat matahari terbit, karena dia harus membuka mini market itu. Yongguk sudah mencukur rambutnya yang panjang dan bau itu, kini wajahnya terlihat sangat tampan dengan potongan seperti itu. Yongguk bekerja sebagai pembersih toko di mini market tersebut, sebelum toko itu buka Yongguk harus sudah membersihkan toko itu.
-Di toko-
Yongguk terpaku ditempatnya saat ada seorang gadis cantik menyapa sang pemilik toko dengan ramah. Dengan mata melotot dan mulut yang sedikit terbuka, dia terus memandang gadis dengan boneka tiger yang digenggamnya. Sang pemilik memyadari bahwa Yongguk sedang melamun memandang pegawai nya yang cantik itu. Sang pemilik toko hanya menggeleng kan kepalanya sambil berdecak melewati Yongguk.
Sang gadis merasa diperhatikan oleh pegawai baru itu, akhirnya dia menyapanya dan tersenyum dengan ramah. Yongguk terkejut dan terbangun dari lamunannya, kemudian dia membalas sapaan sang gadis itu dengan senyum yang seadanya.
Hari kedua dimulai, Yongguk bekerja merangkap di toko tersebut. Karena pegawai disana hanya ada Yongguk dan sang gadis, akhirnya saat pagi hingga sore dia bekerja sebagai pembersih toko, dan saat malam tiba Yongguk menggantikan posisi sang gadis yang ternyata adalah seorang kasir di toko tersebut. Karena gadis itu pulang pada jam 5 sore makanya Yongguk yang menggantikannya. Yongguk mulai membuka pembicaraan kepada sang gadis karena dia baru bekerja pertama kali.
"Jadi jika toko sudah tutup aku harus melakukan apa?" Yongguk yang kini berada dimeja kasir sedang mencoba meminta bantuan.
"Kau harus mengecek apakah semuanya balance atau tidak, membuat laporan penutup setiap kita tutup toko. Kunci kau taruh saja di laci sebelah sini, jangan lupa kau harus mengunci tempat penyimpanan uang itu dengan rapat."
"Hmm, disini?" Yongguk menunjukkan laci yang diberitahu oleh sang gadi hanya untuk memastikan.
"Ne, dimana rumahmu?"
"Mwo?"
"Ternyata kau masih ingin hidup layak." Sang gadis berbicara sambil merapihkan uang dihadapannya.
"Mwo? Apa maksudmu?"
"Namaku Song Jieun senang berkenalan denganmu." Jieun mengulurkan tangannya sementara Yongguk sedikit terkejut dengan senyuman ramah yang dilemparkan Jieun. Hari sudah malam dan Yongguk menutup toko itu, diperjalanan pulang dia melihat seorang gelandangan sedang diserang oleh tiga gelandangan lain yang biasa meminta jatahnya. Yongguk menyadari hal tersebut, karena ketiga pria itu adalah gelandangan yang waktu dulu pernah membuatnya terluka. Saat salah satu gelandangan itu ingin memukul sang gelandangan lain, Yongguk dengan cepat dan berani langsung menahan tangannya.
"Hey Neo! Beraninya kau!" Sang gelandangan itu langsung melemparkan tinjunya namun Yongguk lebih dulu memukuli sang gelandangan itu. Yongguk terus memukulinya tanpa ampun, terus dan terus tanpa jeda. Sang gelandangan itu wajahnya penuh darah, mulutnya sudah mengeluarkan darah begitu banyak akibat pukulan yang Yongguk lemparkan. Setelah hatinya merasa puas, Yongguk menendang si gelandangan itu lalu pergi dengan darah yang berlumuran ditangannya. Menatap gelandangan lainnya dengan dingin dan tajam.
Yongguk membersihkan darah ditangannya dengan kaos yang melekat ditubuhnya, dia melihat jam di tangannya, jam menunjukkan pukul 10:01 pm. Setelah beberapa langkah tiba-tiba dia berhenti karena mendengar seseorang menangis, ternyata dia adalah teman sang gelandangan yang dipukulin Yongguk.
"Bagaimana ini? Mengapa dia bisa terbunuh? Mengapa orang itu bisa membunuhnya dalam sekejap." Yongguk terkejut dengan perkataan gelandangan itu. Dengan tubuh yang gemetar Yongguk mulai berlari ketakutan meninggalkan mereka. Dan ada sepasang mata yang terus memperhatikan Yongguk dari dalam sebuah mobil hitam didekat jalan itu.
Yongguk berbaring dilantai rumahnya, keringatnya masih mengucur dan nafasnya masih terengah-engah.
"Bagaimana bisa aku membunuh gelandangan itu dalam sekejap." Yongguk terus menatap langit-langit rumahnya itu sambil membayangkan bagaimana wajah sang gelandangan itu saat dipukuli oleh Yongguk. Dia mulai bergidik ketakutan.
**
Hari terus berlalu, Yongguk masih diliputi ketakutan yang mendalam. Saat Yongguk pulang bekerja, Yongguk merasa selalu ada yang mengikutinya. Dan kecurigaan Yongguk pun terbukti. Yongguk ditarik beberapa pria berpakaian serba hitam dengan kacamata dan masker yang menutupi wajahnya, Yongguk dibawa kesebuah tempat dengan mata tertutup dan tangan yang terikat. Sampai disuatu tempat Yongguk duduk disebuah ruangan yang lumayan bagus dengan interior yang mewah. Penutup mata Yongfuk telah dilepas dan kini dia dihadapkan oleh seseorang berpakaian rapih, dengan jas hitam.
"Lepaskan ikatannya." Seseorang melepaskan ikatannya.
"Siapa kalian?" Yongguk menatap dingin seseorang dihadapannya tanpa takut. Yongguk melirik jam diruangan itu, tepat pukul 10:00 pm.
"Selamat datang dikeluarga baru mu Bang Yongguk."
"Siapa kau?"
"Namaku Cha Seungwon, kau bisa memanggilku tuan Cha. Aku ketua disini."
"Apa yang kalian inginkan?" Yongguk duduk dengan santainya dan wajahnya yang datar.
"Aku punya sebuah penawaran untukmu."
"Apa maksudmu?"
"Aku tahu, hidupmu banyak menderita belakangan ini. Kau pasti memiliki dendam dihidupmu bukan? Kau harus bekerja denganku, kau akan dilatih sebagai pembunuh. Jika kau bersedia, kau bisa membalas semua dendam mu, dan bisa menikmati hidup yang layak. Bayarannya tentu sangat mahal untuk menjadi seorang pembunuh, bagaimana?"
"Hmm begitu?" Yongguk terus menatap pria itu dengan tatapan yang dingin.
"Bagaimana? Apakah kau setuju menerima tawaranku?" Yongguk masih terdiam dan pria itu terus menatap Yongguk dengan penuh harap.
-To Be Continue-
Anyyeong chingudeul,, ini FF selanjutnya yang masih absurd bersama partner ku sang Jumpinghimes. Maaf untuk typo yang bertebaran, kritik dan saran diperlukan .. gomawo D:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar