Jumat, 09 Januari 2015

HURT II


HURT
Kim Yoo Jung || Yoo Youngjae (BAP)
Shin Jimin (AOA) 
G&T 
Mini Series || Sad, Romance, Hurt
NS. Youzza || Jumpinghimes
Part 2


**
Dingin, itulah yang kurasakan saat ini. Hawa dingin yang menyengat hingga tulang rusukku begitu menyakitkan, tetesan air mata jatuh bersamaan derasnya air hujan sore ini. Aku masih mengingat jelas wajah pria itu kemarin sore, kebahagiaan yang terpancar diwajah tampan itu terlihat begitu jelas menggandeng seorang wanita cantik yang berada disisinya. Aku berjalan sepulang dari tempat ku melamar kerja, ya aku mulai mencari pekerjaan untuk menyibukkan diriku. Sore ini hujan turun begitu derasnya, tak peduli tubuhku kini basah kuyup. Aku terus berjalan menuju rumahku.
Perasaanku masih hancur jika mengingat bagaimana pria bernama Yoo Youngjae itu menghilang tiba-tiba dan datang dengan cara seperti itu. Tubuhku mulai menggigil akibat kehujanan, kakiku mulai lemas dan aku terjatuh.


Tunggu, apa ini? Sebuah payung biru tiba-tiba berhenti tepat dikepalaku. Kulihat ada seseorang yang sengaja mengadahkan payung itu, pandanganku mulai kabur. Kukerjapkan beberapa kali mataku.

"Yoo Youngjae!" Ya, dengan cepat aku berusaha untuk bangkit.

"Apa yang kau lakukan ditengah derasnya hujan seperti ini? Akan kuantar kau pulang." Genggaman tangannya yang hangat mulai menjalar keseluruh aliran darahku.

"Lepaskan!" Aku melempar dengan keras genggaman tangan itu.

"Waeyo? Ada apa Yoo Jung?" Terlihat wajah Youngjae yang kebingungan. Apa dia tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini, ada apa dengannya?

"Kau! Apa yang kau lakukan sekarang? Kau menghilang? Lalu kau datang kehadapanku dengan wanita lain? Kau anggap aku ini apa Youngjae?" Aku mulai membentaknya, namun air mataku tak mampu kubendung lagi.

"Akan kujelaskan nanti, sekarang ayo masuk kedalam mobil. Kau akan sakit jika terus kehujanan seperti ini Yoo Jung. Ku mohon!"

"Kau benar-benar seperti orang yang tidak punya dosa hah? Aku menunggumu, aku mengharapkanmu kembali, tapi tidak dengan cara seperti ini. Siapa wanita itu?"

"Yoo Jung! Dengarkan aku! Akan kujelaskan nanti, jeball!" Tangannya mulai menarik lenganku.

"TIDAK! AKU TIDAK MAU BERTEMU DENGANMU LAGI. PERGILAH!!" Aku membentak nya dengan keras. Baru saja aku melangkahkan kakiku untuk pergi, pelukan hangat mulai merasuki tubuhku. Youngjae, dia memelukku.

Tangan kanannya merangkul leherku, kepalanya diletakkan dibahu kiriku, dan lengan kirinya tetap memegang payung biru itu.

"Jeball, jeongmal mianhae. Aku tahu ini kesalahanku, ku mohon Yoo Jung. Ayo kita pulang, aku berjanji akan menjelaskannya setelah ini." Bisikannya, aku luluh dengan semua kata-katanya dan pelukannya yang nyaman.


Hatiku masih menangis walau mataku kini sudah tak lagi mengeluarkan air mata. Youngjae terus mengendarai mobilnya dengan fokus, meski sesekali aku menyadari bahwa dia melirik ke arahku. Tak ada obrolan yang kami lakukan, aku hanya diam sambil menatap keluar jendela mobil, tubuhku mulai menggigil.

"Yoo Jung, gwanchana?" Aku hanya mengangguk tak menjawab. Aku mendengar Youngjae menghela nafasnya.


"Terima kasih." Sebelum aku membuka pintu mobilnya, Youngjae menggenggam erat tanganku.

"Tidurlah dengan nyenyak, akan kujelaskan besok pagi. Selamat malam." Kecupan ringan dia lemparkan di kening ku. Aku terkejut tak menyangka.

Dikamar.
Aku berdiri didepan cermin dihadapanku, begitu banyak pertanyaan yang muncul dibenakku. Apa sebenarnya yang ingin Youngjae lakukan terhadapku? Dia mempermainkan perasaanku. Dia bangkitkan jiwaku lalu dijatuhkan begitu keras, kini dia melayangkan perasaan ku kembali. Tuhan, aku hanya ingin dia berada disisiku dengan kejelasan, bukan seperti ini.

Kisahku masih terus berlanjut tanpa kejelasan yang pasti, hingga saat ini aku belum tahu siapa gadis itu. Gadis cantik yang kulihat bersama Youngjae saat ditaman, hari-hari ku penuh dengan kesedihan, walau begitu aku akan terus berusaha mendapatkan Youngjae.

Pagi ini, aku mendapat telepon dari sebuah perusahaan tempat ku melamar kerja. Syukurlah aku diterima diperusahaan tersebut, dan mulai besok aku sudah melakukan kegiatan. Aku masih menunggu Youngjae menjelaskan semuanya, dia bilang pagi ini dia akan menemuiku. Namun hingga siang hari aku tetap tidak mendapat telepon darinya, kuputuskan untuk pergi kerumah temanku untuk menghilangkan kejenuhan ini.

-Dirumah temanku-

"Benarkah? Jadi apa itu adalah kekasih Youngjae?" Begitu tanggapan temanku saat aku menceritakan kisahku tentang Youngjae.

"Entahlah, kufikir juga begitu."

"Lalu, apa yang akan kau lakukan Yoo Jung jika wanita itu benar kekasih Youngjae?"

"Ada dua pilihan yang akan kulakukan, semoga itu berhasil."

Tiba-tiba saja Youngjae menghubungiku.

"Yeoboseyo, dimana kau Yoo Jung?"

"Aku dirumah temanku."

"Kirim alamat temanmu lewat sms. Akan kujemput kau sekarang."

"Baiklah."

Satu jam kemudian, kini aku sudah berada didalam mobil Youngjae. Kulihat dia masih terlihat mempesona dimataku, meski dia sudah mempermainkan perasaanku.

"Bagaimana kabarmu Yoo Jung?" Pertanyaannya seolah tidak terjadi sesuatu diantara kami. Kini aku dan Youngjae sedang duduk disebuah kedai coffee, senyuman Youngjae yang membuatku tiba-tiba melupakan masalah perasaanku.

"Aku.. gwaenchana. Bagaimana denganmu?"

"Tentu aku baik, Yoo Jung aku minta maaf atas kehilanganku yang tiba-tiba." Tangan Youngjae kini mulai menggenggam tanganku.

"Jadi jelaskan padaku apa yang kau lakukan?"

"Aku pergi keluar Seoul."

"Untuk apa?"

"Menjemput gadis yang kau lihat tempo hari."

'Jleb' seperti itulah perasaan ku saat ini.

"Dia, dia adalah tunanganku. Sebelum aku bertemu denganmu dia hanyalah kekasihku, dia belajar diluar Seoul, dan kini dia sudah lulus dan kembali ke Seoul. Maaf aku tidak memberitahumu sebelumnya."

Aku mulai melepaskan genggaman tangan Youngjae, perasaanku begitu sakit.

"Yoo Jung, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menjadikan mu sebuah pelarian semata. Tapi aku benar mencintaimu, hanya saja aku belum siap untuk kehilangan wanita itu. Namanya Shin Jimin, aku ingin bersamamu, menghabiskan waktuku bersamamu namun aku tak bisa memutuskan hubunganku dengan Jimin. Jeongmal mianhae."

Bodoh, aku berfikir diriku begitu bodoh. Air mataku tiba-tiba saja menetes, segera kuhapus air mataku dengan cepat, namun aku tahu Youngjae pasti sudah melihat tetesan air mata kesedihanku.

"Jangan menangis, kumohon maafkan aku. Jangan pergi dari sisiku, aku tahu ini begitu egois, namun inilah yang kurasakan aku begitu nyaman bersamamu Yoo Jung." Tangan indah Youngjae menghapus air mataku. Aku tak mampu berkata apapun, aku tak tahu apa yang harus kulakukan, tak tahu apa yang harus kukatakan, perasaan sakit ini begitu mencekam, rasanya aku ingin menabrakkan tubuhku ke mobil diluar sana yang sedang berlalu-lalang.

"Yoo Jung, katakan sesuatu."

"Aku tak tahu harus apa Youngjae, pikiranku tiba-tiba saja kacau. Kepala ku begitu sakit, bisakah kita pulang sekarang?"

"Yoo Jung." Wajahnya yang kulihat kini tidak lagi mempesona, namun berubah menjadi kesedihan. Mengapa dia yang bersedih, disini aku yang tersakiti.

Tanpa basa-basi aku langsung keluar dari mobil Youngjae dengan cepat setelah berhenti tepat didepan gerbang rumahku. Tanpa melambaikan tanganku seperti biasanya, aku langsung masuk kedalam rumahku. Aku menghempaskan tubuhku kekasur, kepalaku begitu berat. Air mataku langsung menetes deras saat melihat fotoku bersama Youngjae yang kuletakkan dimeja dikamarku.

"Apa dosaku Tuhan? Mengapa cintaku tak pernah berhasil. Kufikir setelah aku disakiti oleh pria itu, pria sebelum Youngjae, aku takkan tersakiti lagi. Atau aku terlalu bodoh? Aku lelah jika terus tersakiti seperti ini, aku ingin pergi darinya Tuhan, namun aku tak sanggup kehilangan Youngjae. Dia sudah membuatku nyaman, begitu tenang berada disisinya. Apa salahku?" Aku terus mengutuk diriku sendiri.

Aku terus berfikir dan berfikir, haruskah aku pergi darinya? Atau aku harus terus mempertahankannya dan mendapatkannya seutuhnya.


**
Musim dingin tiba, kueratkan lagi sweater putihku. Ini hari pertama aku mulai bekerja, kuharap pikiranku tetap tenang walau sejujurnya hatiku masih kacau karena pernyataan Youngjae semalam. Perusahaan yang kini kudatangi adalah sebuah perusahaan designer, beruntungnya aku bisa diterima ditempat ini. Aku berdiri disebuah gedung bertingkat tinggi, kurasa gedung ini memiliki lantai hingga 10 tingkat. Aku melepas sweater ku agar aku terlihat rapih dengan kemeja putih dan rok hitam yang kukenakan saat ini. Seorang recepsionist cantik menyambut kedatanganku, aku diantar menuju ruangan olehnya. Dia bilang aku sudah ditunggu oleh presiden direktur pemilik perusahaan ini, aku berterima kasih kepada wanita cantik itu dan mulai melangkah masuk kedalam ruangan pribadi itu.

Aku menghela nafas ku yang sedikit sesak dan mulai mengucapkan salam kepada seorang pria berjas hitam yang duduk tepat berhadapan dengan pintu masuk. Dan kulihat dia sedang berbicara dengan pria yang lain juga memakai jas hitam duduk menghadap pria pertama ku lihat. Aku tahu itu adalah sang pemilik, senyuman pria itu begitu hangat dan sebuah isyarat anggukan kepalanya menandakan bahwa aku dipersilahkan masuk. Pria yang sedang berbincang dengan sang pemilik seketika berdiri saat dia berdiri menyambut kedatanganku, tubuh pria itu mulai bergerak mengarah kehadapanku.

Jantungku, aku merasakan jantungku seketika berhenti saat pria itu kini menghadap kearahku. Mataku membulat, aku benar tak menyangka.

"Yoo, Yoo Youngjae." Hampir saja aku mengeluarkan kata-kata tersebut. Aku menelan ludahku saat mencoba menghentikan mulutku mengeluarkan nama itu. Apa yang dilakukan Youngjae didalam ruangan presdir perusahaan ini, aku terus menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku dapat melihat mata Youngjae pun membulat saat melihat diriku muncul dihadapannya.

"Youngjae, perkenalkan karyawan baru kita. Dia akan menjadi assisten pribadimu yang baru, karena assistenmu yang lama kini sudah tidak lagi bekerja diperusahaan kita. Jadi ku rasa dia cocok untuk menggantikan posisi nya." Kakiku lemas, aku ingin sekali berlari dari gedung ini untuk menghindari semuanya. Aku masih tidak percaya, aku yang tersakiti oleh pria bernama Youngjae dan berusaha melupakan pria itu, kini harus selalu berada disisinya karena pekerjaanku yang baru. Aku seperti terkena kutukan dari penyihir jahat.

"Mohon bimbingannya, terima kasih." Dengan terpaksa aku harus mengucapkan kata-kata itu dan memberi salam kepada bos baru ku.
Aku masih melihat Youngjae terus menatapku heran.

"Selamat bergabung diperusahaan kami nona Kim Yoo Jung."

'Selamat datang di neraka baru mu Yoo Jung.' Aku mengutuki diriku sendiri.


-Di ruang kerja Youngjae-
"Yoo Jung apa yang kau lakukan disini?" Begitulah ucapan atasanku yang baru saat kami berada diruangannya.

"Aku akan pergi jika kau ingin aku mengundurkan diri dari sini."

"Tidak, jangan lakukan itu. Aku hanya sedikit terkejut akan kehadiranmu dan sangat terkejut karena kini kau menjadi Sekretaris pribadiku. Ini cukup menyenangkan."

"Apa kau manager disini? Jadi apa presdir itu adalah ayah mu?"

"Ya, apa kau senang kita sekarang bisa selalu bersama?" Senyuman hangat itu kini terlihat diujung bibir Youngjae.

"Aku ingin kita bersikap biasa, seolah tidak pernah mengenal sebelumnya."

"Waeyo?"

"Saya harus segera mengerjakan pekerjaan saya. Permisi."

Kulangkahkan kakiku keluar dari ruangannya. Aku tak tahu bagaimana perasaanku saat ini, sedih karena aku tak bisa melupakan Youngjae tapi bahagia karena bisa berada di sisi Youngjae.

Seiring berjalan nya waktu, aku tetap tidak bisa menghindari Youngjae yang kini selalu disisiku, dan hingga saat ini aku masih mencintai nya. Aku tahu dia mencintaiku, tapi ada orang lain yang sudah memilikinya.

Author POV
Kisah Kim Yoo Jung terus berlanjut hingga hari ini, hari yang cerah menghiasi langit Seoul namun hati Yoo Jung tak secerah langit siang ini.
Yoo Jung masih terus melanjutkan aktivitasnya dikantor yang sama dengan Youngjae.

"Chagi-ya bogoshipo." Seorang wanita cantik memasuki ruangan Youngjae dengan gaun biru yang berkilau, tanpa ragu gadis itu memeluk Youngjae yang sedang duduk berhadapan dengan presdir yang tentu adalah ayahnya serta Yoo Jung sebagai Sekretaris pribadinya.

"Jimin, hentikan ! Jangan bersikap seperti itu didepan presdir," ucap Youngjae.

"Ahh appa, maafkan aku. Aku terlalu bersemangat hari ini karena aku sangat merindukan Youngjae." Shin Jimin merundukan tubuhnya untuk meminta maaf kepada sang presdir.

"Tidak masalah Jimin, aku senang melihatmu kembali ke Seoul."

"Dan, siapa wanita ini? Apa dia Sekretaris Youngjae yang baru?"

"Kau benar, perkenalkan Jimin dia adalah Sekretaris Youngjae yang baru, dan Yoo Jung perkenalkan dia Shin Jimin, tunangan Youngjae."

Ucapan presdir tentu membuat jantung Yoo Jung sangat terluka, dengan sopan Yoo Jung mengulurkan tangannya kepada wanita bernama Jimin itu tepat dihadapan Youngjae.

'Pabbo,, apa yang kau lakukan?' Yoo Jung mengutuk dirinya sendiri.

Yoo Jung dengan cepat keluar dari ruangan itu yang membuatnya terasa sesak. Youngjae hanya dapat menghela nafas nya yang berat.
Yoo Jung berjalan cepat menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air berharap kejadian beberapa menit lalu mampu terlupakan oleh pikirannya.

"Apa salahku Tuhan? Haruskah aku tersiksa seperti ini? Aku satu kantor dengan lelaki yang ku cintai, itu menyenangkan. Tapi takku sangka jika tunangannya akan datang tepat didepan wajahku." Yoo Jung terus menyalahkan takdir Tuhan yang Menurutnya sangat kejam.

Youngjae yang hanya termenung saat makan siang bersama Jimin.
"Aein, ada masalah apa? Seperti ada sesuatu yang salah didirimu. Apa kau sakit?" Shin Jimin bangkit dari kursinya dan memegang dahi Youngjae.

"Gwaenchana, aku hanya sedang merindukanmu." Senyum Youngjae terpancar di sudut bibirnya. Jimin yang juga ikut tersenyum manis dihadapan Youngjae langsung merangkul manja Youngjae.

'Jimin, apa yang harus kulakukan? Jika aku membutuhkanmu, namun aku mencintai orang lain.' benak Youngjae.

**
Matahari mulai terbenam, Yoo Jung berjalan keluar gedung dan segera pulang kerumah. Saat Yoo Jung sedang duduk dihalte menunggu bis, tiba-tiba saja mobil hitam mewah berhenti dihadapannya.

"Hai Sekretaris kekasihku yang baru, apa kau mau pulang? Bagaimana jika ikut bersama kami?" Suara manis Jimin terdengar jelas oleh Yoo Jung yang terkejut.

"Youngjae, bolehkah?" Jimin kepada Youngjae.
Youngjae hanya tersenyum, tak tahu harus menjawab iya atau tidak.

"Masuklah." Jimin tersenyum manis kepada Yoo Jung.
Namun Yoo Jung masih terpaku terdiam ditempat duduknya.

'Bagaimana ini? Apa aku harus naik atau tidak.' benak Yoo Jung.

Tak disangka, Yoo Jung berdiri dan langsung masuk kedalam mobil Youngjae.
Youngjae hanya dapat menghela nafasnya lagi.

Diperjalanan..
"Aein, apa kita akan segera menikah?" Pertanyaan Jimin kepada Youngjae seakan menusuk hati Yoo Jung dengan cepat.
"Segera my princess, akan ku perbincangkan hal ini kepada orang tua mu." Dan jawaban Youngjae pun membuat pisau yang semula tertancap dihati nya kini tertancap semakin dalam. Tapi sejujurnya, Youngjae bisa merasakan hati Yoo Jung yang begitu sakit.

"Terimakasih sudah mengantarkan ku pulang." Yoo Jung membungkukan badannya saat tiba didepan gerbang rumahnya.

"Berapa nomor ponselmu, sepertinya kita bisa berteman." Jimin mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya dihadapan Yoo Jung.
Yoo Jung menatap Youngjae yang kini juga sedang menatap heran perlakuan Jimin, dengan ragu Yoo Jung akhirnya mengambil ponsel Jimin dan menuliskan nomor ponselnya. Jimin tersenyum sangat manis dihadapan Yoo Jung dan melambaikan tangan saat Youngjae melajukan mobilnya.

Lagi dan lagi, Yoo Jung mengutuk dirinya sendiri setelah menatap dirinya berhadapan didepan cermin.

"Apa yang kau lakukan Kim Yoo Jung? Apa kau sudah gila? Dia adalah saingan mu, mengapa kau buat dia menjadi temanmu?" Yoo Jung terus mengutuk dirinya sendiri.
Yoo Jung menghampiri ibunya yang sedang duduk disofa. Dengan cepat dia berbaring dipangkuan ibunya.

"Ada apa Yoo Jung? Wajah mu seperti menunjukkan ada yang tidak beres dalam hidupmu." Ibu Yoo Jung mengelus manja rambut anaknya itu.

"Eomma, apa aku pernah melakukan kesalahan? Mengapa aku ditempatkan diposisi yang sulit seperti ini?"

"Ceritakan padaku, apa yang terjadi nak?"

"Eomma ingat pria bernama Yoo Youngjae yang kutemui beberapa tahun lalu, yang sering mengantar jemputku sewaktu sekolah? Kini dia datang lagi dikehidupanku."

"Lalu, apa masalahnya? Bukankah kau senang jika orang itu kembali?"

"Aku sangat bahagia, tapi dia datang bersama tunangannya."

"Mwo? Jadi anak itu sudah memiliki tunangan?"

"Ne eomma, jadi apa yang harus kulakukan?"

"Percayalah pada hatimu nak, kau akan temukan jawabannya."
Seketika air mata Yoo Jung tak mampu terbendung lagi.

Youngjae POV
Malam yang gelap dikota Seoul, aku hanya mampu berdiri didepan gerbang sebuah rumah. Menatap jendela kamar yang berada dilantai dua rumah itu, tanganku ingin sekali menyentuh tombol bel dihadapanku, namun hatiku terasa tak mampu melakukannya. Jika kusentuh dan dia keluar, apa yang harus kukatakan? Akhirnya kuputuskan untuk tetap berdiri memandang jendela itu.

"Yoo Jung maafkan aku, aku juga ditempatkan diposisi yang sulit. Andai kulepaskan Shin Jimin dan pergi bersamamu, akankah semua bisa bahagia? Namun jika aku meninggalkan mu dan pergi bersama Jimin, akankah kau baik-baik saja? Dan akankah hatiku akan baik juga? Kim YooJung, apa yang harus kulakukan agar semua bahagia?"
Yaa, aku berdiri didepan rumah Yoo Jung tanpa berpaling dari kamar Yoo Jung.

Aku terkejut saat Yoo Jung keluar dari kamarnya dan berdiri di balkon lantai dua, dan dia menatapku. Apa yang harus kulakukan?

Yoo Jung POV
"Yoo Youngjae." Aku sangat terkejut saat melihat pria yang selalu membuatku terpesona. Berkali-kali ku mencoba menghapus bayangnya, takut kalau yang kulihat hanyalah khayalanku saja, namun sosok itu tak hilang dan tetap menatap mataku.
"Apa yang dilakukannya malam begini didepan rumahku tanpa memencet tombol bel itu? Haruskah aku turun dan menanyakan itu? Atau tetap diam dan kembali kedalam kamarku? Youngjae, apa yang harus kulakukan?"

-TBC-

Hallo gaess !! Chetreader,, (cheetos reader) sekarang kita sebut kalian sebagai chetreader setia :D
Agak absurd ya, mian deh .. soalnya inspirasi lagi buntu banget akhir akhir ini ..
Dont be plagiat, tinggalkan krisar, terimakasih untuk Jumpinghimes .. gomawo  :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar