Sabtu, 17 Januari 2015

HURT III



HURT
Kim Yoo Jung || Yoo Youngjae (BAP)
Shin Jimin (AOA) 
G&T
Mini Series || Sad, Romance, Hurt
Author by NS. Youzza (youzza_nisarr)
Cover by Jumpinghimes
Part 3


**
"Youngjae, kau-"
"Yoo Jung, aku merindukanmu."
Terkejut, itulah yang kurasakan malam ini. Langit tak menunjukkan sang bintang, tapi hatiku begitu terang karena ada bintang yang memeluk tubuhku. Pria tampan dengan sweater hitam yang melekat ditubuhnya, memelukku tanpa ragu. Dan aku tak mengelak pelukannya yang hangat itu.

"Ini salahku, telah menempatkan mu diposisi yang sulit. Kumohon, berikan aku waktu. Aku akan memilih mu sebagai wanita terakhirku." Ucapan Youngjae seakan membuat dunia ini berhenti.

Kini kami sedang duduk ditaman waktu pertama kali kita bertemu, hembusan angin dingin menusuk tulangku, aku tak tahu ini menyakitkan aku menyenangkan. Ribuan pertanyaan muncul dibenakku, benarkah yang Youngjae katakan? Benarkah dia akan memilihku diakhir cerita cinta ini?

"Katakanlah sesuatu Yoo Jung." Genggaman tangan nya begitu hangat saat menyentuh kulit putihku.

"Jadi apa yang harus kulakukan?"

"Tetaplah berada disisiku, walau menyakitkan aku akan berusaha menyembuhkam setiap luka yang ku goreskan dihatimu. Yaksok?"

"Yaksok." Tanpa berfikir panjang dan tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi aku melingkarkan kelingking ku ke jari yang dia acungkan dihadapanku.

Malam yang indah, tanganku terus melekat ditangannya sepanjang perjalanan menuju rumahku. Aku tak peduli dimana mobil Youngjae, yang kufikirkan adalah bagaimana aku akan berbahagia malam ini. Seperti biasa, Youngjae melemparkan ciuman hangatnya dikeningku, dan tak ku sangka kali ini dia juga menempelkan bibirnya tepat diujung bibirku. Aku terpaku, terpesona, semua perasaan bahagia muncul dalam sekejap. Tanpa marah, aku hanya tersenyum manis kepada pria yang baru saja menciumku.

"Selamat malam My Princess."

Author POV
Kini Youngjae sudah berada dimobilnya dan melaju kearah rumahnya. Bahagia, sakit, dilema, itu yang dirasakan Youngjae kali ini.
Setibanya dirumah, tepat pukul 00:00 Youngjae menatap wanita yang tengah berdiri didepan gerbang rumahnya, tubuhnya yang bergetar akibat kedinginan terlihat begitu jelas. Youngjae memberhentikan mobilnya dan keluar sebelum masuk kedalam gerbang yang tinggi dan besar itu.

"Jimin, apa yang kau lakukan disini tengah malam? Mengapa tidak langsung masuk?"

"Aein, aku menunggumu. Appa mu bilang kau keluar untuk mengerjakan pekerjaanmu, karena ingin memberikan kejutan untukmu jadi aku tidak mencoba menghubungimu. Apa kau sudah selesai melakukan pekerjaan mu? Apa semua baik-baik saja? Aku begitu merindukanmu." Wanita cantik itu langsung menghampiri tunangannya dan memeluknya dengan erat.

"Suprise! Aku mencintai mu Youngjae. Sungguh." Jimin berkata sambil memeluk tubuh Youngjae yang hangat dan tak pernah berhenti tersenyum.

Youngjae membalas pelukan tunangannya itu, mengajak nya masuk kedalam mobil dan masuk kedalam rumahnya.

"Ini sudah tengah malam, menginaplah disini Jimin. Kau bisa memakai kamar tamu dilantai dua yang bersebelahan dengan kamar Youngjae." Ibu Youngjae menghampiri Jimin yang duduk bergetar akibat kedinginan, memakaikan selimut ketubuh mungil Jimin dan menyuruh Jimin meminum coklat hangat. Sementara Youngjae sedang berganti pakaian dikamarnya, menatap dirinya didalam cermin.

"Mengapa ini terjadi? Siapa yg sebenarnya aku cintai? Siapa yang tulus mencintaiku? Aku tak mampu kehilangan keduanya."

Youngjae turun kelantai bawah dengan piyama kuningnya yang khas. Seketika Jimin tertawa saat melihat Youngjae yang memakai piyamannya, tentu ini pertama kalinya bagi Jimin melihat Youngjae yang selalu rapih kini hanya memakai piyama.

"Apa yang kau tertawakan hah?" Dengan cepat Youngjae mencubit pipi mungil Jimin sambil tertawa.

"Eomma akan kekamar lebih dulu ne, Youmgjae biarkan Jimin menginap disini. Dan jangan tidur terlalu malam. Selamat malam." Ibu Youngjae langsung bangkit dan meninggalkan mereka berdua.

Jimin bersandar manja dipundak kiri Youngjae, sambil menonton tv dan meminum susu hangat yang dibuatkan sang ibu.

"Jangan lakukan hal konyol seperti ini lagi, yaksok?" Youngjae mengelus pelan rambut Jimin.

"Yaksok!"

Jimin terlelap dalam pelukan Youngjae, dengan langkah yang tertatih Youngjae menggendong Jimin menuju kamarnya. Wajah manis Jimin terpancar saat dia tertidur lelap.

"Selamat tidur, semoga mimpimu indah malam ini Jimin. Aku menyayangimu." Youngjae mencium kening Jimin dan merapihkan selimut Jimin yang menutup tubuh mungilnya.

Sesaat terlintas bayangan Yoo Jung dipikiran Youngjae ketika dia mencium kening Jimin.
"Aku melakukan kesalahan atau tidak? Aku begitu menyayangi Jimin namun tak bisa melepaskannya, dan aku begitu mencintai Yoo Jung namun tak mampu membiarkan dia pergi dari sisiku. Akan kujalani sebisa mungkin hubungan ini, biar waktu yang menjawab segalanya."

**
Hari yang cerah dimusim dingin yang indah, Yoo Jung mempersiapkan diri untuk kembali bekerja. Rok hitam pekat dan kemeja biru membuat Yoo Jung terlihat begitu manis, tak sabar untuk berangkat kekantornya, untuk menemui sang pujaan hatinya.
"Tetap perlihatkan senyummu Yoo Jung." Ucapan Yoo Jung saat menatap dirinya dicermin. Yoo Jung bergegas turun kelantai satu rumahnya, mencium pipi ibunya dan meminum susu buatan ibunya yang lezat.

"Aku berangkat eomma." Saat gerbang rumahnya terbuka, sebuah mobil hitam sudah berhenti tepat didepannya.

'Youngjae.' benak Yoo Jung. Dia tersenyum begitu indah saat melihat mobil Youngjae yang tentu dikenalinya. Namun senyuman itu hanya mampu bersinar 1 detik, saat jendela mobilnya terbuka dan yang muncul adalah wajah Shin Jimin.

"Jadi inikah rumahmu? Besar juga, mengapa kau tetap bekerja keras? Ah ayo masuk nanti kau akan terlambat." Shin Jimin tersenyum menyapa Yoo Jung.

Diperjalanan, Jimin terus bercerita kepada Yoo Jung yang duduk dibelakang tentang suprise yang dia berikan untuk Youngjae semalam, menginap dirumah Youngjae, memberitahu tentang piyama kuningnya Youngjae. Dan Yoo Jung hanya mampu tersenyum kecil mendengar semua cerita Jimin.
Youngjae bisa melihat kesakitan yang Yoo Jung rasakan melalui raut wajahnya yang terlihat dispion mobilnya. Youngjae hanya mampu menghela nafas.

"Aku akan mengantarmu kerumah terlebih dulu," ucap Youngjae kepada Jimin.

"Aniya aniya, aku ingin pergi ke toko buku untuk membeli sesuatu."

"Apa kau tidak ingin beristirahat saja dirumah Jimin?" Shin Jimin hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis dihadapan Youngjae.

-Sesampainya di toko buku-
"Aku akan pulang sendiri, tidak perlu menjemputku."

"Baiklah. Jangan pulang terlalu malam."

"Hmm apa kau tidak melakukan hal seperti biasanya?" Jimin tersenyum dan menunjukkan jarinya ke keningnya. Dengan terpaksa Youngjae mencium kening Jimin dihadapan Yoo Jung.

"Berhati-hatilah sampai jumpa." Jimin melambaikan tangannya dan mobil Youngjae melaju dengan cepat.

Tinggal Yoo Jung dan Youngjae didalam mobil, Youngjae memberhentikan mobilnya dipinggir jalan, dan menyuruh Yoo Jung untuk pindah kekursi depan disisinya.

"Gwaenchana?" Youngjae menggenggam tangan Yoo Jung yang begitu dingin.

"Ne, gwaenchana." Youngjae jelas tahu apa yang sedang dirasakan Yoo Jung saat ini.

"Jeongmal mianhae, aku sudah berjanji akan mengobati setiap luka yang kugoreskan. Aku akan menepati janjiku."

"Aku baik-baik saja, jangan khawatir. Aku juga yang menyetujui kesepakatan ini, jadi aku harus mengambil resikonya apapun yang akan terjadi." Yoo Jung mencoba berusaha untuk tersenyum dihadapan Youngjae.

-Di Kantor-
Yoo Jung berjalan dibelakang Youngjae sambil membawa beberapa dokumen dan berkas-berkas penting. Youngjae dengan jas hitam dan celana hitam itu berjalan tegap menuju ruangannya. Mereka mengerjakan tugasnya masing-masing, sesekali Youngjae menatap Yoo Jung yang sedang fokus mengerjakan tugasnya.

'Aku takkan salah jika aku memilihmu, kau sungguh begitu manis.' benak Youngjae.

Hari terus berlalu, waktu Youngjae lebih banyak untuk Yoo Jung karena mereka bertemu setiap hari. Jimin yang tidak tahu apa yang terjadi tak pernah sedikit pun merasa curiga terhadap mereka, dan Jimin terus menganggap Yoo Jung sebagai sahabatnya. Tahun baru kini sudah tiba, Jimin merengek kepada Youngjae agar diajak liburan ke Paris.

"Kumohon, ayo kita berlibur ke Paris." Jimin merengek diruang kerja Youngjae dihadapan Yoo Jung.

"Baiklah,, oke kita akan ke Paris. Tidak lebih dari 1 minggu, Yaksok?"

"Yess,, kita akan pergi bertiga bersama Yoo Jung ne."

"APA?!" Secara bersamaan Yoo Jung dan Youngjae mengucapkan kata yang sama. Jimin terkejut saat mendengar kekompakan mereka, celingukan kearah Youngjae dan Yoo Jung.

"Waeyo? Apa kau tidak ingin berlibur bersama ku?" Jimin bertanya kepada Yoo Jung yang masih melongo karena ajakan Jimin.

"Aa.aku-"

"Youngjae, bolehkah jika Yoo Jung ikut. Jeball." Jimin masih terus merengek kepada Youngjae.

Mereka terdiam beberapa saat.

"Jeball." Jimin menunjukkan wajah polosnya kepada kedua orang dihadapannya.

"Terserah pada Yoo Jung."

"Apa, aa.. aku?"

"Ne, ayolah Yoo Jung. Jeball." Kini Jimin merengek kepada Yoo Jung.

"Aku tidak bisa karena-"

"Sudah kuputuskan, kita akan pergi bertiga." Jimin menggandeng tangan Yoo Jung dan tangan Youngjae secara bersamaan.

"T..tapi-" Yoo Jung tak mampu berkata lebih banyak lagi karena Jimin langsung mengajak Youngjae makan siang. Yoo Jung tidak ikut makan siang bersama mereka karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Youngjae meninggalkan ruangannya dengan tangannya yang masih digandeng Jimin.
Yoo Jung masih sedikit shock karena tak bisa menolak ajakan Jimin.

"Paris? Itulah cita-citaku, tapi yang kuinginkan adalah pergi keparis bersama kekasihku bukan kekasih orang lain." Yoo Jung terduduk lemas dimeja kerjanya, memukul kepalanya dan terus mengutuk dirinya sendiri.

**
Yoo Jung POV
Aku mengemasi barang-barang yang diperlukan, hari ini aku akan terbang ke Paris. Ya, ke Paris bersama sepasang kekasih itu. Ingin sekali aku berlari dari pahitnya dunia ini, namun aku tahu bahwa aku sudah tak mampu melarikan diri lagi karena sudah terlalu jauh aku melangkah. Ibuku begitu khawatir saat melihat wajahku yang tidak ceria seperti biasanya.

"Gwaenchana?"

"Gwaenchana, eomma haruskah aku pergi?"

"Kau pasti mampu melewatinya, Yoo Jung anakku bukanlah orang yang mudah menyerah."

"Terimakasih eomma, kaulah segalanya." Aku memeluk erat tubuh ibuku sesaat sebelum aku melangkahkan kakiku keluar dari istanaku.

Tepat dugaanku, sebuah mobil hitam yang selalu kukenali kini sudah berada dihadapanku. Senyuman Jimin menyapaku saat aku mendekati mobil itu, senyum yang manis namun menusuk kehatiku. Youngjae dengan kaos putih dan celana pendek putih begitu tampan terlihat saat kami berjalan dikoridor bandara Incheon. Datang seorang pria dengan tinggi melebihi Youngjae memakai polo t-shirt hitam dan celana pendek putih melambaikan tangannya kearah kami bertiga. Membawa sebuah koper, dan kamera yang menggantung dilehernya.

"Youngjae, kawan lamaku. Lama tak jumpa, apa kabarmu?" Dengan cepat pria itu memeluk tubuh Youngjae.

"Aku, tentu baik sekali hyung. Ah kenalkan ini wanita yang tempo hari kuceritakan." Youngjae memperkenalkanku kepada pria itu.

"Annyeong, aku Kim Himchan. Teman Youngjae sejak sekolah, kau Kim Yoo Jung bukan? Sekretaris baru Youngjae?" Pria bernama Kim Himchan itu menjulurkan tangannya kearahku, dan dengan cepat aku menjabat tangannya.

"Ne, salam kenal. Aku Kim Yoo Jung."

"Apa kau tidak merindukanku oppa?" Wanita yang tampaknya terlupakan itu langsung mengalihkan pandangan Himchan.

"Kini kau sudah cukup besar Jimin, tentu aku merindukanmu." Himchan memeluk tubuh mungil dihadapan kami. Sepertinya mereka adalah teman baik sejak kecil, karena Himchan tahu betul kebiasaan Jimin, dan Himchan juga tahu bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang katanya akan segera menikah. Tak ku sangka ternyata kami pergi berempat, ya setidaknya ada Himchan yang akan menemaniku disana saat Jimin dan Youngjae bermesraan, meski baru mengenal Himchan. Sepertinya Himchan termasuk orang yang baik.

Perjalanan pun dimulai, aku duduk bersama Himchan dan pastinya Youngjae bersama Jimin. Banyak hal konyol yang Himchan ceritakan saat berada dipesawat, tak hentinya aku tertawa saat dia menceritakan kehidupan kecilnya bersama Youngjae. Walau wajahku ceria namun hatiku seakan runtuh saat melihat kemesraan yang Jimin lakukan dengan Youngjae dihadapanku.

"Paris, inikah paris? Begitu indah." Wajahku berseri saat melihat keindahan paris dimusim dingin ini. Kueratkan sweater biru yang kukenakan, karena hembusan angin yang begitu menusuk malam ini. Kami berjalan menuju hotel tempat kami menginap, aku sekamar dengan Jimin, Youngjae dan Himchan berada dikamar sebelah. Aku dan Jimin membereskan barang-barang kami. Jimin termasuk wanita yang sangat cerewet, setiap detik ia selalu bercerita bagaimana bahagianya dia bisa pergi keparis bersama kekasih dan sahabatnya. Tanpa dia tahu aku begitu kesal mendengar semuanya.

"Jimin, aku tunggu kau dilobi. Cepatlah bersiap atau kita akan ditinggal kedua pria itu." Berbagai alasan kupergunakan agar sedikit menjauhi gadis cerewet itu. Aku menunggu Jimin di lobi bersama Himchan dan Youngjae, Youngjae selalu melemparkan senyum manisnya kehadapanku. Begitu bahagia, namun tetap menyakitkan. 30 menit berlalu dan akhirnya sang ratu yang ditunggu pun kini datang. Shin Jimin dengan jaket bulu berwarna pink dan penutup telinga berwarna pink terlihat begitu menawan, manik hitam Youngjae tak lepas dari Jimin yang berjalan kearahnya. Menyakitkan.

Kami berjalan kesebuah restoran di Paris, sepertinya Himchan, Youngjae dan Jimin tak kesulitan untuk memesan makanan direstoran ini, bahasa asing mereka sangat lancar dibanding diriku. Himchan orang yang menyenangkan, sepanjang waktu saat makan dia selalu bercerita apapun yang bisa membuat kami tertawa.

Author POV
Waktu menunjukan pukul 00:00, mereka berempat kini berada ditempat yang paling diincar dari kota Paris ini, Menara Eifel. Kini Youngjae dan Jimin memisahkan diri dari Himchan dan Yoo Jung. Jimin yang mengajak Youngjae untuk memisahkan diri, berniat untuk menjodohkan Himchan dengan Yoo Jung. Meski sesekali Youngjae tidak setuju karena takut hati Yoo Jung terluka, namun Youngjae tak bisa menolak permintaan Jimin. Himchan duduk bersama Yoo Jung disebuah kursi panjang menghadap Eifel, sambil membawa coklat panas Himchan terus mengajak Yoo Jung untuk berbincang tanpa ia sadari sedari tadi Yoo Jung hanya melamun tak mendengarkan cerita Himchan.

"Hey, apa yang sedang kau fikirkan?" Pertanyaan Himchan membuyarkan lamunan Yoo Jung.

"Ah, bukan apa-apa." Yoo Jung hanya memikirkan apa yang sedang dilakukan Youngjae dan Jimin saat ini dibelakang Yoo Jung.

"Sudah larut malam, bagaimana jika kita kembali kehotel?"

"Bagaimana dengan Youngjae?"

"Dia baru saja mengirimi pesan bahwa mereka saat ini sudah kembali ke hotel karena Jimin yang sudah kelelahan."

"Mwo?"

"Ne, kau tahu bagaimana cerewetnya Jimin? Ya itulah sebabnya Jimin cepat merasa lelah. Ayo kembali ke hotel."

-Di Hotel-
Jimin sudah terlelap dikasurnya, Yoo Jung menarik selimut Jimin agar tubuhnya tetap terjaga oleh selimut itu.

'Apa yang kufikirkan? Dia sainganmu, mengapa kau baik terhadapnya. Jimin tidak salah, akulah yang salah karena merebut kasih sayang Youngjae. Jimin hanyalah anak manis yang mencintai Youngjae sangat tulus. Apa yang harus kulakukan?' Yoo Jung menatap lemah Jimin yang sedang tertidur. Tiba-tiba saja dia dikagetkan oleh suara ponselnya yang menunjukkan bahwa ada pesan masuk.

"Keluarlah, aku menunggumu di lobi. Sekarang." Pesan dari Youngjae.

Yoo Jung mengambil sweaternya, dan perlahan keluar dari kamar. Di lobi hotel, Yoo Jung melihat Youngjae sedang duduk sambil meminum coffee dihadapannya.

"Ada apa?" Yoo Jung menghampiri Youngjae.

"Ah kau, lama sekali. Aku sudah hampir mati kedinginan disini."

"Kedinginan? Bahkan kau tidak berada diluar hotel."

"Ikut aku."

Yoo Jung POV
Youngjae menarik lenganku dan membawaku keluar hotel, tepatnya di kolam renang hotel. Udara yang begitu dingin membuat tubuhku bergetar, kami duduk didekat kolam renang, Youngjae duduk dihadapanku sambil membawa coffee untukku.

"Hanya di jam seperti ini dan ditempat seperti ini kita bisa bersama." Ucapan Youngjae membuat hatiku gundah. Apa yang harus kukatakan dihadapan pria tampan yang mempesona ini.

"Apa yang kau lakukan bersama Jimin saat terpisah denganku?" Tanpa ragu aku menanyakan hal konyol itu, dan tepat dugaanku Youngjae langsung tertawa mendengar pertanyaanku.

"Apa kau cemburu?"

"Hentikan, ini tidak lucu."

"Baiklah baiklah, aku minta maaf. Tak ada yang kulakukan chagi, aku hanya menemaninya berjalan-jalan dan kembali kehotel dengan cepat karena dia sudah kelelahan."

"Jinja?"

"Ne, jangan berfikir yang tidak-tidak. Aku mencintaimu, jadi aku takkan membiarkan dirimu terluka. Percayalah padaku. Ah, lihat ada bintang jatuh."

"Dimana?" Dengan cepat aku melihat kearah yang ditunjuk Youngjae. Dan dalam sekejap ciuman hangat terasa dipipiku. Wajahku seketika memerah saat menyadari bahwa Youngjae memperdayaku untuk mencium pipiku.

"Aish, kau ini." Youngjae tersenyum geli melihat tingkah ku yang kebingungan. Youngjae memeluk tubuhku dengan hangat, dan tanpa menolak aku terus berada didekapan tubuhnya.

"Apa sekarang kau percaya padaku bahwa aku sungguh menyayangimu?" Bisikan Youngjae membuat tubuhku berhenti bergetar akibat kedinginan. Rasa hangat menjalar kesaluran darahku hingga ke jantungku.

Aku kembali kekamarku, sebelum memasuki kamarku seperti biasa Youngjae mencium keningku dan mengucapkan selamat malam. Betapa bahagianya diriku, aku memasuki kamarku dengan wajah berseri dan terkejut saat melihat lampu kamarku menyala, Jimin terduduk didepan tv sambil memakan beberapa cemilan.
"Jimin, apa yang kau-?"

"Ah Yoo Jung, darimana saja kau? Kemana kau pergi di jam seperti ini?" Aku terdiam, tak tahu apa yang harus dikatakan kepada Jimin.

"Aa.. aku hanya --"

"Apa kau lapar? Bagaimana jika kita makan ramen. Aku sangat lapar." Aku masih terpaku dengan segala pertanyaan dibenakku. Kuharap Jimin tidak tahu apa yang kulakukan bersama Youngjae beberapa jam lalu, karena takut melukai hati Jimin. Kami makan ramen yang dia bilang baru dibeli saat dia dan Youngjae berpisah dariku. Aku mencoba bersikap biasa saat menghadapi Jimin yang sepertinya memang tidak tahu hal yang terjadi. Setelah dia kembali tertidur, aku memulai mengetik pesan kepada Youngjae.

"Hey, saat aku kembali ternyata Jimin sudah terbangun, apa menurutmu dia mengetahui apa yang kita lakukan?" Aku menunggu jawaban dari Youngjae.

"Mwo? Benarkah? Tapi jika dia tahu pun tak masalah, itu artinya kita akan bersama saat dia memutuskan hubunganku dengannya." Aku tertawa kecil saat membaca balasan dari Youngjae.

"Kau ini! Apa kau mampu melukai hati gadis manja itu?"

"Tentu, kenapa tidak. Aku lebih tidak mampu melukai hatimu chagi. Tidurlah, besok kita akan pergi ketempat yang indah. Selamat malam." Aku tersenyum bahagia.

'Aku akan bersabar untuk ini Youngjae. Buktikanlah.' Dan aku mulai terlelap.

Hari-hari yang kulalui selama di Paris begitu menyenangkan, sesekali Youngjae menggenggam tanganku saat Jimin tak melihat. Setiap malam tiba aku bertemu Youngjae ditempat biasa, berusaha agar Jimin tak tahu. Namun ada sedikit keanehan, tapi aku tak mempedulikan hal itu. Diam-diam aku dan Youngjae berfoto bersama disebuah taman tanpa sepengetahuan Jimin, satu minggu berlalu begitu cepat.

Author POV
Terlihat sekali kebahagiaan yang terpancar diwajah Yoo Jung, mereka kembali ke Seoul.

"Youngjae, sebaiknya kau antar Jimin pulang, dan Yoo Jung biar aku yang antar." Himchan menggenggam tangan Yoo Jung. Youngjae sedikit kaget saat Himchan menggenggam tangan Yoo Jung terlebih juga dengan Yoo Jung.

"Tak apa hyung, biar aku yang antar mereka berdua. Sebaiknya kau pulang dan beristirahat."
"Youngjae, bisakah kau antar aku saja. Ada yang ingin kubicarakan denganmu." Rengekan Jimin membuat Yoo Jung terbelalak kaget.

"Apa kau sakit?" Youngjae menyentuh dahi Jimin yang langsung mengangguk.

"Baiklah, hyung tolong antarkan Yoo Jung. Terimakasih." Tanpa basa-basi dengan cepat Youngjae menggandeng Jimin dan menopang tubuh mungilnya. Yoo Jung yang masih terpaku hanya melihat sepasang kekasih itu meninggalkannya.

Kini Yoo Jung sudah berada di lamborghini milik Himchan.
"Gwaenchana?" Himchan yang heran melihat raut wajah Yoo Jung terus bertanya.

"Ah, gwaechana. Terimakasih karena telah mengantarku."

"Ada yang ingin kutanyakan padamu." Yoo Jung langsung menoleh kehadapan Himchan yang sedang menyetir. Himchan menepikan mobilnya.

"Yoo Jung, jawablah pertanyaanku dengan jujur."

"--" Yoo Jung masih terdiam.

"Apa sebenarnya hubunganmu dengan Youngjae? Tak mungkin hanya sebatas Sekretaris bukan? Jujurlah!" Yoo Jung terdiam dengan matanya yang hampir keluar akibat terkejut. Detak jantungnya berdetak tak menentu, dan Himchan masih menatap lekat mata Yoo Jung menunggu jawaban darinya.

-Di lain tempat-
Jimin hanya duduk dikursi sebelah Youngjae tanpa berkata. Sementara Youngjae terus memastikan apa Jimin baik-baik saja atau tidak.

"Berhenti!" Seketika Jimin membuat Youngjae kaget.

"Apa?"

"Berhenti disini!" Youngjae menepikan mobilnya.

"Ada apa Jimin?"

"Katakan padaku!" Jimin menatap Youngjae dengan tatapan yang penuh amarah namun terlihat sedih.

"Apa maksudmu?" Youngjae masih tidak mengerti apa yang Jimin lakukan.

"Katakan padaku Youngjae, apa sebenarnya hubunganmu dengan Yoo Jung? Benarkah hanya sebatas rekan kerja? KATAKAN Youngjae!" Jimin menangis seketika dan Youngjae masih terdiam mendengar pertanyaan Jimin itu.

"Jimin.. Apa maksudmu? Aku.. aku hanya-"

-tbc-


Thanks for reading :) tolong tinggalkan krisarnya .. dan tunggu episode berikutnya :D gamshahamnida !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar