Selasa, 07 Oktober 2014

HURT I




HURT
Kim Yoo Jung || Yoo Youngjae (BAP)
Mini Series || Sad, Romance, Hurt
NS. Youzza || Jumpinghimes
G&T
Part 1



**
Kalian tahu bagaimana rasanya mencintai tanpa dicintai? Itu memang menyakitkan.
Bagaimana dengan mencintai diam-diam? Ya itu juga menyakitkan. Lalu bagaimana jika kalian mencintai pria yang mencintai mu setulus hati namun dia memiliki kekasih? Itu lebih menyakitkan dari yang kalian bayangkan. Itulah yang sedang kurasakan kali ini, aku tak mampu memilikinya namun aku mampu membuatnya mencintaiku sepenuh hatinya.



Kisahku dimulai saat musim gugur tiba, daun-daun kering berjatuhan dari pohonnya. Aku melangkah menyusuri jalan setapak disebuah taman besar di kota Seoul, taman yang memiliki air mancur dipusat nya. Aku melihat sosok pria yang begitu indah menurut pandanganku, dia berjalan menyusuri jalan setapak yang sama denganku, hingga akhirnya kami berdiri sejajar. Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama, entah apa yang membuatku mengagumi sosok pria itu, pria yang sama sekali tak ku kenal. Aku penasaran dengan pria bermata indah itu, aku mulai berjalan di taman itu setiap hari, dan benar dugaan ku, pria itu juga datang ketaman tersebut setiap jam 3 sore. Tak ku sangka aku benar-benar mulai penasaran terhadapnya, ku niatkan untuk mengikutinya.
Pria bermata indah dengan kaos hitam yang melekat ditubuhnya hingga melihatkan lekuk tubuhnya yang ideal. Dia mulai memasangkan earphone ditelinganya, aku duduk dibangku sebelah bangkunya, jarak kami hanya beberapa meter. Aku mulai menyadari bahwa pria itu sangat tampan.

Setiap malam aku selalu membayangkan wajahnya, siapa pria itu? Aku tak tahu siapa namanya, aku selalu berdoa kepada Tuhan agar aku bisa mengetahui siapa dia. Tak peduli seberapa lamanya aku mendapatkan informasi tentangnya, kuharap Tuhan mendengar segala permintaanku.

Hingga disuatu sore, tepat jam 3 aku kembali ketaman itu. Aku tak melihatnya hingga jam 5 sore, entah dia sedang sibuk atau dia tidak kembali lagi. Aku terus duduk dibangku itu hingga malam tiba. Saat aku ingin bangkit dari duduk ku, ku lihat sosoknya datang ke bangku disebelahku. Tidak, lebih tepatnya dia berjalan kearahku, aku begitu terkejut saat dia berdiri dihadapanku. Tangannya yang berada didalam saku celananya mulai bergerak dan mengadah dihadapanku.
"Siapa namamu?" Suaranya kini terdengar ditelingaku. Detak jantungku mulai berdetak tak menentu.
"Naaee,, Naneun Kim Yoo Jung imnida." Aku tahu suara ku bergetar menjawab namaku sendiri.
"Benar ini memang milikmu." Pria itu menunjukkan Name Tag yang bertuliskan namaku. Aku begitu terkejut, bagaimana bisa dia memiliki benda itu.
"Ah benar, ini milikku."
"Kemarin sore aku menemukan ini disini, kufikir ini milikmu, tapi memang benar ini milikmu. Dan aku selalu melihatmu ditaman ini, apa kau suka berada disini?" Sekarang aku tahu jantungku sedang meloncat kegirangan hingga aku bisa mendengar detak jantungku sendiri.
"Ya, aku suka berada disini. Suasananya begitu sejuk dan tenang, apa kau merasakan hal yang sama?" Jawabannya konyol yang kulontarkan membuat hatiku geli, sejujurnya bukan karena suasana yang sejuk tapi karena aku ingin melihatnya.
"Ya, aku juga begitu. Boleh aku duduk disini?" Betapa bahagianya hatiku saat dia duduk disampingku, jarak kita kini hanya beberapa jengkal. Dan saat itulah kami mulai berteman.

Kini setiap hari aku bisa berkomunikasi dengannya, karena kini aku memiliki nomor ponselnya. Biar kuberitahu namanya adalah Yoo Youngjae, nama yang indah bukan?
Sore ini aku berjanji untuk menemaninya pergi, mungkin ini disebut kencan pertamaku dengannya. Kupersiapkan diriku sebaik mungkin, dress putih kini melekat ditubuhku. Aku berjalan keluar dari rumahku dan menuju taman yang pernah kuberitahu sebelumnya, karena dia belum tahu rumahku alhasil kami bertemu ditaman itu.

Sebuah mobil berwarna hitam pekat berhenti dihadapanku, seorang pria tampan keluar dari mobil itu dengan kemeja hitamnya terlihat begitu tampan. Yoo Youngjae membukakan pintu agar aku bisa masuk kedalam mobilnya, begitu romantis.
"Kau terlihat cantik dengan baju itu Yoo Jung." Hatiku berdegup kencang, kuharap Youngjae tidak mendengar degupan jantung ini.
"Ah gomawo, kau juga sangat tampan." Aku tersipu malu, aku tahu kini wajahku mulai memerah.
"Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi sebelum kita ketempat tujuanku?"
"Aniya."
"Baiklah jika tidak ada, kita ke restaurant favoritku. Bagaimana?"
"Setuju." Dengan cepat aku menyetujui keinginannya.

Sebuah restaurant italia terlihat dihadapanku, aku tak mengerti mengapa Youngjae mengajakku ketempat semewah ini. Bahagia sekali hatiku, tapi sungguh aku benar-benar terkejut.
Youngjae dan aku duduk disebuah meja yang sepertinya sudah direncanakan olehnya. Lilin-lilin cantik terhias dimeja tersebut, detak jantungku mulai tak menentu saat aku melihat Youngjae begitu tampan dihadapanku. Kami membicarakan apa saja yang ada dipikiran kami, bagaimana tentang sekolahku, tentang kehidupannya, serta tentang keluarga kami. Tak peduli dia menganggap aku wanita yang terlalu terbuka tapi aku begitu nyaman bercerita tentang kehidupanku dihadapannya.
Waktu begitu cepat berlalu, jam ditangan ku sudah menunjukkan tepat pada angka 9. Mengapa hari yang indah ini begitu cepat berlalu, dan malam ini Youngjae mengantarku hingga depan rumahku. Kulambaikan tanganku kepada Youngjae yang berada didalam mobil hitamnya. Senyumku terulas diujung bibirku, aku begitu bahagia malam ini.
Kuharap kebahagiaan ini takkan berhenti hanya sampai malam ini saja.

Keinginanku terwujud, ternyata Tuhan mendengar doaku. Hari ini Youngjae mengantarku kesekolah, betapa bahagianya diriku. Dengan cepat aku menolak tawaran ayahku untuk mengantarku dengan alasan aku akan diantar oleh pangeranku, konyol. Kulihat Youngjae sudah berdiri didepan rumahku sambil bersandar dimobil hitamnya, pangeranku yang tampan. Youngjae menyambut kedatanganku dengan senyumannya yang begitu hangat, dengan cepat kami melaju kesekolahku.

Youngjae lebih tua dari ku 2 tahun, dia sudah bekerja disebuah perusahaan designer milik keluarganya. Aku tak begitu tahu dia tinggal dimana, kantornya pun aku tak tahu, karena yang kulihat dia tidak terlalu terbuka denganku. Tak masalah, yang penting saat ini adalah aku selalu bahagia bersamanya.
"Jika aku ada waktu, pulang sekolah akan kujemput. Oke?"
Aku mengangguk menandakan aku begitu setuju dengan tawaran itu.

Hari-hariku disekolah begitu bersinar, senyumanku selalu kuperlihatkan kepada semua orang yang menyapaku. Inilah yang kurasakan, aku begitu jatuh cinta kepada Youngjae, setelah sekian lama aku tak merasakan hal ini. Kuharap Tuhan mengabulkan doaku agar bisa bersama Youngjae.

"Yeoboseyo."
"Kim Yoo Jung, aku menyukaimu."

Detak jantungku benar-benar terdengar keras kali ini, apa aku tak salah dengar? Benarkah ini semua nyata? Benarkah aku tidak sedang bermimpi? Kulihat berkali-kali layar ponselku, nama Yoo Youngjae tertera dilayar ponselku. Yaa, Youngjae menghubungiku setelah dia mengantarku pulang sekolah. Aku terdiam tak menjawab, setelah beberapa menit telponnya terputus. Aku masih terpaku didalam lamunanku, sebuah sms masuk kedalam ponselku.

"Mengapa kau diam Yoo Jung? Aku benar menyukaimu, sejak pertama kita mulai mengobrol. Aku sungguh menyukaimu, aku konyol bukan? Tapi inilah yang kurasakan Yoo Jung."

Dan aku masih terpaku melihat isi sms dari Youngjae, aku bodoh atau apa. Disaat dia bilang suka padaku kini aku kebingungan. Tak ku sangka aku mendiamkan sms darinya, aku tak tahu harus bilang apa, kuniatkan untuk menunggu hingga esok hari.

Mentari pagi menyengat kedalam tubuhku, aku terbangun akibat alarm diponselku berdering, menunjukkan pukul 8 pagi. Sial, aku terlambat. Hari ini memang libur sekolah namun aku ada tambahan pelajaran untuk ujian, karena beberapa bulan lagi aku akan segera melaksanakan ujian sekolah dan lulus dari sekolah itu. Dengan cepat aku bersiap-siap, aku mencium ibuku ku setelah mengambil roti dan susu yang sudah disediakannya dimeja makan, saat aku keluar rumah aku begitu terkejut saat seorang pria sedang berdiri dihadapanku dan tersenyum. Youngjae, apa yang dia lakukan didepan rumahku sepagi ini.
"Kajja!" Youngjae membukakan pintu mobilnya agar aku bisa masuk kedalam. Aku sedikit kebingungan.

"Bagaimana kau bisa dirumahku sepagi ini?" Karena penasaran jadi kutanyakan hal itu padanya.
"Hebat bukan? Bahkan aku saja tidak tahu mengapa aku ingin kerumahmu sepagi ini."
"Ini hari libur, dan aku tidak memberitahumu soal pelajaran tambahan yang kuterima hari ini bukan? Lalu bagaimana kau bisa?"
"Sudah kukatakan, aku bahkan tidak tahu. Feeling ku mengatakan aku harus pergi kerumahmu sepagi ini."
"Bagaimana jika feeling mu ternyata salah, bagaimana jika ternyata aku tidak keluar rumah pagi-pagi dihari libur?"
"Aku akan pulang." Jawabnya singkat, aku tak tahu apa lagi yang harus kutanyakan kepadanya. Dan aku terdiam.

"Kau selesai jam berapa? Akan kujemput nanti."
"Ah tidak perlu, aku pulang malam karena ingin kerumah temanku terlebih dulu. Tak perlu menjemputku." Ini adalah pertama kalinya aku menolak tawarannya.
"Baiklah, hubungi aku jika kau butuh aku. Anyyeong."
Youngjae berlalu dengan mobil hitamnya. Bodoh, sungguh bodoh. Apa yang kulakukan tadi? Aku menolak tawaran pangeranku, bodoh.

Sepanjang hari aku hanya memikirkannya, ucapan Youngjae selalu melintas dipikiranku.
Setelah kejadian itu, kami tetap bersama. Hubunganku seperti sepasang kekasih namun kami tidak ada ikatan. Aku terlalu frustasi memikirkan ini semua, Youngjae begitu perhatian terhadapku, hampir setiap hari kami selalu bertemu. Hingga suatu hari tiba-tiba dia menghilang, seharian penuh aku tak mendapat kabar darinya, bodohnya aku masih belum mengetahui dimana dia tinggal. Aku hanya bisa menunggunya, ponselnya pun tidak aktif. Setiap menit aku terus mencoba menghubunginya, namun semuanya sia-sia.
Yoo Youngjae, dimana dia?

Tiga bulan berlalu, sejak Youngjae menghilang aku terus menjalani hidupku seperti biasa. Meski aku terus memikirkannya dan terus mengharapkannya namun aku takkan menghentikan langkahku. Aku berdiri diatas podium di aula sekolahku, dengan bangga aku tersenyum dihadapan semua orang didepanku. Aku lulus dengan nilai terbaik, setelah ini aku akan segera mencari pekerjaan. Orang tuaku menginginkan aku melanjutkan pendidikanku, namun aku tak ingin melakukannya.

Aku berjalan ditaman yang sebelumnya sudah pernah kuberitahu, taman yang selalu mengingatkan ku kepada Youngjae. Aku tahu, aku terlalu bodoh karena telah mengacuhkan pernyataan cintanya. Namun mengapa tiba-tiba dia menghilang? Musim dingin akan segera tiba, angin yang berhembus mulai membuat tubuhku bergidik. Sudah hampir malam dan aku harus segera pergi dari tempat ini.
Tak ku sangka pandanganku berhenti saat aku melihat sosok pria yang wajahnya sangat ku kenali, pria dengan sweater coklat bersandar disebuah pohon besar dihadapanku.

Berkali-kali ku kerjapkan mataku, aku hanya takut semua yang kulihat adalah ilusi. Tapi ternyata tidak, yaa pria itu adalah seseorang yang kutunggu selama ini. Yoo Youngjae, senyumku mulai terulas dibibirku. Saat aku ingin melangkah mendekatinya tak ku sangka seorang wanita berlari kearahnya, wanita dengan sweater putih dan rambut hitamnya yang terurai langsung memeluk Youngjae dihadapanku. Langkahku terhenti, detak jantungku berdetak tak menentu, aku bagai tersambar petir yang dahsyat hingga melukai hatiku. Mungkinkah aku salah lihat? Mungkinkah dia bukan Youngjae yang kukenal? Mungkinkah ini hanya mimpi? Aku masih terus menatap mereka, terulas senyum dibibir mereka, terlihat begitu bahagia seperti layaknya sepasang kekasih. Setetes air mata kini menetes mengalir dipipi ku. Aku terkejut saat mata Youngjae kini menatapku, tatapan yang aneh hingga menusuk kejantungku. Dia melihatku berdiri dihadapannya, dia mulai melangkah ke arahku sambil merangkul wanita yang ada disisinya. Kini dia sejajar denganku, tak ku sangka dia melaluiku dengan mudahnya. Dia seperti tidak mengenaliku, apa yang harus kulakukan sekarang? Aku masih terdiam berdiri ditaman ini tanpa tahu harus berbuat apa.

-TBC-

4 komentar: