RAIN II
Title : Rain
Cast : Kim Himchan (BAP)
Han Sunhwa (Secret)
Genre : Sad, Romance, Drama, Hurt
Cover by : Jumpinghimes
Author : NS. Youzza
Lenght : Mini Series
°°Summarry°°
"Aku akan mencoba selalu bersinar seperti pelangi yang kau harapkan, meski itu dari jauh aku akan tetap berusaha."
**
Kim Himchan, pria berusia 21 tahun kini sedang menangis frustasi akibat masa lalunya yang hadir kembali dihadapannya. Yaa, Han Sunhwa adalah mantan kekasihnya, dilain tempat Sunhwa yang masih terpaku berdiri dengan menggenggam payung birunya tanpa bergerak dari tempat itu masih shock dengan kepergian Himchan secara tiba-tiba.
"Oppa, apa aku terlalu cepat muncul dihadapanmu? Harus berapa lama aku menunggumu? Seberapa sering kau menyakitiku, aku akan tetap mencintaimu." Senyum simpul terlihat disudut bibir Sunhwa dengan air mata yang mulai mengalir dari matanya.
Himchan pov
"Apa yang harus ku lakukan saat ini, apa semalam aku bermimpi? Mengapa gadis itu muncul disini? Mengapa bisa? Apa ini takdir Mu Tuhan? Apa aku tak bisa mengubah takdirmu?" Kini aku terduduk didepan kaca dikamarku, selcaku berdua mantan kekasihku Han Sunhwa kini terpajang dimeja kecil dikamarku. Aku menatap selca itu, saat-saat indah bersamanya kembali muncul didalam bayanganku, beribu kali aku berusaha menghapus kenangan itu selama ini namun semua usahaku sia-sia. Sunhwa muncul disini, di kota London yang aku tempati saat ini. Kota pelarianku dari kenanganku bersamanya, namun semua sirna dalam sekejap. Aku berharap kemunculannya hanyalah mimpi.
Author pov
Han Sunhwa berdiri didepan sebuah pintu kamar apartemen dengan tulisan 202 yang menempel dipintu itu. Dia terus memandang pintu itu, ingin rasanya dia menekan bell yang terletak disana.
"Tidak, aku harus bersabar menunggu oppa yang datang padaku, oppa kumohon." Sunhwa terlihat sedih.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Himchan terus menjalani hidupnya dengan normal, berpura-pura tidak pernah melihat Sunhwa di London. Himchan berjalan ditaman didekat kampusnya, dengan kemeja hitam dan celana hitamnya, dia meletakkan tangan kanannya disaku celananya, berjalan santai menghirup udara yang dingin pada hari ini.
"Yaa, aku tahu Sunhwa yang kulihat tempo hari adalah bayangan saja." Himchan menoleh kelangit yang mendung seperti hatinya yang kelam.
Tiba-tiba saja hujan turun dengan cepat, Himchan tidak berlari seperti orang-orang yang disekitarnya yang sedang berlalu-lalang menghindari rintikan air hujan. Himchan sengaja berdiri tanpa bergerak, masih dengan tangannya yang diletakkan disakunya. Rambut hitamnya kini terlihat basah sekali hingga poninya hampir menutupi matanya.
Tiba-tiba sebuah payung berwarna biru hinggap diatas kepalanya dan menutupi tubuhnya dari tetesan air hujan, Himchan menoleh kebelakang.
"Han Sunhwa." Himchan melihat sosok Sunhwa lagi. Kini Sunhwa berdiri dengan tubuhnya yang basah karena merelakan payung yang digenggamnya untuk Himchan. Senyum simpul terbentuk disudut bibir Sunhwa.
"Sunhwa, mengapa kau tidak menghilang? Mengapa kau hadir lagi didalam hidupku? Mengapa kau melakukan ini?"
"Karena aku mencintaimu oppa." Derasnya air hujan mengheningkan suasana diantara mereka. Air mata Himchan tak terbendung lagi, Himchan memeluk tubuh Sunhwa dengan erat dalam sekejap. Payung biru yang semula digenggam Sunhwa terlepas seketika. Sunhwa membalas pelukan Himchan dengan erat.
"Oppa.."
"Sunhwa, aku merindukanmu."
Air mata mereka mengalir seiring jatuhnya air hujan yang deras sore itu.
**
"Jadi jelaskan padaku bagaimana kau bisa datang ke London dan menemuiku?"
Himchan dan Sunhwa kini duduk didalam apartemen Himchan, Sunhwa duduk dengan tubuh yang bergetar akibat kedinginan. Dengan selimut putih yang menutupi tubuh Sunhwa dan susu coklat panas yang disediakan Himchan. Perlahan Sunhwa menceritakan semuanya.
Flashback.
"Pergilah Sunhwa, jangan mengikutiku lagi. Hubungan kita sudah berakhir." Kim Himchan yang berusia 20 tahun itu dengan kejam memutuskan hubungannya dengan Han Sunhwa.
"Oppa, waeyo?" Han Sunhwa gadis cantik yang kini memakai seragam sekolah mengejar pria yang dicintainya.
"Aku.. Aku sudah tidak ingin bersamamu lagi." Himchan melepas kasar genggaman tangan Sunhwa.
"Oppa, bukankah kau sudah berjanji untuk selalu bersamaku? Bukankah oppa sudah berjanji akan selalu mencintaiku? Bukankah oppa akan selalu menjagaku? Itu adalah janji oppa setelah orang tuaku meninggal dalam kecelakaan, apa oppa sudah melupakan itu semua?" Sunhwa menangis berlutut dihadapan Himchan.
"Lupakan! Anggap aku tak pernah mengatakan itu semua dan anggap saja bahwa aku tidak .. tidak pernah mencintaimu." Tiba-tiba saja hujan mengguyur tempat itu. Himchan berlalu meninggalkan Sunhwa yang kini menangis bersama air hujan yang turun. Tubuh Sunhwa kini sudah basah dengan air hujan yang menyerbunya, air mata Sunhwa terus mengalir, Sunhwa membangkitkan tubuhnya untuk berdiri.
"Oppa, waeyo? Mengapa oppa seperti ini? Aku tahu pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku oppa." Sunhwa terus bertanya-tanya dalam hatinya.
Hari terus berlalu, Himchan seakan ditelan bumi dalam sekejap. Sunhwa terus mencari keberadaan pria itu, tempat biasa mereka bertemu, kampus tempat Himchan belajar, bahkan rumah Himchan pun terlihat sepi. Ingin rasanya Sunhwa mengakhiri penderitaan ini, Sunhwa ingin mengakhiri hidupnya hanya karena pria yang dicintainya kini mencampakkannya.
Bulan terus mengganti, Sunhwa masih mampu berdiri untuk mencari keberadaan kekasihnya. Bukan, lebih tepatnya adalah mantan kekasihnya. Sunhwa tidak mempunyai saudara lagi di Seoul, orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat beberapa tahun lalu dan Himchan adalah satu-satu nya orang yang menemani Sunhwa selama ini.
"Oppa, dimana kau sekarang? Aku sangat membutuhkan mu." Tiba-tiba handphone Sunhwa berdering.
"Yeoboseyo."
"Han Sunhwa? Inikah kau?" Suara seorang wanita keluar dari ponselnya.
"Ne, siapa?"
"Ini Ahjumma, kau lupa pada bibimu sendiri?"
"Ahjumma? Jeongmal?" Kaka dari ayah Sunhwa menelponya dari nomor luar negri.
"Ahjumma, dimana kau sekarang?" lanjut Sunhwa.
"Aku diluar Seoul sayang, bagaimana keadaanmu?"
"Aku benar-benar tidak baik. Ahjumma bisakah aku tinggal bersamamu?"
"Tentu sayang, itulah tujuanku menghubungimu. Aku akan mengirimimu surat, aku tutup dulu ya. Bye sayang, jaga dirimu baik-baik."
Sunhwa sedikit lega karena kini keluarganya menghubunginya. Yaa, semua anggota keluarga besar Sunhwa berada dinegri yang berbeda-beda karena itu saat orang tuanya meninggal tak ada satupun yang hadir.
Sudah hampir 6 bulan Sunhwa menjalani hidupnya sendirian, dia bekerja siang dan malam agar mampu bertahan hidup dalam kesedihan. Hampir setiap minggu bibinya selalu mengirim surat untuknya dan hanya kepada bibinya lah dia bercerita tentang sosok pria yang dicintainya.
To : Ahjumma
"Aku merindukannya, sosok pria tampan itu. Dia adalah pria yang sangat kucintai, entah pada dasar apa dia meninggalkanku. Dia tinggi, wajahnya tampan, bibirnya manis, matanya indah. Kebiasaan buruknya adalah saat hujan dia tidak pernah membawa payung. Kini dia menghilang, beritahu aku jika kau menemukannya, kekeke~. Aku tahu itu mustahil tapi kuharap keajaiban datang padaku sepertinya turunya air hujan yang datang secara tiba-tiba."
By : Han Sunhwa
To : Han Sunhwa
"Benarkah itu? Apa dia sangat tampan? Baiklah, jika aku menemukanya akan ku sampaikan padamu."
By : Ahjumma
To : Ahjumma
"Kekeke~ Gamshahamnida Ahjumma. Jadi dimana kau tinggal saat ini? Aku ingin tinnggal bersamamu."
By : Han Sunhwa
To : Han Sunhwa
"Akan kuberitahu jika waktunya sudah tiba. Oya, tetanggaku adalah seorang pria tampan, dia tinggi, matanya pun sangat indah, dan kebiasaannya sama persis dengan pria yang kau ceritakan padaku selama ini, apa dia adalah orangnya?"
By : Ahjumma
To : Ahjumma
"Jeongmal? Tidak mungkin dia adalah pria yang kucintai. Ahjumma diluar negri bukan? Tidak mungkin pria itu ada diluar Seoul."
By : Han Sunhwa
Beberapa minggu bibinya tidak membalas surat Sunhwa.
To : Ahjumma
"Kemana kau Ahjumma? Aku sangat kesepian disini tanpa siapapun. Mengapa kau tidak membalas suratku? Oya Ahjumma, tiba-tiba aku penasaran tentang pria yang kau ceritakan padaku, bisakah kau memberitahu aku siapa namanya? Dan apa kau memiliki fotonya?"
By : Han Sunhwa
Bibinya masih belum membalas surat Sunhwa. Dia terus menunggu surat dari bibinya itu. Sunhwa berjalan pulang dari tempat kerjanya.
"Sudah hampir 2 bulan Ahjumma tidak membalas suratku, apa dia baik-baik saja?"
Hujan pun turun seketika, Sunhwa berlari menuju rumahnya yang tinggal beberapa langkah lagi. Dia menarik beberapa surat dari kotak surat didepan rumahnya, satu persatu dia lihat surat yang sudah berada ditangannya. Dan surat yang ditunggunya pun tiba, surat dari bibinya.
To : Han Sunhwa
"Sunhwa Mianhae, aku terlalu sibuk disini. Kau tahu aku adalah wanita yang sudah tua jadi sedikit susah mengurus rumahku sendirian, aku baru sempat membalas suratmu, aku juga sangat merindukanmu sayang. Kini aku ada di London, dan ini aku berikan tiket pesawat agar kau bisa menyusul ku kesini, dan kurasa uang yang ku transfer ke rekeningmu cukup untuk keberangkatanmu kesini. Oya, kau bilang kau penasaran dengan tetanggaku itu? Minggu lalu saat aku membaca suratmu aku langsung meminta fotonya, dia sangat kebingungan mengapa wanita tua seperti ku meminta fotonya, kekeke~. Namun aku berhasil mendapatkannya, fotonya ku selipkan diantara surat dan tiket pesawat ini, cepatlah datang Sunhwa aku merindukanmu. Namanya adalah Kim Himchan.
By : Ahjumma
Sunhwa terjatuh seketika, dia terduduk didepan rumahnya sambil menggenggam foto seorang pria yang berdiri tegak dengan kemeja hitam berdasi putih, matanya indah, rambut hitamnya yang terlihat sangat rapih dan senyum simpul yang membuat Sunhwa semakin menangis deras. Yaa, pria itu adalah Kim Himchan, air hujan dihadapan Sunhwa terus menetes membasahi rerumputan hijau dihalaman rumahnya.
"Oppa, takdir mempertemukan kita hari ini. Akankah kita bisa bersama? Hampir satu tahun aku menunggumu, apa kau masih mengingatku?" Tanpa ragu Sunhwa membereskan baju-bajunya dan siap berangkat ke London menyusul cintanya yang pergi.
Flashback end.
Han Sunhwa tersenyum saat menceritakan semuanya kepada pria yang sedang fokus mendengarkan penjelasannya, Himchan hanya mampu tersenyum tanpa berkata, Himchan beranjak dari tempat duduknya yang semula berhadapan dengan Sunhwa, dan kini dia pindah kesebelah Sunhwa. Perlahan tangannya merangkul tubuh Sunhwa.
"Mengapa kau sangat bodoh? Mengapa kau tidak melupakanku saja?"
Tanpa ragu Sunhwa memeluk tubuh Himchan.
"Aku mencintaimu oppa, now, tomorrow and forever." Himchan pun memeluk tubuh Sunhwa dengan erat.
"You're a stupid girl." Himchan tersenyum saat melihat Sunhwa terlelap dalam pelukannya.
**
Himchan pov
Aku bagai bangun dari mimpi buruk selama ini, namun keindahan ini pun hanyalah sebuah mimpi karena kenyataannya aku akan mengalami kepahitan sepanjang hidupku. Mentari pagi bersinar, kurentangkan tirai kamarku, wajah gadis yang kini terlelap dalam ranjangku sangat bercahaya akibat sinar mentari. Han Sunhwa gadis yang kurindukan kini berada dihadapanku dengan mata yang terpejam. Aku membiarkannya menginap diapartemen ku karena kulihat semalam dia begitu lelah, aku memandangnya sambil menumpu kedua tanganku didaguku dan terduduk didekat ranjangku. Matanya mulai bergerak, sepertinya dia mulai terbangun.
"Hmmmmm..." Desahan suaranya membuatku merasa bahagia.
"Selamat pagi darling."
"Wwooah apa yang kau lakukan?" Dalam sekejap suasana tenang yang baru saja kunikmati berubah saat dia terbangun dan terkejut.
"HAN SUNHWA !! Aiish kau." Aku menjitak pelan kepalanya.
"Aiish oppa, apa yang kau lakukan?"
"Yaak, apa kau lupa semalam kau tertidur disofaku?"
"Jeongmal?"
"Kau ini, cepat bangun dan bersihkan tubuhmu lalu cepat kedapur." Aku berlalu meninggalkannya yang masih kebingungan. Hatiku sangat geli saat melihat mukanya yang polos dan bodoh.
Hanya beberapa menit gadis itu keluar dari kamarku.
"Aku hanya cuci muka, tidak mungkin aku mandi disini. Aku sudah ingat apa yang terjadi semalam. Sebaiknya aku kembali ke apartemen bibi."
"Sebentar lagi, temani aku sarapan dulu hari ini." Tanpa ragu aku memeluk tubuh mungil Sunhwa dengan manja agar dia mau menemaniku.
"Oke oke, baiklah. Lepaskan aku sekarang oppa." Aku seperti sedang disurga dan Sunhwa adalah bidadariku, sampai kapan ini akan berlanjut?
"Ku fikir oppa sudah melupakanku." Ucapan Sunhwa membuatku tersedak.
"Hey, pelan-pelan saja oppa."
"Ekhm, aku sudah mencoba melupakanmu tapi usahaku sia-sia saat kau muncul kembali dihadapanku."
"Jeongmal? Memangnya kau bisa melupakanku?"
"Tentu tidak gadis kecil, aku bahkan sangat sulit melupakanmu." Aku menyentil hidungnya yang menggemaskan itu.
"Aiish oppa."
**
Hari-hari kulewati bersamanya saat ini, aku berpergian setiap hari bersamanya, hingga aku melupakan tunanganku sendiri, mungkin jika orang tuaku tahu aku akan dikutuk oleh mereka.
"Katakan oppa, mengapa kau meninggalkanku?" Lagi-lagi ucapan Sunhwa membuatku tersedak.
"Aku melanjutkan kuliahku disini chagi."
"Lalu mengapa kau tidak bilang saja seperti itu? Mengapa kau mengabaikanku?"
"Hey Sunhwa lihat." Kecupan ringan kusandarkan dipipinya saat dia menoleh kearah yang kutunjuk. Sunhwa tersenyum dan wajahnya mulai memerah.
"Hmmm oppa."
Author pov
Himchan memeluk Sunhwa dengan erat sebelum masuk kedalam apartemen bibinya.
"Tidurlah dengan baik Sunhwa." Himchan berlalu dan masuk kedalam apartemennya. Himchan merebahkan tubuhnya disofa dikamarnya.
"Siapa yang sangka bahwa selama ini gadis yang kurindukan tinggal disatu gedung yang sama denganku." Himchan terus bertanya-tanya akan takdirnya sendiri dan tiba-tiba ponselnyha berdering.
"Hallo."
"HIMCHAN!! Dimana kau? Seharian ini kau tidak mengangkat telpon dari eomma, bahkan tempat tinggalmu pun kami tak boleh tahu, anak macam apa kau ini?" Himchan menjauhkan ponselnya dari telinganya akibat ocehan ibunya.
"Bisakah eomma tidak meneriaki aku seperti itu? Aku sangat sibuk eomma, kau tahu kan beberapa bulan lagi aku sudah menyelesaikan kuliahku, aku harus mempersiapkan semuanya dan tugasku sangat menumpuk. Tak perlu khawatir, aku tinggal dengan baik eomma."
"Baiklah, besok siang kau harus datang kerestoran appa, ada yang harus kau ketahui."
"Baiklah." Himchan menghela nafasnya yang berat.
'Aku tahu apa yang ingin kalian katakan padaku,' benak Himchan.
**
"Atur saja sesuka kalian, jika sudah tepatkan waktunya beritahu aku. Maaf tugasku masih banyak, Bye." Himchan berlalu tanpa memperdulikan kedua orang tuanya yang sedang membicarakan sesuatu dengannya.
"Sunhwa dimana kau? Temani aku hari ini ya." Himchan menghubungi Sunhwa, karena dia tahu hanya Sunhwa lah yang mampu menghilangkan badmood nya.
Hanya beberapa menit berlalu kini mereka sudah bertemu.
"Ada apa oppa? Wajahmu terlihat muram, apa ada masalah?"
"Gwaenchana, kau ingat bagaimana pertama kita bertemu?"
"Tentu, saat itu kau terlihat sangat lesu akibat kehujanan."
"Lalu apa kau ingat saat aku mengatakan perasaanku padamu?"
"Ya, kau mengatakannya saat hujan turun didepan rumahku, itu sungguh romantis."
"Lalu, apa kau ingat saat aku meninggalkanmu?"
"Mengapa kau bertanya seperti itu?"
"Sadarkah kau chagi? Hujanlah yang mempertemukan kita, hujanlah yang menjadi saksi saat kita bertemu, saat aku mengatakan cintaku padamu, dan saat aku meninggalkanmu. Dan sekarang kau kembali saat hujan turun begitu deras."
Sunhwa tersenyum mendengar penjelasan Himchan.
"Yaa oppa, kuharap kisah kita pun akan berakhir seperti hujan."
"Apa maksudmu?"
"Setelah hujan berhenti akan ada pelangi yang indah bukan? Kuharap dunia kita akan bersinar indah seperti pelangi itu."
Hati Himchan begitu bahagia dengan ucapan Sunhwa namun seketika badai menerjang rasa itu dengan begitu dahsyatnya.
"Sunhwa i'm sorry." Himchan memeluk tubuh Sunhwa.
Setiap hari Himchan menjalani setiap detiknya dengan penuh kebimbangan, pagi sampai siang hari dia menemani tunangannya, sore sampai malam hari dia meluangkan waktunya untuk pergi bersama Han Sunhwa. Setiap malam Himchan hanya mampu menangis didalam hatinya, sampai kelulusannya pun kini telah tiba.
Himchan ditemani keluarganya dalam acara kelulusannya, dia sangat bahagia karena Sunhwa pun ikut menemaninya saat sore hari untuk merayakan kelulusannya.
Namun kebahagiaan yang Himchan rasakan hancur sudah saat ibunya memberikan sebuah undangan kepadanya.
"20 November? 2 minggu lagi eomma? Apa tidak terlalu cepat?"
"Himchan, kau yang bilang kan agar kami saja yang mengaturnya. Ini akan lebih baik jika kau cepat menjadi pemegang saham terbesar di Eropa."
"Whatever, asal kalian bahagia lakukanlah." Himchan hanya mampu menatap undangan itu dengan sedih.
Himchan pov
Aku membereskan barang-barangku diapartemenku. Yaa, aku akan pindah hari ini. Pagi-pagi sekali aku meninggalkan gedung itu, waktu lalu aku meninggalkan Sunhwa secara tiba-tiba dan secara langsung tapi kali ini aku tak sanggup melukainya lagi. Kuputuskan untuk menulis surat untuknya dan aku meletakkannya didepan pintu apartemen milik bibinya. Aku mengehela nafasku yang berat,
"Han Sunhwa i'm so sorry darling."
Dan aku berusaha melangkahkan kakiku yang berat dan meninggalkan gedung itu.
**
Author pov
19 November 2012
Himchan menatap derasnya air hujan yang mengalir dari kaca jendela kamarnya. Embun yang menempel terlihat sangat jelas hingga mengalihkan pandangannya.
"Akankah hujan ini menemukan kita lagi chagi? Sepertinya badai ini takkan pernah berhenti, dan pelangi itu takkan pernah muncul." Himchan memeluk erat selca Sunhwa.
20 November 2012
Himchan bercermin disebuah ruangan dengan kemeja putih lengan panjang dan sebuah dasi hitam dengan jas hitam serta sebuah bunga mawar yang menghiasi saku jasnya. Celana hitamnya yang terlihat sangat bersih dan sepatu hitamnya yang pekat juga rambutnya yang tertata sangat rapih.
"Himchan, kau sudah siap?" Himchan berdiri dari tempat duduknya dan mulai melangkah keluar. Langit London hari ini sangat mendung seperti hati Himchan yang sangat kelam.
'Han Sunhwa, jangan datang,' benak Himchan.
Kini Himchan berjalan memasuki sebuah gereja yang megah dan besar diiringi alulan musik yang merdu, serta karpet merah yang terbentang luas dilantai. Selang beberapa menit, seorang gadis dengan gaun putih yang indah dan panjang serta sebuket bunga yang digenggamnya membuat gadis itu terlihat begitu anggun berjalan dengan senyumannya yang indah sampai altar gereja tersebut. Himchan meraih tangan gadis itu dan berusaha tersenyum.
Yaa, hari ini adalah hari pernikahan Kim Himchan dengan tunangannya Jeon Hyosung. Himchan berusaha untuk ikhlas menjalaninya, saat Himchan mengucapkan sumpah dan janji suci dihadapan pendeta dan para tamu undangan, seketika hujan terdengar begitu deras diluar sana, hujan yang deras disertai suara petir yang menggelegar.
Himchan terus mengucapkan janji sucinya, meski dia tahu diluar sana ada seseorang yang terluka karena keputusannya.
'Han Sunhwa maafkan aku, aku tak membuat pelangi itu muncul walau badai telah berhenti." Dan air mata Himchan pun menetes saat dia memakaikan cincin dijemari mungil Jeon Hyosung.
Flashback.
Sunhwa pov
Aku menyusul bibiku di London hanya karena pria yang bernama Kim Himchan adalah tetangga bibiku, pria yang selama ini aku cari. Saat aku sampai di London, orang yang pertama kulihat adalah dirinya, Kim Himchan. Sudah hampir satu tahun aku tak berjumpa dengannya, hujan yang deras membasahi kota London saat kedua kalinya aku melihatnya. Setiap hari ku ikuti aktifitasnya, setiap detik aku memperhatikam langkahnya, aku menahan keinginanku untuk menemuinya. Karena aku tahu dia sangat ingin melupakanku, aku terus berusaha dan bertahan. Sampai suatu hari dia terjebak dalam hujan yang sangat deras, aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, kuharap hujan cepat berhenti agar dia cepat pulang. 2 jam berlalu dan hujan pun tak kunjung reda, kuniatkan tekadku untuk mengampirinya walau aku tahu kemungkinan apa yang akan terjadi jika dia melihatku. Dan dugaanku tepat sekali, dia sangat terkejut dan pergi begitu saja meninggalkanku, aku akan terus bersabar hingga dia bisa menerimaku kembali dihidupnya.
Suatu hari aku kembali menekatkan diriku untuk menemuinya disebuah taman, lagi dan lagi hujan turun secara tiba-tiba dan aku begitu heran saat dia hanya berdiri tanpa bergerak ditengah derasnya hujan. Aku berjalan melangkah mengampirinya, rasa takut selalu menghantuiku. Kini dugaanku salah, Himchan oppa memelukku dengan erat saat aku berdiri dihadapannya, betapa bahagianya aku saat ini, sosok yang kurindukan kini merindukanku juga. Sejak hari itu harapanku terhadapnya kembali bersinar. Aku menjalani hari-hari ku dengan penuh kebahagiaan bersamanya.
Aku terbangun dipagi hari, hal yang selalu ingin kulihat adalah Himchan oppa. Aku berjalan keluar apartemen, aku menemukan sebuah amplop didepan pintu. Kufikir ini untuk bibiku, kuambil perlahan dan kulihat amplop itu ternyata ada namaku didepannya. Aku masuk kembali kekamarku, tiba-tiba saja hujan turun secara perlahan. Tetesan air hujan terlihat jelas dari jendela kamarku, kubuka perlahan amplop itu. Sebuah surat dan sebuah undangan, kuabaikan undangan itu dan aku mulai membaca perlahan surat itu.
To : Han Sunhwa my angel
Aku hanya bisa meminta maaf kepadamu chagi, Sunhwa aku tak tahu harus melakukan apalagi. Kuharap kau memafkankan ku, aku sangat mencintaimu namun aku tak dapat mengubah takdirku demi keluargaku. Aku sudah berusaha memberikan kenangan yang indah untukmu bukan? yaa, beberapa hari belakangan ini aku sengaja menghabiskan waktuku bersamamu sebelum aku pergi. Undangan yang kuselipkan disurat ini adalah undangan pernikahanku, aku dijodohkan dengan seorang putri dari teman orang tuaku. Dan acara itu akan dilangsungkan 2 minggu lagi, sungguh aku tak bisa menolak takdir ini Sunhwa. Aku mencintaimu namun maafkan aku, aku tak mampu menemuimu secara langsung. Jangan datang diacara pernikahanku, please. Aku takkan pernah melupakanmu, saranghaeyo.
By : Kim Himchan
Jantungku seakan berhenti memompa darah, air mataku menetes dengan deras seiring air hujan yang kini membasahi jendela kamarku. Terlihat jelas nama Kim Himchan dan Jeon Hyosung diundangan itu, aku berlari keluar dan mengetuk pintu apartemen milik Himchan oppa. Nihil, usahaku sia-sia, terbukti bahwa dia benar-benar sudah pergi. Aku terus mencarinya disetiap sudut kota London, namun tetap tidak menemukannya. Sampai tanggal itupun tiba, 20 November bagai kiamat bagiku, aku menguatkan diriku untuk melangkah menuju tempat suci itu, tempat dimana Himchan oppa mengucapkan janji sucinya.
Aku hanya mampu berdiri didepan gedung itu, langit London sangat mendung, berat sekali langkahku untuk masuk kedalam sana. Aku berdiri disini sudah hampir satu jam, dan tetesan air hujanpun kini mulai membasahi rerumputan dihadapanku. Kubiarkan tubuhku diserbu ribuan tetesan ini, dan air mataku mulai mengalir bersamaan dengan air hujan.
"Ingin rasanya aku berlari kedalam dan memelukmu agar badai ini berhenti, tapi kurasa kau benar oppa. Tak selamanya pelangi itu indah, pelangi tak selalu muncul saat hujan berhenti karena setelah badai ini pelangi yang kuharapkan takkan pernah bersinar lagi."
Kuputar tubuhku dan melangkah menjauhi gedung itu.
"Dan hari inipun, hujan yang menyaksikan perpisahan kita."
-The end-
Ga jadi bikin one shoot, ternyata susah juga ya bikin one shoot. maaf ya buat kalian yang udah nunggu lama ini ff soalnya suda mulai sibuk lagi kekeke~
Tinggalkan jejak chingudeul, terimakasih untuk pembaca setia dan jumpinghimes sang pembuat cover .. Gomawo :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar