Title : Dreams
Cast : Jung Daehyun (Bap)
Moon Jongup (BAP)
Genre : Life, Drama, Comedi, Sad, Friendship
Author :NS. Youzza
Jumpinghimes
Rating : G &T
Lenght : Two shoot
°°
Summarry
Aku terdiam menatap kebahagiaan 'pria itu' saat mengejar mimpinya, dan kini mimpiku terhenti seketika saat 'pria itu' melangkah meraih impiannya. My dreams is My future.
°°
"Yaak, Moon Jongup! Kau hanyalah sampah disekolah ini. Memang siapa yang mau menemanimu? Kau anak bodoh, tak tahu apa-apa, dan kau bahkan hanyalah seorang anak miskin." Pria bernama Moon Jongup itu hanya menunduk geram dengan kata-kata yang dilontarkan teman sekolahnya.
"Apa kau bisa mendapatkan seorang teman hah? Kita bertaruh, jika kau mendapat seorang teman maka aku akan berhenti membully mu, tapi jika kau tidak mendapatkannya maka kau harus menjadi budakku, bagaimana?"
"Mengapa aku harus menjadi budak mu?" ucap Jongup geram.
"Karena kau bodoh, kekeke~"
"Baik, akan kubuktikan pada kalian bahwa aku bisa mendapatkan seorang teman." Jongup berlalu meninggalkan sekelompok pria yang tadi membully nya.
Moon Jongup adalah seorang remaja berwajah tampan dengan matanya yang sipit serta kulitnya yang putih namun ketampanannya tertutupi oleh kelatarbelakangan ekonomi keluarganya, dia tinggal disudut kota kecil. Jongup berjalan menuju rumahnya setelah perasaannya terluka, dia sudah terbiasa dengan perlakuan teman-temannya yang selalu seperti itu.
"Aku pulang." Jongup langsung berlalu masuk kedalam kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya dikasur kecil didalam kamarnya.
"Bagaimana aku bisa mendapat teman? Bahkan aku tidak bisa dengan mudah bersosialisasi. Ah, aku akan meminta bantuannya saja." Dengan cepat Jongup bangkit dan mengganti seragamnya, kini dia berjalan keluar menggunakan kaos hitamnya dan celana pendek putihnya, begitu tampan bahkan tak ada yang mengira bahwa Jongup termasuk golongan keluarga menengah kebawah.
"Kau mau membantuku kan?" Wajah Jongup terlihat memelas saat meminta bantuan kepada temannya.
"Aiish, jangan perlihatkan wajahmu yang seperti itu." ucap seorang gadis yang sekarang duduk berhadapan dengan Jongup disebuah taman.
"Jeball."
"Baiklah, begini saja. Cobalah kau bermain di social media, akan kubuatkan ID untukmu dan akan kuberitahu bagaimana menggunakannya."
"Benarkah aku bisa mendapatkan seorang teman jika seperti itu?"
"Apa kini kau meragukan kemampuanku?" Gadis itu kini terlihat mengejek Jongup.
"Baiklah, lakukanlah."
Gadis itu adalah satu-satunya teman Jongup, hanya dia yang bisa bergaul dengan Jongup. Menurut Jongup, hanya dia yang mampu memahami perasaannya. Sejak Jongup pernah menolongnya dari kejaran perampok kini gadis itu selalu menemani Jongup. Hanya butuh beberapa menit kini Jongup sudah mulai memahami social media yang disarankan gadis itu, wajah Jongup terlihat berseri sekarang.
"Aahh gomawo chagi-ya."
"Berhenti memanggilku seperti itu!" Jongup terlihat gembira.
°°
In Busan.
"Jung Daehyun!" Seorang remaja berlari menghindari ocehan seorang ahjumma yang berteriak sangat keras didalam rumahnya. Jung Daehyun berlari keluar rumahnya, akibat ibunya melihat isi kamarnya yang berantakan dan penuh dengan noda bekas makanan, yaa semalam Daehyun mengundang teman-temannya menginap dikamarnya tanpa sepengetahuan ibunya karena dia sedang pergi ke luar kota.
"Kembali kau anak nakal!" Ibu Daehyun terus berteriak memanggil anaknya yang sudah berlari keluar rumahnya.
Daehyun berhenti dengan nafasnya yang terengah-engah, dia kini mulai berjalan santai menuju sebuah taman dengan kaos birunya serta celana pendek hitamnya. Di taman, Daehyun mengeluarkan laptopnya dari tasnya yang dibawa saat berlari keluar rumah.
"Aku jenuh." Hanya satu hal yang bisa membuatnya tidak jenuh lagi, chatting bersama teman gadisnya di social media.
Daehyun : Hy, apa kau sibuk?
Sheshe : Hy Dae, tidak. Sedang apa kau?
Daehyun : Aku habis berlari menghindari ibuku. Kau tahu ibuku sangat menyeramkan seperti monster dalam film ultraman.
Sheshe : kekeke~ kau ini. Oyaa Dae, sepertinya aku tidak bisa membalas chat mu untuk beberapa waktu kedepan.
Daehyun : Ada apa? Apa aku ada salah?
Sheshe : Maaf Dae, aku sedang mengurusi pertunanganku dengan pacarku. Maaf aku baru memberitahumu sekarang. Aku tak bermaksud membohongimu Dae, Mianhae.
Daehyun tersentak saat membaca chat itu, yaa sejujurnya Daehyun menyukai temannya itu. Karena beberapa kali Daehyun pernah menemuinya, namun dia tak pernah bercerita soal tunangannya.
Daehyun : Oh, gwaenchana.
Daehyun langsung menonaktifkan account nya tanpa menunggu balasan dari temannya. Daehyun menghela nafasnya yang berat, dia berniat menghilangkan kejenuhannya dengan mengobrol tapi sekarang dia lebih jenuh dari sebelumnya.
"What the hell." Daehyun merasa kesal lalu dia berniat mengganti account ID nya.
Kini Daehyun mencoba membuka kembali laptopnya dan membuat account baru, dengan nama profil Jung Dae.
°°
Dikamar Jongup terus menatap layar ponselnya, mengotak-atik gadgetnya yang biasa itu, berusaha mencari teman yang sesuai dengan keinginannya. Jongup terpaku pada satu account karena statusnya sama dengan status yang sekarang ada di account Jongup "My dreams is my future".
"Mengapa statusnya sama denganku." Jongup mencoba membuka foto profilnya.
Jung Dae "My dreams is my future"
Moon Up "My dreams is my future"
Jongup mulai mengetik sesuatu dikotak chat nya untuk orang itu.
Moon Up : Hei
Jung Dae : Hei , baru sadar kalo status kita samaan.
Moon Up : Ya, sebab itu aku chat kamu.
Jung Dae : Apa mimpimu Hyung?
Moon Up : Mimpiku, aku ingin pergi ke Seoul dan menjadi trainee di salah satu agensi dan aku bisa menghibur semua warga Seoul, bagaimana denganmu?
Jung Dae : Ternyata mimpi kita sama , bulan depan aku akan mengikuti trainee disalah satu agensi di Seoul.
Moon Up : Bulan depan? Apa ada? Beritahu aku siapa yang sedang mengadakan audisi.
Jung Dae : TS entertainment, apa kau tahu?
Moon Up : Yaa aku tahu, bisakah kau membantuku soal itu?
Dan sejak hari ini, Moon Jongup dan Jung Daehyun menjadi sahabat yang cukup dekat karena mereka mempunyai pemikiran yang sama. Daehyun tentu tidak tahu bahwa Jongup ternyata lebih muda darinya maka dari itu dia memanggil jongup dengan sebutan Hyung dan Jongup pun tidak mempermasalahkan soal sebutan itu.
Beberapa kali mereka bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing, Jongup menceritakan tentang keluarganya yang cukup sederhana, jelas dia berbohong. Dia hanya tidak ingin Daehyun membully nya seperti yang lain karena ekonomi keluarganya, Daehyun selalu jujur dengan apa yang dia ceritakan tentang ibunya yang galak dan keluarganya yang cukup kaya. Daehyun sudah benar-benar menganggapnya sebagai saudara, karena saat ini hanya Jongup yang mengerti perasaannya.
Jung Dae : Benarkah Hyung akan pergi ke Seoul?
Moon Up : Tentu, kita akan bertemu disana dan meraih impian bersama oke?
Jung Dae : Baiklah Hyung, kita bertemu distasiun.
Moon Up : Baiklah, ayoo kita berangkat.
Jung Dae : Tapi Hyung bagaimana aku bisa menemukanmu? Bahkan kita tak pernah bertatapan langsung.
Moon Up : Cari saja pria tampan bermata sipit dengan hidung mancung, kau pasti menemukanku. kekeke ~
Jung Dae : Aiish Hyung, baiklah.
"Eomma, maafkan aku jika selama ini aku menyusahkanmu. Aku akan buktikan bahwa aku bisa membuatmu bangga mempunyai anak tampan sepertiku. Aku akan meraih impianku, doakan aku eomma. Jaga diri baik-baik." Moon Jongup mencium pipi ibunya yang kini berlinangan air mata melihat kepergian anak tunggalnya itu, dia melangkah menjauhi rumah kecilnya dengan membawa kopernya. Kemeja putih melekat ditubuhnya dengan celana hitamnya serta sepatunya yang hitam membuatnya terlihat sangat tampan. Sebelum pergi dia berpamitan dengan teman gadisnya yang selama ini menemaninya dan menemui teman-temannya yang pernah membully nya, dia berjalan dengan kepala yang tegak dan memberitahu bahwa dia akan pergi ke Seoul dan meraih impiannya.
Berbeda dengan Jongup, Jung Daehyun pergi ke Seoul diantar oleh beberapa pesuruh orang tuanya karena mereka terlalu sibuk untuk mengantar Daehyun. Dia melangkah keluar dengan kemeja birunya dan celana hitamnya, tak mengurangi ketampananya.
Di stasiun, Jongup melangkah keluar dari dalam kereta bawah tanah itu.
"Seoul, kota impianku. Aku datang." Jongup mengedarkan pandangannya keseluruh stasiun itu, begitu ramai hari ini. Jongup memutuskan untuk duduk disebuah kursi untuk menunggu kedatangan Daehyun.
Daehyun yang baru tiba distasiun juga mengedarkan pandangannya keseluruh stasiun, mencari sosok yang bernama Moon Jongup.
"Lihat, banyak sekali pria tampan bermata sipit dengan hidung yang mancung, aiish Hyung dimana kau?" Daehyun terus menggerutu didalam hatinya.
Sesekali Daehyun melihat pria yang digambarkan Jongup, dia mencolek pria itu.
"Moon Jongup?" Dengan wajahnya yang lugu tanpa ragu Daehyun selalu bertanya kepada pria sipit yang dilihatnya, nihil tak ada satupun yang mengaku dirinya adalah Jongup.
"Aku lelah, Hyung dimana kau?" Daehyun memutuskan untuk duduk disebuah kursi dengan nafas yang terengah-engah.
'Bagaimana ini? Apa aku harus keruang informasi untuk mencarinya? Tapi itu terlalu membuang waktu, sudah satu jam aku mencarinya. Apa aku harus teriak saja? Konyol sekali,' benak Daehyun.
Daehyun mulai mengambil nafas yang panjang agar kuat berteriak.
"Ekhm MOOOOON JOOONGUUUPPP." Kini semua orang memandangnya dengan heran dan Daehyun lebih terkejut saat seorang pria yang duduk disebelahnya memukul pelan kepalanya.
"Bodoh, mengapa kau lakukan itu? Aku Moon Jongup." Yaa sebenarnya sedari tadi Jongup duduk disebelahnya namun karena Jongup juga tidak tahu bagaimana sosok Daehyun jadi dia diam saja.
"Mwo?" Daehyun membulatkan matanya saat melihat sosok yang mengaku dirinya adalah orang yang di carinya.
"Yaa, aku Moon Jongup. Mengapa kau berteriak seperti itu? Memalukan."
"Maaf Hyung, aku sudah kehabisan akalku untuk bagaimana mencarimu." Daehyun tertawa dengan polosnya dan menggaruk sedikit kepalanya.
"Kau ini! Ayo pergi, audisi akan segera dimulai."
Kedua remaja yang mempunyai impian yang sama kini berjalan melangkah keluar stasiun dengan masing-masing membawa barangnya. Jung Daehyun, remaja yang berasal dari kalangan menengah keatas berusaha untuk menjalani hubungan baik dengan seorang remaja bernama Moon Jongup yang kenyataannya bukan dari keluarga kaya raya.
°°
Jongup dan Daehyun kini berdiri disebuah gedung yang menjulang tinggi dengan sebuah tulisan didepannya TS Entertainment. Mereka saling menatap sebelum masuk dan dengan bersamaan mengucapkan "FIGHTING!!".
Audisi dimulai, banyak sekali remaja yang mengikuti audisi tersebut, tak banyak yang berpenampilan tidak baik, 90% mereka berpenampilan sangat baik.
Jongup memulai audisinya, sebuah dance yang sempurna dipersembahkan Jongup hingga semua bertepuk tangan sangat keras saat Jongup menyelesaikannya.
Daehyun pun memulai audisinya, semua terpana dengan suara Daehyun yang khas dengan nada tingginya yang mencapai 8 oktaf bahkan lebih, tak kalah dengan Jongup dia pun diberikan pujian dari para juri di ruangan itu. Audisi selesai, semua peserta audisi dipersilahkan pulang karena pengumuman akan ditentukan besok melalui surat berita disebuah majalah terkenal di Seoul.
"Jadi Hyung, kita akan tinggal dimana?" Jongup kebingungan saat Daehyun berbicara seperti itu, bahkan uangnya saja tidak cukup untuk menginap di apartemen.
"Entahlah, aku tak membawa cukup uang." Jongup berusaha mencari alasan. Mereka terdiam sejenak, beberapa menit kemudian sebuah mobil mewah berhenti dihadapan mereka, seorang lelaki dengan jas nya yang rapih melangkah menuju Daehyun.
"Tuan muda, aku disuruh memberikan ini kepada tuan." Jelas Daehyun tahu bahwa orang itu adalah suruhan ibunya, Daehyun sedikit kesal karena dia selalu diawasi oleh suruhan ibunya.
"Apa ini?" Jongup yang masih kebingungan melihat kedua pria yang dihadapannya sedang berbincang.
"Ini kunci apartemen milik tuan Jung, mereka bilang kau harus tinggal disana?"
"Bukankah sudah kubilang agar mereka tidak mencampuri urusanku, aku bisa menjaga diriku."
"Hey Daehyun-ssi ambil saja. Apa kau mau kita tidur dijalanan dikota megah ini? Lagipula ini sudah malam, dan kita tak tahu tentang Seoul bukan, ayo ambil saja cepat." Jongup berusaha menghasut Daehyun agar menyetujui permintaan orang itu.
"Aniya hyung, kita bisa tinggal dipenginapan," bisik Daehyun.
"Tapi tuan muda, aku akan dimarahi oleh tuan dan nyonya jika kau tidak menerima ini?" Wajah pesuruh itu kini berubah 180° dari yang terlihat tegas kini memelas merengek meminta Daehyun menyetujui keinginannya.
"Sudah kubilang tidak akan, ayo Hyung!" Daehyun seketika menarik koper yang digenggam Jongup dan juga menarik koper yang dibawanya juga, terlihat kini Daehyun kewalahan untuk menarik dua koper sekaligus. Jongup yang tak tahu apa yang terjadi langsung mengikuti Daehyun.
"Tt..tapi Dae.. hey tunggu."
Hanya butuh beberapa menit kini mereka sudah menemukan penginapan yang cocok, dan jaraknya pun tidak terlalu jauh dari gedung TS.
"Melelahkan, mari berdoa agar nama kita muncul besok didalam majalah itu," ucap Jongup.
"Ne hyung." Daehyun terlelap seketika saat Jongup masih mengoceh.
"Yaak, Jung Daehyun!" Dia melempar bantal yang sedang digenggamnya ketubuh Daehyun, seketika Daehyun melonjak bangun akibat terkejut.
"Hyung ada apa?" Wajah Daehyun terlihat panik.
"Tidak sopan, aku sedang berbicara kau malah tidur."
"Aiish Hyung kufikir ada apa." Tanpa merasa bersalah Daehyun kembali merebahkan tubuhnya.
Tak tahan lagi Jongup bangkit dan menggelitiki Daehyun dengan kasar. Daehyun dan Jongup tertawa geli, kekeke~
"Hentikan Hyung." Rengekan Daehyun membuat Jongup semakin seru mengerjai Daehyun.
Setelah bercanda begitu seru, mereka membersihkan tubuh mereka masing-masing secara bergantian. Daehyun duduk disofa yang tersedia sambil membuka laptopnya, sementara Jongup masih dikamar mandi. Seketika Daehyun teringat dengan gadis yang pernah disukainya, perasaan sedih itu muncul saat dia tahu bahwa hari ini adalah hari pertunangan gadis itu, Jongup keluar dan mengejutkan Daehyun. Jongup melihat wajah Daehyun yang muram, dan akhirnya Daehyun bercerita tentang gadis itu kepada pria yang dianggap saudara olehnya.
°°
"Hyung Hyung Hyung ayoo cepat bangun cepat kau harus lihat ini." Pagi-pagi sekali Daehyun berteriak keras ditelinga Jongup yang masih tertidur pulas, dia terus menggoyangkan tubuh Jongup sambil menggenggam sebuah majalah.
"Daehyun, hentikan. Ini masih pagi dan aku masih mengantuk."
"HYUUUNGGG BANGUNLAH!" Kali ini Daehyun berhasil membuat Jongup terkejut dan langsung bangun dari tidurnya.
"YAAKK JUNG DAEHYUN KAU!!"
"Lihat ini!" Daehyun langsung memeperlihatkan sebuah halaman dari majalah yang dipegangnya sambil menutupi wajahnya yang takut Jongup ingin memukulnya. Jongup merebut majalah yang dipegang Daehyun dengan cepat dan membaca halaman tersebut dengan teliti. Daehyun sudah tersenyum lebar dan kini Jongup pun tersenyum saat melihat nama mereka berada dideretan pemenang audisi TS Entertainment. Dengan cepat Jongup berdiri diatas kasurnya dan melompat-lompat kegirangan dan Daehyun pun melakukan hal yang sama, mereka melompat sambil berpelukan karena sangat gembira.
"Woooaahh idola baru kini telah tiba!!" teriak Jongup
"Para wanita berbarislah!" Daehyun tertawa.
Seketika Jongup berhenti melompat dan menatap Daehyun dengan wajah yang datar.
"Hey Daehyun-ssi sisakan untukku juga." Daehyun tertawa semakin kencang, dan mereka pun tertawa bersama sambil melompat-lompat seperti anak kecil.
Hari pertama dimulai, bodohnya mereka tak ada satupun yang bangun saat pagi sudah tiba.
"HYUNGGG KITA TERLAMBAT!" Daehyun berteriak saat melihat jam ditangannya menunjukkan pukul 8 pagi, Jongup langsung melonjak dari kasurnya. Mereka bergegas dengan cepat bahkan Daehyun hanya menggosok giginya dan tidak mandi, sementara Jongup sibuk mencari baju yang cocok untuk dikenakan dihari pertama.
"Cepat Daehyun, atau kita akan dikeluarkan dihari pertama." Jongup memukul kepala Daehyun seketika Daehyun sedang sibuk mengikat tali sepatunya yang berantakan.
"Tunggu Hyung, aku sungguh bingung menggunakan ini." Daehyun terlihat panik.
"Pabbo-ya." Jongup terpaksa mengikat tali sepatu Daehyun.
Kini mereka berlari menuju gedung TS, gerbang hampir ditutup dan mereka berteriak bersamaan agar pintu tidak ditutup, sang penjaga pintu begitu aneh melihat kedua remaja itu yang terlihat terengah-engah, bagaimana tidak tempat tinggal mereka cukup terasa jauh jika mereka berlari dengan panik. Hari pertama dimulai, Jongup dan Daehyun duduk bersebelahan disebuah aula besar bersama para trainer yang lain. Satu persatu disuruh memperkenalkan diri dengan lengkap.
"Annyeong, naneun Jung Daehyun imnida, kalian bisa panggil aku Dae atau Daehyun. Asal ku dari Busan, usia ku kini 20 tahun, senang berkenalan dengan kalian dan aku mohon bantuannya." Begitulah yang diucapkan Daehyun saat memperkenalkan dirinya, Jongup sedikit terkejut dengan perkenalan Daehyun.
"Annyeong, naneun Moon Jongup imnida, kalian bisa panggil aku Moon, Jongup atau uppie. Asalku dari sudut kota terpencil, hmm usia ku kini 18 tahun. Mohon bantuannya." Selesai Jongup memperkenalkan dirinya, dia kembali ketempat duduk disebelah Daehyun. Tatapan mata tajam Daehyun kini membuat Jongup bergidik, Jongup hanya menunduk tanpa melihat wajah Daehyun yang kini berubah menyeramkan.
"Rasakan nanti setelah kita pulang," bisik Daehyun.
Seketika Jongup menelan ludahnya dengan berat.
Seperti trainee pada umumnya, mereka mengolah kemampuan mereka pada bidangnya masing-masing. Jongup dance dan Daehyun singing, sore pun tiba mereka bergegas pulang. Sebagian tinggal di dorm TS yang sudah disediakan tapi tidak dengan Jongup dan Daehyun, mereka lebih memilih tinggal di penginapan semula mereka tinggal.
Sesampainya dirumah, Jongup berlari lebih dulu untuk masuk kedalam rumah dan jelas terlihat wajah Daehyun yang mulai geram menatap tingkah temannya itu.
"MOON JONGUP!! KEMARI KAU!" Teriak Daehyun saat memasuki rumah singgah mereka.
Jongup keluar dari kamarnya dengan mengintip sedikit demi sedikit untuk menghampiri Daehyun yang sedang berdiri dengan tangan yang terlipat di pinggangnya.
"KELUAR KAU!" Gertakan Daehyun membuat Jongup dengan cepat melonjak keluar dari kamar.
"Mianhae hyung." Jongup menunduk karena takut akan tatapan Daehyun yang mematikan.
"Bagus sekali tingkah mu Jongup, jadi selama ini kau membohongiku hah?"
"Aniya hyung, bukankah kau juga tidak menanyakan hal itu kepadaku." Jongup masih menunduk walau sedang membela dirinya sendiri.
Terlintas muncul dibenak Daehyun mengiyakan perkataan Jongup.
'Benar juga perkataannya aku juga tidak menanyakan soal usia kepadanya, ah biarkan saja.' benak Daehyun.
"Aa..aniya, tta.. tapi tetap saja kau .." gugup Daehyun.
"Sudahlah Hyung maafkan aku," lanjut Jongup.
"Akan kubalas dendam ku padamu besok Jongup, liat saja." Daehyun masih menatap geram wajah Jongup.
"Aaahh Hyung jebal."
°°
Hari kedua dimulai, seperti biasa mereka melakukan kegiatan mereka di gedung tersebut. Seperti remaja pada umumnya, terkadang mereka terlihat akur namun terkadang mereka berkelahi, Moon Jongup yang masih dilanda perasaan cemas karena Daehyun bisa saja membunuhnya sewaktu-waktu, ya begitulah pikiran remaja tampan itu.
Diperjalanan pulang,
"Hyung apa kita memerlukan sepeda?" ucap Jongup dengan hati-hati.
"Sepertinya butuh, ayoo pergi!" Daehyun menarik lengan Jongup begitu kencang dengan cengkraman mautnya seolah ingin mematahkan tangannya.
"Aarghh Hyung!"
Sesampainya ditoko sepeda.
"Annyeonghaseyo, silahkan." Begitulah sapaan sang pemilik toko itu.
"Annyeong ahjussi, kami akan berkeliling terlebih dulu." Balasan sapaan Daehyun dengan sopannya serta logat busannya yang sangat kental.
Jongup sudah berkeliling mencari sepeda yang cocok Menurutnya.
"Moon, kemarilah."
"Ya,ya,ya ada apa Hyung?"
"Bagaimana dengan ini?"
"Mwo? Apa kau yakin?"
Tangan Daehyun tertuju pada sebuah sepeda berwarna pink dengan sebuah kursi bonceng dibelakangnya dan keranjang didepannya. Terlihat raut wajah Jongup yang kini mulai menahan tawa gelinya.
"Waeyo?"
"Hyung, apa kau ingin merusak citra ku sebagai artis pendatang baru, pasti setelah ini kita langsung masuk majalah dengan judul 'artis pendatang baru yang membawa sepeda kumbang berwarna pink' cukup menggelikan bukan?"
Daehyun terdiam dan akhirnya mereka tertawa bersamaan.
"Carilah yang tepat Hyung." Jongup kembali berkeliling meninggalkan Daehyun yang terlihat konyol sambil menatap sepeda pink dihadapannya.
"Hyung, kemarilah." Kini Daehyun yang menghampiri Jongup.
Jari Jongup tertuju pada sebuah sepeda sederhana berwarna hitam orange yang sudah dimodifikasi, dengan pijakan untuk berdiri diantara ban belakang sepeda itu yang berfungsi untuk memboncengi seseorang.
"Hmmm, kau yakin?"
Jongup mengangguk.
"Baik, kita ambil ini." Sang penjual menghampiri Daehyun, seketika saat Daehyun ingin meminta uang untuk membayar sepeda kepada Jongup, dia sudah menghilang dari sisi Daehyun.
"Aiisshhh anak itu akan kubunuh nanti." Dengan terpaksa Daehyun mengeluarkan sebuah kartu kredit untuk membayar sepeda itu.
°°
"MOON JONGUP! KU BUNUH KAU!" Daehyun berteriak seketika saat sampai dirumah dan melihat Jongup sedang tertidur pulas dikasurnya.
Jongup melonjak seketika, dengan wajahnya yang polos dan lugu dia duduk dikasur sambil mengacak-acak rambutnya. Dengan cepat Daehyun melempar sebuah bantal tepat kewajah Jongup.
"Yaaakk Hyung! Apa yang kau lakukan!" Jongup berteriak.
"Apa yang kulakukan hah? Kau baru saja membuatku kesal membayar sepeda yang kau pilih, sebagai gantinya kau harus mencuci semua baju ku selama satu bulan."
"Mwo?" Manik Jongup terlihat membulat seakan ingin keluar dari kelopak matanya.
"Yaak, apa kau keberatan? Jika iya, bayar setengah uang sepeda itu sekarang."
"Tt..ta..tapi Hyung."
"Yasudah lakukan apa yang ku katakan, Arraseo?"
"Aarghh shit."
Jongup bersikeras menahan emosinya, bahkan uang pun Jongup memang tak punya jadi mau tidak mau dia harus mengikuti semua kemauan Daehyun. Setiap hari Jongup memboncengi Daehyun dengan sepeda barunya ketempat mereka mengasah bakatnya.
Sampai suatu hari pertengkaran hebat antara kedua sahabat ini dimulai.
"Sudah kubilang, jangan sentuh barang itu!" Jongup berteriak saat Daehyun membereskan serpihan patung kecil yang tak sengaja ia jatuhkan. Ya, patung kecil yang diberikan orang tuanya yang dipercaya sebagai jimat pengusir sial dihidupnya.
"Mianhaeyo, aku benar tidak sengaja menjatuhkannya. Aku hanya berniat membersihkannya namun kakiku terpeleset." Terlihat jelas Daehyun menahan tangisannya.
"Harus berapa kali kuperingatkan, jangan sekalipun kau menyentuh patung itu, JANGAN!"
"Jeongmal mianhae."
"Sudahlah, aku akan pergi."
"Jongup-ssi."
Dengan cepat Jongup keluar dari kediamannya dan membanting pintu dengan keras.
Hati Jongup seakan ingin meledak akibat emosi yang ditimbulkan sahabatnya. Hati Daehyun seakan teriris akibat ulahnya yang tidak disengaja.
"Pabbo-ya, kau benar-benar bodoh Daehyun." Daehyun menyesali perbuatannya.
Tiga hari berlalu, Daehyun dan Jongup sama sekali tidak saling sapa, di TS pun mereka tidak saling sapa. Jongup pun menginap di dorm TS setelah pertengkaran itu, Daehyun terus mencoba meminta maaf kepada Jongup namun Jongup masih merasa dirinya hancur.
"Jongup kumohon, maafkan aku," ucap Daehyun sambil memegangi tangan Jongup.
"Apa Hyung tahu bagaimana perasaan ku begitu hancur?" Air mata Jongup menetes dengan cepat.
"Aku tahu, aku minta maaf. Aku benar-benar tak sengaja." Kedua sahabat itu saling menangis didepan gedung TS, awan sudah gelap dan tidak ada satupun yang terlihat disana.
"Pulanglah, aku kesepian tanpamu," pinta Daehyun.
"Aku..aku juga sejujurnya kesepian tanpamu Hyung ."
Mereka saling berpelukan dan akhirnya Jongup kembali kerumah kecil mereka.
Jongup masih terdiam menatap serpihan patung yang sudah dibereskan disatu wadah oleh Daehyun,
"Eomma, mianhae. Aku tak bisa merawat barang pemberianmu dengan baik." Jongup mulai menatap serpihan itu dengan sedih.
"Hey Moon, besok kita libur. Apa kau ingin pergi ke suatu tempat?" tanya Daehyun dengan hati-hati.
"Aniya, aku ingin dirumah saja Hyung. Apa kau akan pergi?"
"Ne, aku akan pulang ke Busan. Apa kau baik-baik saja jika kutinggalkan? Apa kau tidak ingin pulang kerumah."
"Aniya Hyung, gwaenchana."
°°
Daehyun bersiap pulang ke Busan, Jongup masih terlelap dikasurnya. Daehyun menyelipkan beberapa lembar uang dan surat untuk Jongup. Jelas dia sangat mengkhawatirkan pria yang kini sudah dianggap adiknya sendiri, libur panjang dimulai. Daehyun kembali ke Busan selama satu minggu, dia terlalu mencemaskan keadaan Jongup.
Jongup terbangun akibat sinar mentari yang hangat menyinari kamarnya, dilihatnya Daehyun sudah tidak ada kamarnya. Jongup mengambil titipan Daehyun, sebuah surat dan beberapa lembar uang untuknya.
"Moon Jongup, tidurlah dengan baik dan makan dengan teratur. Aku akan kembali satu minggu kemudian, gunakan uang ini dengan baik Ne." Begitulah isi surat dari Daehyun.
Jongup menghela nafasnya yang cukup berat.
"Apa yang akan kulakukan seminggu ditempat ini?"
Jongup mulai melangkahkan kakinya keluar dari rumah kecilnya,
"Mungkin aku harus mengembalikan uang sepeda itu." Terlintas dipikiran pria tampan bermata sipit itu untuk menjadi seorang penjaga minimarket didekat kediamannya. Jongup mulai memberanikan diri untuk mencoba hal itu, alhasil dia diterima oleh sang pemilik toko.
Jongup Pov
Sungguh tidak masuk akal bahwa seorang calon artis dari agensi yang cukup terkenal di Seoul kini menjadi seorang penjaga minimarket, tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin mengembalikkan uang Daehyun Hyung, dengan begitu aku tidak memiliki beban lagi. Hari pertama ku dimulai, hari pertama menjadi penjaga minimarket dan hari pertama aku tidak menginjak lantai dance di gedung TS.
"Uppie, kau harus bisa mengerjakan semua yang ada disini. Saat buka toko kau harus bersihkan lantai dan membuang sampah, dan saat kau pulang pun harus lakukan hal itu. Arraseo?" Begitulah ucapan yang ku dengar dari sang kepala toko minimarket itu.
"Arraseo." Aku mulai mengerjakan apapun yang bisa kulakukan.
Hari terus berganti, matahari yang cerah terus menerangi kota ini pada siang hari. Bintang bertabur saat malam begitu indah terlihat, hidupku mulai terasa hampa tanpa adanya Daehyun Hyung disisiku. Dia sudahku anggap sebagai saudaraku sendiri, apa kabarnya ia disana? Ya, tepat hari esok adalah hari kepulangan Daehyun Hyung. Tak terasa sudah satu minggu berlalu, kulalui hariku tanpanya. Apa dia merindukanku? Akan kuberikan kejutan untuknya.
Daehyun pov
Satu minggu berlalu dan aku harus meninggalkan Busan kota kelahiranku hari ini, dan kembali ke Seoul untuk hidup kembali bersama Jongup. Konyol bukan? Aku sangat merindukannya, entah dia merindukanku atau tidak tapi aku begitu merindukannya. Yaa, setelah aku tahu bahwa dia lebih muda dariku, aku mulai menganggapnya sebagai adikku sendiri. Tak peduli apa dia menyukai keberadaanku atau tidak, namun aku ingin selalu menjaganya. Moon Jongup, aku akan kembali.
Author pov
Jongup mengendarai sepedanya menuju sebuah toko kue dipinggir taman kota Seoul, ya dia berniat untuk membelikan kue untuk merayakan kepulangan Daehyun.
"Aku konyol bukan? Bahkan Daehyun Hyung bukan saudara kandungku, dulu aku bukanlah orang yang mempunyai teman. Sejak kehadiran Daehyun Hyung aku merasa hidupku seakan bersinar, karena hanya dia sahabatku serta saudaraku. Ku sisihkan beberapa uangku hanya untuk membeli kue perayaan kepulangannya." benak Jongup.
Sinar matahari yang menyengat merasuki kulit putih Jongup membuat keringat Jongup mengalir dari dahi hingga dagunya. Sesekali Jongup menghela nafasnya yang begitu berat, entah apa yang terjadi firasatnya memburuk.
"Aku pulang. Uppie, dimana kau?" Daehyun yang baru sampai kerumah singgahnya bersama Jongup mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan.
'Kemana perginya anak itu?' benak Daehyun.
Daehyun menunggu Jongup sambil membereskan beberapa barang yang dibawanya. Daehyun merentangkan sebuah kaos putih polos dengan gambar kelinci dibagian depannya. Kaos yang sudah ia siapkan untuk Jongup.
Malam pun tiba, Daehyun masih tidak menemukan Jongup dirumahnya sendiri.
'Apa Jongup pulang ke desanya tanpa memberitahuku? Apa dia masih marah akibat patung yang kupecahkan tempo hari? Sebaiknya aku mencarinya.' Daehyun mulai beranjak dari tempat duduknya. Sesaat ia ingin keluar, sudah ada beberapa orang berdiri didepan pintu rumahnya. 2 pria berbadan besar dan kokoh menghampirinya dengan baju seragamnya yang khas, seorang polisi.
"Selamat malan tuan, apa benar disini tempat tinggal pria bernama Moon Jongup?"
"Ya pak, benar sekali. Apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Apa hubungannya dirimu dengan pria itu?"
"Aa.. aku adalah saudara laki-laki nya pak."
"Kalau begitu ikut kami."
Detak jantung Daehyun seakan berdetak secepat kilat saat berjalan bersama kedua polisi itu.
'Apa yang terjadi? Ada apa dengan Jongup? Ulah apa yang ia lakukan hingga melibatkan polisi? Dimana kau Uppie? Apa yang terjadi?' Ribuan pertanyaan muncul dibenak Daehyun.
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar