Title : Dreams
Cast : Jung Daehyun (Bap)
Moon Jongup (BAP)
Genre : Life, Drama, Comedi, Sad, Friendship
Author :NS. Youzza
Jumpinghimes
Rating : G &T
Lenght : Two shoot
**
"Mianhae Hyung, aku hanya..." Jongup menunduk dengan wajah yang merasa bersalah.
Daehyun yang sedang berbincang dengan beberapa polisi dihadapannya berusaha agar bisa bernegosiasi untuk membebaskan Jongup. Beberapa menit kemudian,
"Kau boleh pulang, lain kali kau harus berhati-hati anak muda." Seorang polisi melepaskan borgol yang sedari tadi melekat ditangan mungil Jongup.
"Pak, masukan aku kesana ! Ku mohon." Ucapan Jongup yang tiba-tiba itu membuat semua orang didalam kantor polisi kebingungan.
"Hey Moon kau !!" Daehyun begitu geram melihat tingkah Moon.
"Aku bersalah Hyung, aku tahu ini salahku. Cepat masukan aku kesana, Jeball." Moon merengek menangis dihadapan para polisi.
Beberapa polisi terlihat menahan tawanya, Daehyun menyerah dan polisi akhirnya memasukkan Jongup dan Daehyun kedalam penjara.
"Makan gratis, tempat tidur gratis,, wooahh hidup memang indah," ucap Jongup.
"Moon Jongup!" Daehyun memukul kepala Jongup dengan keras.
"Yaakk kau Hyung!"
"Tingkahmu kekanakan sekali Moon, ceritakan padaku apa yang terjadi."
Flashback
Moon Jongup mengendarai sepeda mungilnya dengan sweater biru serta celana pendek putihnya, menyusuri jalanan kota Seoul yang ramai akan penduduknya. Mentari bersinar menghangatkan kulitnya yang putih, angin berhembus menyusuri setiap lehai rambutnya, Jongup tertuju pada sebuah toko kue yang tidak begitu ramai pengunjungnya. Yaa, Jongup berniat membeli kue untuk kepulangan sahabatnya, Daehyun. Jongup menunjukkan kue yang dia inginkan, kue yang tidak terlalu besar dengan lapisan coklat diantara bolunya, dan sebuah tulisan diatasnya "Welcome back Busan Boy".
Jongup membawa kue itu dengan hati-hati, kue itu membuatnya kerepotan mengendarai sepedanya. Tak disangka, kue yang dipegang Jongup terjatuh dijalan dan hal itu mengakibatkan sebuah sepeda motor tergelincir dibahu jalan. Jongup panik dan terkejut seketika saat melihat kendaraan itu terjatuh, tak jauh dari tempat kejadian ada seorang polisi yang sedang berpatroli alhasil dibawalah Jongup ke kantor polisi.
Dengan wajahnya yang murung Jongup menjelaskan beberapa pertanyaan yang diajukan sang polisi, dan menyebutkan alamat tempat tinggalnya serta membawa nama Jung Daehyun. Hatinya sedih akibat kue yang dibelinya dengan hasil kerja kerasnya sia-sia.
Flashback end
"Jadi, kita merayakan kepulanganku didalam tempat seperti ini Moon?" Daehyun menatap Moon dengan rasa tidak percaya akan hal yang ia buat.
"Kekekek~ menyenangkan bukan Hyung." Tawa Jongup dengan gembira.
**
Satu hari berlalu, kedua remaja tersebut dikeluarkan dari penjara. Sang polisi tertawa aneh kepada kedua pria itu, namun Jongup dan Daehyun terlihat begitu gembira saat keluar dari penjara, seakan mereka dipenjara bertahun-tahun.
Jongup mengendarai sepedanya memboncengi Daehyun, angin pagi itu berhembus menerpa rambut hitam Daehyun. Keadaan diantara mereka sedikit canggung, keduanya saling diam. Sesampainya dirumah singgah mereka, Jongup memarkir sepedanya didepan rumah sedangkan Daehyun lebih dulu masuk kedalam rumah.
"Selamat datang kembali Hyung!" Teriakan Jongup membuat Daehyun terkejut.
Daehyun menatap Jongup penuh arti dan dengan cepat melingkarkan lengannya yang kekar keleher mungil Daehyun.
"Kau benar-benar seperti adikku Moon." Mereka tertawa bersama, kecanggungan pun langsung hilang seketika.
Malam pun tiba, Jongup sibuk mengotak-atik gadget nya sedangkan Daehyun asik menonton tv.
"Hyung, bagaimana jika kita pergi ke suatu tempat malam ini. Dua hari kedepan kita sudah mulai melakukan traine lagi bukan? Ayo kita bersenang-senang." Jongup segera bangkit dan membujuk Daehyun.
"Sudah malam Moon, aku lelah."
"Aahh ayolah Hyung ayolah." Rengek Jongup seperti anak kecil.
"Aiish kau, ayo pergi." Tawa Jongup kini semakin melebar.
Malam Seoul yang dingin, seperti biasa Jongup mengendarai sepedanya dan Daehyun asik diboncengi oleh Jongup. Sweater hitam yang melekat ditubuh Jongup serta Daehyun membuat mereka semakin tampan. Jongup berhenti disuatu tempat, seperti kedai kecil yang menyediakan makanan dan minuman.
"Disini saja Ne?" tanya Jongup.
"Baiklah."
Kebahagiaan yang terpancar dari wajah kedua pria itu seakan mereka adalah bayi yang tak punya beban dan selalu bahagia. Moon Jongup berjanji didalam hatinya untuk menjadikan Daehyun sebagai saudaranya, tepat malam ini mereka sama-sama mengucapkan janji mereka satu sama lain, tatapan Daehyun terhadap Jongup menandakan bahwa Daehyun akan berjanji untuk menjaga Jongup dengan baik.
**
Mentari bersinar menghangatkan tubuh kedua remaja yang sedang terlelap didalam kamar yang berukuran 3x4 itu. Jongup membuka perlahan matanya dan berusaha bangkit dari tidurnya, mata kecilnya masih terlihat mengantuk akibat pesta kecil yang ia lakukan bersama Daehyun semalaman. Daehyun yang masih nyenyak tertidur disebelah Jongup tidak menyadari bahwa Jongup kini sudah bangun.
Seperti layaknya seorang remaja, mereka pun butuh kesenangan dan kasih sayang dari orang tuanya. Saat makan siang, Daehyun menerima telepon dari orang tuanya, seketika terpancar wajah iri Jongup terhadap Daehyun yang memiliki segalanya.
'Eomma, aku merindukanmu. Kapan kita bisa bertemu? Aku harap Eomma baik-baik saja. Aku berjanji akan pulang jika aku sudah melakukan debutku. Tunggu aku Eomma.' benak Jongup.
Hari penentuan pun tiba, TS entertainment melakukan beberapa test untuk para trainee saat mulai masuk kembali. Jongup dan Daehyun tentu sudah mempersiapkan diri untuk melakukan test ini karena hasilnya akan menentukan siapa yang akan debut di kemudian hari.
"Hyung, kau berangkat sendiri tak apa bukan? Ada hal yang harus ku kerjakan lebih dulu," ucap Jongup.
"Kau mau melakukan apa?"
"Cepat pergi jangan sampai terlambat."
"Ahh baiklah, kau tak boleh datang terlambat. Oke?"
Daehyun berlalu meninggalkan Jongup yang masih dirumah. Jongup mulai mengendarai sepedanya dengan cepat, dengan kaos putih serta celana hitamnya serta topi birunya, Jongup melewati beberapa blok dari rumahnya.
Jongup pergi ke kantor pos untuk mengirimi surat kepada ibunya, semalaman Jongup menulis surat untuk ibunya, meminta doa agar dia lulus test hari ini.
"Eomma doakan aku," ucap Jongup.
Di lain tempat, Daehyun yang sudah duduk dikursi bersama para trainee TS melihat penampilan mereka satu persatu. Keringat dingin mulai mengucur dilengan Daehyun, terlihat jelas dia begitu gugup melakukan test ini. Berkali-kali Daehyun melihat jam biru yang melekat dilengannya, Jongup tak kunjung datang.
'Moon, dimana kau? Aku begitu gugup. Ayolah datang,' benak Daehyun.
Giliran Daehyun pun dimulai, ia berjalan ke atas panggung dan mulai menghela nafasnya yang berat, dan ia mulai bernyanyi dengan sempurna.
Hanya butuh 5 menit Daehyun menyelesaikan test vocalnya, dia kembali ke tempat duduknya semula. Mengedarkan pandangannya mencari sosok Jongup yang masih belum datang. Akhirnya Daehyun menghubungi Jongup,
"Yeoboseyo, Moon dimana kau?"
"Yaa Hyung, aku sedang dijalan menuju kesana."
"Cepatlah giliran mu akan segera dimulai."
"Yaa, ini aku sudah mempercepat gerakan. Apa kau sudah melakukan test?"
"Yaa sudah, cepatlah Moon. Kesempatan kita untuk debut akan dimulai."
"Iyaa yaa, aku akan segera sam ... aaarggh!" BRUKK
"Moon, yeoboseyo, moon, moon apa yang terjadi." Ponsel Jongup tiba-tiba mati. Detak jantung Daehyun berdegup sangat kencang, dia tahu pasti terjadi sesuatu terhadap Jongup.
"Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan?" Daehyun terlihat begitu panik terlebih saat nama Jongup dipanggil untuk melakukan test. Kedua kalinya nama Jongup dipanggil tanpa berfikir panjang Daehyun segera keluar ruangan dan berlari keluar gedung TS, semua melihat dengan heran apa yang dilakukan Daehyun.
Daehyun berlari dengan panik, dia melihat ada kerumunan orang-orang tak jauh dari sana. Daehyun segera menuju kerumunan tersebut, dia meloncat-loncat agar bisa melihat apa yang ada didalam kerumunan itu.
"Permisi, maaf permisi." Daehyun berusaha menyingkirkan orang-orang yang menutupi.
"MOON JONGUP!!"
**
Jung Daehyun berdiri dihadapan seorang pria yang tengah terbaring dikasur yang serba putih dengan tangan dan lengan yang digips serta kepala yang diperban.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Cukup baik dari sebelumnya, Hyung ceritakan padaku bagaimana test itu?"
"Kau tahu? Bagaimana aku saat melakukan test? Tanganku gemetar saat memegang mic dan kakiku gemetar saat aku melakukan high note dengan nada yang tinggi. Andai kau ada disana kau pasti bertepuk tangan saat aku menyelesaikan test itu."
Pria itu hanya tertawa mendengar penjelasan Daehyun.
"Dan kau tahu? Orang-orang disekitarku melihat heran kearahku saat namamu dipanggil dua kali lalu aku langsung berlari keluar gedung TS tanpa permisi kepada mereka, aku fikir setelah ini mungkin aku akan dikeluarkan atau aku akan dipaksa untuk mengundurkan diri menjadi trainee di TS, tapi setelah tiga hari hasil test keluar, dan tak ku sangka aku lolos Moon, aku akan debut bulan depan." Kedua pria itu saling tertawa meski Daehyun memendam rasa kasihan terhadap pria itu, namun Daehyun fikir mungkin ini akan membuatnya bahagia karena dia yang menginginkan Daehyun bercerita. Hati Daehyun seakan teriris menceritakan hal itu kepada pria yang dianggap adik olehnya. Seketika Daehyun mengingat kejadian beberapa waktu lalu yang mengakibatkan kecelakaan yang diderita Moon Jongup, Daehyun panik saat melihat Jongup terbaring tak sadarkan diri dengan kepala yang berlumuran darah serta luka dikaki dan tangannya, darah merah yang melekat ditubuh putih Jongup waktu itu membuat tangan Daehyun bergetar saat memegang tangan Jongup, terlebih saat Daehyun diberitahu oleh dokter bahwa kaki dan lengan Jongup patah akibat terlindas ban mobil yang menabraknya waktu lalu.
Moon Jongup terduduk lemas di kasur rumah sakit itu namun dia berusaha melemparkan senyum malaikatnya dihadapan Daehyun.
"Hebat bukan? Kau akan debut bulan depan? Aku pasti akan melihatmu menjadi artis terkenal Hyung. Aku akan mendukungmu." Daehyun terduduk didepan Jongup sambil memegang tangan nya.
"Kau juga pasti akan debut Moon, kau harus menyusulku setelah ini."
"Hey Hyung, apa kau mau menolongku?"
"Tentu, aku akan selalu membantumu Moon."
**
Jongup terduduk dikursi rodanya disebuah kamar rumah sakit, besok dia akan keluar dari rumah sakit itu. Dia duduk menghadap kearah jendela, meski perban dikepalanya dan gips dilengannya sudah dilepas namun kaki nya masih tak sanggup menopang tubuhnya yang mungil. Cahaya matahari yang menyengat menghantar masuk ke wajah Jongup, terlintas dipikiran Jongup untuk menghabisi hidupnya sendiri.
Setiap malam Jongup hanya merenung memikirkan hal-hal konyol, sejujurnya hati Jongup begitu iri melihat Daehyun yang beberapa hari lagi akan melakukan debutnya, sedangkan Jongup hanya terduduk manis merenung tak punya tujuan.
"Hei Moon, kau sedang apa?" Daehyun datang dan melihat Jongup yang sedang merenung. Jongup hanya diam tak merespon sapaan Daehyun.
"Hei, apa ada sesuatu yang terjadi?" lanjut Daehyun.
Daehyun kesal dengan tanggapan acuh dari Jongup, dengan cepat dia melempar bantal yang ada dikamar itu kearah Jongup.
"Yaakk! Jung Daehyun!" Jongup berteriak keras.
Daehyun mundur selangkah akibat teriakan Jongup.
"Ada apa Moon?" Wajah Daehyun terlihat memelas.
"Pergilah! Aku sedang tidak ingin bertemu dengamu."
Hati Daehyun seakan tertombak dengan cepat akibat usiran Jongup.
"Ada apa Moon? Beritahu aku, mungkin aku bisa membantumu.
Jongup terdiam sejenak, dia memutarkan kursi rodanya dan kini berhadapan dengan pria berkaos hitam itu.
"Benarkah kau bisa membantuku? Benarkah kau bisa memenuhi keinginanku? Benarkah bisa Hyung?!" Nada suara Jongup semakin tinggi.
"Jika kau yang meminta aku akan berusaha memenuhinya Moon."
Mereka terdiam sejenak, mata Moon mulai berkaca-kaca akan air mata.
"Hentikan debutmu demi aku, apa kau bisa?"
"Mwo?"
"Ne, bisakah?"
Daehyun menelan ludahnya, kakinya bergetar, detak jantungnya berdetak hebat.
"Ttaa..tapi Moon."
"Tidak bisa kan? Kau bilang kita akan mengejar mimpi bersama, kau bilang kita mempunyai mimpi yang sama. Apa kau tidak bisa menunggu aku hingga kita bisa mengejar mimpi bersama? APA TIDAK BISA HYUNG?!" Air mata Jongup menetes setelah dia berkata seperti itu. Daehyun hanya mampu berdiri dihadapan Jongup tanpa berkata, bahkan Daehyun tak mampu melihatkan wajah murungnya dihadapan Jongup.
Selama beberapa menit mereka hanya terdiam tanpa bersuara, Jongup masih meneteskan air matanya.
"Ambilkan pisau untukku Hyung!"
"Mwo? Pisau?"
"Ne."
Daehyun berjalan keluar kamar itu, dia mencari pisau di sebuah ruangan seperti gudang dirumah sakit.
"Pisau untuk apa dia, kecil atau besar ya?" Ada beberapa pisau yang dibawanya, pisau kecil, pisau sedang seperti pisau dapur, dan pisau yang besar seperti pisau untuk memoong daging cincang.
"Kau pilih yang mana Moon? Untuk apa pisau ini?"
"Untuk memotong kakiku."
"MWO?" Daehyun berteriak seketika saat Jongup berkata seperti itu.
Ketiga pisau digenggam Jongup, dia terdiam sejenak.
"MOON JONGUP ! Apa kau sudah gila? Waeyo?"
"Untuk apa jika ada kaki ini namun tak bisa mengejar mimpiku bersamamu?"
"Jangan gila Moon, apa kau benar-benar sudah tidak waras."
Jongup mengambil pisau yang paling besar, mengangkat pisau itu dan siap memotong kakinya yang masih diperban.
"MOON JONGUP HENTIKAN!"
Seketika Jongup melempar pisau yang digenggam nya, Daehyun kaget namun sedikit lega.
"Huh syukurlah Moon, jangan bertindak bodoh. Tapi mengapa kau tiba-tiba melempar pisau itu."
"Aahh, Hyung! Kau tahu? Itu pisau kenapa besar sekali. Aku takut sekali melihat pisau sebesar itu." Dengan polos Jongup berkata seperti itu.
"Kekeke~ Dasar bodoh!" Daehyun tertawa kegirangan melihat Jongup bersikap seperti itu.
**
Jongup POV
Aku duduk diantara ribuan penonton yang menghadiri sebuah acara musik terbesar di Seoul. Dengan tongkat yang selalu kubawa kemanapun untuk menopang tubuh mungilku, syal putih yang melekat dileherku hingga menutupi sebagian daguku, aku disini hanya menunggu penampilan seseorang. Aku melihat setiap perform dari para artis yang sudah terkenal di Seoul, senyum simpulku kini terlihat saat sang pembawa acara menyebutkan satu nama yang kutunggu, Jung Daehyun. Pria yang sudah ku anggap sebagai abang kandungku kini berdiri diatas panggung yang megah dengan sorotan lampu yang berkilau terpancar ke seluruh tubuhnya. Dengan pakaian rapih serta rambut yang tertata rapih, makeup yang menjadikan dirinya begitu tampan. Hatiku seakan menangis saat mengingat bagaimana aku terlalu bodoh menyuruhnya berhenti mengejar mimpinya hanya demi aku, bahkan dengan tingkahku yang konyol ingin menghabisi hidupku. Tapi kini aku duduk disini melihat dirinya debut sendiri tanpa aku, yaa aku hanya bisa melihat dirinya mengejar mimpinya sendiri.
Daehyun POV
Hari ini aku berdiri dengan tegak ditengah panggung yang begitu megah, ribuan penonton berteriak histeris saat namaku disebut oleh sang pembawa acara. Hatiku berdetak tak menentu, ku kuatkan kaki ku untuk melangkah. Aku melihat sesosok pria yang sangat kukenali diantara ribuan penonton dihadapanku, pria dengan matanya yang sipit serta kulitnya yang putih, syal putih yang melekat dilehernya melihatkan dirinya yang begitu tampan, yaa dia adalah Moon Jongup. Teman yang sudah kuanggap adikku sendiri, meski hatiku sangat bersedih karena keegoisanku yang debut sendirian, namun aku akan berusaha menampilkan yang terbaik untuk semuanya.
"Moon Jongup, maafkan aku. Ku tahu kau pasti memaafkanku karena keegoisanku."
Author POV
Seketika air mata Jongup menetes saat mendengar Daehyun bernyanyi dengan maksimal diatas panggung yang megah itu. Semua mata tertuju pada sosok Daehyun yang bersinar saat bernyanyi seakan seperti malaikat yang indah dan tampan.
"Hyung, aku sedih saat kau berjalan mengejar mimpimu sendirian tanpa aku," ucap Jongup diantara ribuan penonton diacara tersebut. Tepuk tangan dan sorakan yang meriah menghantar sesaat setelah penampilan pertama Daehyun dihadapan orang-orang selesai. Daehyun tersenyum gembira dan menyapa hangat ribuan penonton yang ada ditempat itu, mata Daehyun berbinar saat manik nya tertuju pada satu sosok yang dilihatnya sedang duduk manis sambil tersenyum, Moon Jongup.
**
"Moon, dimana kau?" Teriak Daehyun saat masuk kedalam kamar Jongup.
Kini Daehyun sudah menjadi artis pendatang baru yang cukup terkenal di Seoul, mereka kini tinggal di dorm TS, meski Jongup masih belum sembuh total akibat kecelakaan itu namun Jongup tetap berlatih di TS. Daehyun mengedarkan pandangannya mencari sosok Jongup, nihil tak ada siapapun dikamar tersebut.
Daehyun menemukan sebuah surat yang ditulis Jongup dimeja, surat itu tertuju padanya.
To : Jung Daehyun
"Hai Hyung, maaf aku tidak memberitahumu lebih awal. Aku pergi ketempat tinggal asalku. Aku tidak bermaksud meninggalkanmu, namun aku hanya tidak ingin mengganggu aktivitas mu yang kini sudah menjadi artis terkenal, kekeke~
Aku sudah meminta izin untuk mengambil cuti beberapa hari kepada manager, jadi kuharap kau makan dengan baik dan tidur dengan teratur. Aku pasti akan merindukanmu Hyung, aku pasti akan kembali. Jadi jangan tidur dikasurku ya Hyung, kau pasti akan membuat semuanya kotor, kekeke ~.
Sampai jumpa Hyung.
By : Moon Jongup
Daehyun menghela nafasnya yang berat sambil memegang erat surat yang diberikan Jongup.
"Aku tahu kau berbohong Moon, aku tahu kau pergi untuk menghilangkan rasa kecewa mu padaku. Mianhae Moon, aku akan menunggumu disini. Meski kita debut ditahun yang berbeda, tapi aku yakin kau akan bisa terkenal seperti ku Moon."
Di lain tempat.
Seorang pria berdiri dipinggir pantai dengan celana pendek biru serta kaos putihnya, berdiri tegak menghadap air laut, suara ombak yang begitu merdu serta deru angin yang menerpa rambut nya, pria itu terlihat nyaman dengan suasana itu. Yaa, Moon Jongup kini sudah bisa berdiri tegak tanpa bantuan tongkat lagi, meski masih belum bisa dance secara sempurna namun dia tetap berusaha berdiri tegak. Seorang wanita yang sudah cukup tua menghampiri Jongup dan merangkul pinggang mungil Jongup.
"Ahh Eomma." Yaa, dia adalah ibu Jongup.
"Moon, apa yang kau lakukan?"
"Aku hanya merindukan tempat ini, ada apa menghampiriku?"
"Gwaenchana, kau harus tetap berdiri Moon. Raihlah mimpimu, mimpi yang selama ini kau dambakan. Jangan menyerah hanya karena suatu hal kecil, jangan menyerah hanya karena perasaan kecewa mu, kegagalan adalah awal dari kesuksesanmu. Kau sudah menjadi pria dewasa, tunjukkan bahwa kau adalah pria yang tangguh. Mimpimu adalah hidupmu."
Moon Jongup tersenyum dan dia langsung memeluk ibunya.
'Hyung, aku iri dengan mu yang sudah memulai debutmu. Namun kau pasti iri padaku karena aku mempunyai orang tua yang begitu bijaksana,' benak Jongup.
The end ~
Gomawo chingudeul, buat semua yang sering mampir ke blog dan jadi pembaca setia di blog ini :D maaf kalo agak absurd,, terimakasih untuk partner setia Jumpinghimes D:
Tinggalkan komen yaa, kritik dan saran kalian sangat diperlukan ..
Tunggu karya lainnya yaa, gamshahamnida..
Youzza_nisarr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar