Kamis, 12 Juni 2014

Hope


HOPE


Cast : Lee Chaerin (2NE1)
Taeyang (Bigbang)
Genre : Sad, Romance
Cover by : Jumpinghimes
Author  NS. Youzza
Lenght : One shoot



**Summarry**

"Bisakah aku? mampukah aku ? sanggupkah aku ? akan kujalani semampu mungkin demi dirinya karena langit Seoul mampu indah hanya karena ada dirinya dihidupku."




**
Aku terbaring lemah dengan segala infusan yang menempel diseluruh tubuhku, yaa aku memakai baju khas rumah sakit berwarna biru dan berada didalam kamar yang serba putih ini. Eomma ku datang dan membawa beberapa buah serta butiran-butiran kapsul,
"Minumlah jika kau ingin cepat keluar dari kamar ini." Aku hanya menuruti segala perkataannya .
"Apa Taeyang sudah tahu?"
"Dia belum tahu sayang, istirahatlah. Akan ku pastikan dia tidak tahu keadaanmu."
Yaaa, itu cukup membuat ku lega sekarang. Sungguh aku hanya tidak ingin dia tahu keadaanku saat ini.

1 minggu berlalu, aku berhasil bangkit dan keluar dari kamar ini. Hembusan angin Seoul yang menandakan musim dingin akan tiba begitu kurasakan ditubuhku saat aku keluar, kurapatkan syal putih yang melingkar dileherku, langit siang ini sangat mendung seakan matahari telah hilang dari peredarannya.

Aku merebahkan tubuhku diranjang kesayangan ku yang sudah lama takku sentuh.
Handphone ku berdering dengan keras, kulihat siapa yang menghubungiku, Taeyang.
"Yeoboseyo."
"Yaakk Lee Chaerin!! Kemana saja kau? Apa kau telah hilang ditelan bumi sementara waktu dan kini sudah dimuntahkan kembali? Aku mencarimu kemanapun tapi kau menghilang tanpa jejak seolah kau tenggelam ditengah lautan yang luas." Ocehan Taeyang membuatku terpaksa menjauhkan ponselku dari telinga.
"Chagi, kekasihku yang tampan, bisakah kau tidak meneriaki wanita cantik ini."
"Bagaimana tidak aku meneriakimu, bahkan kau membuatku khawatir setengah mati. Jantungku berhenti memompa darah jika kau tidak berada disampingku." Kini ocehannya membuatku menunjukkan senyum simpulku.
"Baiklah, maafkan aku. Dimana kau sekarang?"
"Kau dimana? Akan ku jemput jika kau dirumah. Aku sangat merindukanmu."
"Aku dirumah, cepatlah jemput aku."

Hanya butuh 30 menit Taeyang sudah berdiri didepan rumahku, aku melihatnya dari jendela kamarku yang berada dilantai 2, pria tampan dengan kaos yang biasa dikenakannya, kaos hitam tanpa lengan yang ketat hingga membuat lekuk tubuhnya begitu terbentuk dengan jelas, dengan celana pendeknya yang berwarna putih juga kaca mata hitam yang di kenakannya membuatnya terlihat begitu tampan.
Aku segara turun, meski dilarang Eomma karena aku baru saja keluar dari gedung bertuliskan Hospital, aku tetap berjalan keluar rumah menuju kekasihku yang tampan yang sudah menunggu ku.

Dilayangkannya sebuah pelukan erat saat aku keluar dari pintu rumahku. Pelukan yang hangat dan begitu penuh rasa kasih sayangnya kurasakan saat ini, langit Seoul yang semula mendung kini mulai terlihat cerah karena sosok yang kurindukan kini sedang menghangatkanku.

"Bogohipoyo chagi." Bahkan hanya satu kalimat yang dia keluarkan terasa begitu indah saat ini. Aku pergi ke sebuah taman bermain bersamanya, berlari dengan begitu riang, meski aku tahu wajah pucatku tak bisa kusembunyikan darinya, tapi aku tetap berusaha ceria.
'Tuhan, aku hanya ingin membuatnya bahagia selama aku masih bisa berjalan tanpa bantuan apapun, aku hanya ingin melihatnya tersenyum selama mataku masih bisa melihat, aku akan terus menggenggam tangannya selama aku masih bisa merasakan kehangatan tubuhnya, dan aku akan berusaha memberikan kenangan yang indah kepadanya sebelum terlambat, ku mohon Tuhan beri aku kesempatan untuk harapanku kali ini.' Aku melihatnya sedang membelikanku ice cream coklat yang kusukai, dia memberikannya dengan senyumannya yang indah.

"Jadi kemana kau selama ini?" Pertanyaannya membuatku sesak dan tidak tahu bagaimana menjawabnya.
"Hhmm, aku ... Aku bertapa digunung dan berdoa kepada Tuhan."
"Menggelikan, ayolah Chaerin. Beritahu aku."
"Akan kuberitahu setelah aku membuatmu bahagia."
"Mwo? Apa kau fikir sekarang aku tidak bahagia? Aku sangat bahagia karena bersamamu."
Senyumannya membuatku meleleh dalam sekejap, namun senyumanku pun tenggelam seketika saat aku mengingat perkataan dokter di Rumah sakit.

Flashback
"Lee Chaerin, operasimu akan dilakukan akhir bulan ini. Kau harus bersiap apapun yang akan terjadi, segala resiko yang akan terjadi. Aku akan membantumu sebisa mungkin, jadi percayalah padaku dan tetap berdoa pada Tuhan, karena hanya mukjizat Tuhan lah yang mampu membantu mengubah kesimpulan 25℅ ku menjadi 99℅."
Aku hanya mampu menahan kesakitan yang kurasakan dalam hatiku, dokter yang selama ini membantu pengobatanku, kini membuatku terpukul. Eomma ku hanya mampu menangis dihadapanku saat memberitahu kepadaku tentang apa yang kualami selama ini. Radang sumsum tulang belakang, yaa itulah yang kuderita saat ini. Kekasihku tak boleh tahu apa yang terjadi padaku, aku tak ingin membuatnya menangis dihadapanku atau memasang muka tampannya dengan muka sedihnya karena keadaanku yang menyedihkan ini. Aku hanya bisa menangis dalam hatiku, tanpa mampu mengeluarkan air mata yang kupendam dihadapan keluargaku, karena aku berpura-pura kuat.
Dokter bilang, kemungkinanku untuk sembuh hanya 15% sekalipun itu dilakukan operasi. Hatiku begitu frustasi, jiwaku terguncang saat dokter mengatakan kemungkinan yang akan terjadi adalah kelumpuhan. Aku tak bisa lagi menari, tak bisa lagi melakukan aktivitas dengan normal, kini kakiku tak mampu menopang tubuhku untuk berdiri, tanganku tak mampu merasakan apapun yang ku sentuh, dingin atau panas tak ku rasakan saat ini. Ingin rasanya aku membunuh semua rasa sakit ini dengan satu tindakan, bunuh diri. Namun ku urungkan niat itu saat aku mengingat Taeyang, kekasihku.
Flashback end

"Pergilah tidur, besok jika aku ada waktu akan kutemui kau ditempat biasa." Taeyang mencium keningku sebelum aku masuk kedalam istanaku. Senyum manis kulemparkan padanya saat dia melaju bersama mobilnya.
Aku menatap selca ku bersama Taeyang yang tergantung didinding kamarku.
"Taeyang, aku frustasi. Andai aku bisa menceritakan kepadamu, tapi aku tak ingin kau khawatir, doakan agar operasiku lancar."
Aku merebahkan tubuhku yang begitu nyeri jika disentuh, punggungku yang seakan ingin patah, kakiku yang tak bisaku gerakan dengan bebas, tanganku yang gemetar saat memegang sesuatu. Aku mencoba menahan semua itu demi kekasihku, Taeyang.


**
Hari-hari ku lewati bersamanya dengan menahan rasa sakit ini, tak peduli seberapa rasa sakit yang kurasakan aku akan tetap membuatnya merasakan kebahagiaan yang begitu indah. Aku memaksakan kakiku untuk melangkah meski beberapa kali aku terjatuh akibat lemah, namun Taeyang tak curiga dengan keadaanku.

"Minggu depan sudah natal, waktu berlalu begitu cepat ya. Tepat pada hari natal kita merayakan anniversary kita yang ke 3." Taeyang begitu membuatku frustasi dengan kata-kata yang dia luapkan.
"Apa harapanmu Chaerin?"
"Harapanku? hmmm, harapanku hanya ingin membahagiakanmu."
"Mengapa hanya aku? mengapa kita tidak bahagia bersama?"
Pertanyaannya membuatku terdiam membisu.
"Kita akan tertawa bersama dan bahagia selamanya Chaerin, aku berjanji sungguh."
Air mataku mengalir deras didalam hatiku. Mampukah aku bahagia bersamanya?

Aku menatap diriku didalam cermin dikamarku. Berdiri tegak menghadap bayanganku, hatiku mulai terasa sesak. Kenyataan membuatku berpisah dengan kekasihku, malam ini terakhir kalinya aku bertemu dengannya, memeluknya dengan erat dan menciumnya dengan kasih sayangku yang berlimpah ruah terhadapnya. Besok aku kembali kerumah sakit dan menjalani operasiku tepat pada tanggal Anniversary ku dan saat natal. Mengapa harus tanggal itu? mengapa dokter tidak menunda operasiku dan berlibur saja? Kuharap operasiku berhasil.

25 December, aku menyiapkan diriku untuk dibawa kedalam ruang operasi. Aku merindukan sosok kekasihku, jika operasiku berhasil dia lah yang pertama kutemui.
Aku melihat keluargaku yang begitu cemas sebelum masuk keruang operasi, aku menutup mataku dan mulai meneteskan air mata saat obat bius disuntikan ketubuhku.
"Tuhan, izinkan aku berdiri dihadapan Taeyang sekali lagi."


**
Author pov
1 tahun berlalu, seorang gadis membawa sebuah buku kecil berwarna merah berjalan dengan baju serba putih serta membawa sebucket bunga melati yang indah, rambutnya yang pirang panjang berkibar saat angin musim semi berhembus dengan irama yang menyayat hati. Dia berjalan menuju salah satu gundukan tanah dengan salib yag menancap ditanah itu, dia menaruh bunga yang dibawanya disana.
"Taeyang, aku merindukanmu."
Yaa, itu adalah makam Taeyang.


Flashback
Taeyang yang berdiri disalah satu pintu kamar di rumah sakit setelah mengantar sepupunya, memasang wajah sedihnya saat dia mendengar perbincangan orang-orang didalam kamar itu.
Jelas sekali dia tahu bahwa kekasihnya Lee Chaerin kini tengah berada dikamar itu, dia melihat ke sela pintu kamar itu, mendengar jelas apa yang mereka katakan, melihat dengan samar bahwa gadis yang dicintainya kini duduk lemas diranjang itu sambil menangis.
"Eomma, ku mohon jangan beritahu Taeyang tentang keadaanku."
"Tidak akan sayang, aku tidak akan memberitahu dia jika itu keinginanmu."
"Tuhaaaaannn ,, Mengapa aku seperti ini? Mengapa takdirku seperti ini? Aku jelas tak bisa menyalahkanmu Tuhan, penyakit ini akan membuatku berpisah dengan kekasihku kan dokter? Bagaimana caranya aku sembuh? Aku ingin berdiri tegak dihadapannya tanpa bantuan tongkat dokter." Taeyang menahan tangisannya saat mendengar kekasihnya menangis tersedu-sedu, dia menahan dirinya untuk masuk kedalam ruangan itu.
Ingin sekali dia memeluk gadis yang dicintainya, namun gadis itu bahkan tidak menginginkan dia mengetahui penyakitnya. Taeyang tak sanggup melihat keadaannya, dia berjalan begitu lemah menuju sebuah gereja kecil dirumah sakit. Taeyang duduk dikursi deretan paling depan, tangannya mengepal didepan dadanya. Matanya mulai terpejam dan dia berdoa,
"Tuhan, mengapa kau seperti ini? Tidak, aku tidak bisa menyalahkanmu. Aku begitu mencintainya, izinkan aku membuat harapannya menjadi nyata. Mampukah aku melakukannya? Sanggupkah aku membuatnya berdiri tegak lagi? Akan kujalani seluruh hidupku agar dirinya bahagia bersamaku, karena langit Seoul mampu bersinar karena ada dia cahaya dihidupku." Taeyang tak mampu lagi menahan tangisannya, ribuan tetesan air mata keluar dari kelopak matanya dan mèngalir deras dipipinya.

Taeyang berjalan menuju ruangan dokter yang tadi dilihatnya bersama Chaerin.
Dokter itu sedang berbincang dengan seorang Ahjumma yang jelas dia kenali, Ny.Lee.
Terlihat wajah Ny.Lee yang sangat terkejut melihat kehadiran Taeyang, kekasih anaknya. Tanpa ragu Taeyang menanyakan keadaan Chaerin, dokter dan Ny.Lee tak mampu berbohong kepada Taeyang yang memang sudah tahu keadaan Chaerin.
"Apa yang bisa kulakukan agar dia bisa berjalan tegak?" ucap Taeyang.
"Chaerin harus menjalani operasi, kita butuh pendonor yang cocok untuk tulangnya."
"Apa aku bisa?" Tanpa ragu Taeyang mengorbankan hidupnya.
"Tapi kau akan.."
"Aku tak peduli, asal cahayaku tetap bersinar meski tanpaku."
Ny.Lee begitu sedih menatap Taeyang dengan gagah menawarkan hidupnya, Taeyang menjalani pemeriksaan. 1 minggu hasilnya akan keluar, jika cocok operasi akan dilakukan, tapi jika tidak operasi akan ditunda sampai ada pendonor yang cocok.

Taeyang kembali kerumah, menatap selca dirinya bersama Chaerin yang terduduk dimeja kecil disamping ranjangnya.
"Jika tidak cocok, apa dia tidak bisa lagi berdiri tegak dihadapanku? Tuhan, izinkan aku memberi kenangan paling indah untuknya."

1 minggu Taeyang terus berkunjung ke rumah sakit tanpa sepengetahuan Chaerin, dia melihat Chaerin tertidur, sesekali dia melihat Chaerin mengamuk, dia terus menahan dirinya untuk memasuki ruangan itu untuk memeluk kekasihnya. Taeyang terus berdoa digereja kecil di rumah sakit sepanjang waktu. Sesekali Taeyang melihat Chaerin belajar berjalan tanpa tongkat penyanggah, dia terjatuh. Ingin sekali Taeyang membantunya berdiri dan menyemangati Chaerin secara langsung, tapi dia tidak bisa.
"Lee Chaerin, bertahanlah. Kau harus kuat dan terus bersemangat."

Hasil test keluar saat hari dimana Chaerin keluar dari rumah sakit.
"Taeyang, apa kau yakin?" ucap pria berbaju putih dihadapannya.
"Sangat yakin dok, aku harap semua akan berjalan lancar."
"Taeyang, kami akan mencarikan donor yang lain." Ny.Lee berusaha menghentikan aksi Taeyang.
"Tidak Eomma, aku akan melakukannya demi cahayaku. Dokter, lakukan operasi pada tanggal 25 December, tepat pada hari natal. Bisakah kau melakukanya? Rumah sakit takkan tutup bukan? Kuharap kau bisa melakukannya."
"Taeyang,," Ny.Lee terus menangis memegangi tangan pria tampan itu.

Taeyang berjalan keluar rumah sakit, saat itu pula dia melihat cahayanya keluar dari rumah sakit yang sama, dengan menggenggam erat dokumen hasil test dia menatap Lee Chaerin yang keluar dengan wajahnya yang pucat, dan jalannya yang masih tertatih.
"Chaerin, aku ingin menggenggam tanganmu, membantumu berjalan. Menopang tubuhmu dengan pelukanku, Lee Chaerin bertahanlah ku mohon."

Taeyang menelpon Chaerin yang sudah dirumah, jelas dia tahu bahwa dia sudah berada dirumah. Taeyang menatap kecantikan yang terpancar pada wajah Chaerin, dengan cepat dia memeluk tubuh Chaerin yang ramping itu. Dada Taeyang terasa sesak saat melihat kekasihnya tersenyum dengan wajahnya yang pucat, sesekali dia melihat Chaerin terjatuh tiba-tiba, jelas dia tahu itu adalah efek dari penyakitnya.
'Chaerin mengapa kau lakukan ini? mengapa kau begitu ingin terlihat kuat dihadapanku? apa yang bisa kau lakukan tanpaku CL?' Taeyang terus bergumam didalam hatinya sambil menatap penuh iba terhadap kekasihnya yang biasa dipanggil CL olehnya.
Hari-hari kini dilalui Taeyang dengan susah payah agar dapat membahagiakan seorang wanita bernama Lee Chaerin, dia jelas tahu bahwa wanita ini begitu mencintai dance, jika dia tidak bisa berjalan atau mengalami kelumpuhan jadi bagaimana dia bisa menari?

"Apa harapanmu Chaerin?"
'Konyol, aku sungguh pria yang konyol. Bertanya seperti itu pada gadis yang sudah kehilangan semangat hidupnya.' Taeyang terus memarahi dirinya akibat pertanyaannya yang konyol.

Taeyang terbaring diranjang dorong dengan memakai baju biru khas rumah sakit.
"Benarkah kau akan melakukannya?" Dokter bertanya kepada Taeyang yang sudah siap melakukan keinginannya.
"Lakukanlah."
"Taeyang, kau sungguh anak yang mulia." Eomma Chaerin menatap Taeyang dengan penuh kesedihan yang mendalam.
"Eomma, ku lakukan ini karena aku mencintai Chaerin dengan kesungguhan. Berikan ini jika operasi kami berhasil." Taeyang memberikan sebuah buku kecil berwarna merah yang disimpannya selama ini kepada Eomma Chaerin.
'Tuhan, izinkan dia terus berdiri tegak menghadapku meski itu hanyalah makamku bukan tubuhku. Berikan aku kesempatan untuk membuatnya bahagia melebihi apapun dan siapapun, wujudkan harapanku sebelum aku menghadapmu Tuhan.' Taeyang menutup matanya perlahan, setetes air mata jatuh mengalir dipipinya saat operasi dimulai.
Flashback end.

"Kau sungguh kekasih yang paling kucintai Taeyang, mengapa kau lakukan ini untukku? Apa aku berdosa karena aku membiarkan mu mendonorkan milikkmu untukku?" Chaerin menangis dihadapan makam Taeyang. Perlahan tangannya mulai bergerak membuka buku yang diberikan Eomma nya setelah operasi berhasil.

Lembar pertama,
Sebuah selca dirinya memakai baju couple hitam bersama Taeyang, jelas dia tahu dimana foto itu diambil, foto saat pertama kali mereka memulai hubungan, dan difoto itu tertulis jelas tanggal 25 December.

Lembar kedua,
Sebuah lukisan dirinya yang diukir oleh Taeyang saat dirinya berulang tahun disebuah taman bermain.
Setiap lembar melihatkan semua gambar yang diambil Taeyang diam-diam tanpa sepengetahuan Chaerin.
Lembar demi lembar dilihat oleh Chaerin, sampai saat lembar berikutnya dia membaca dengan seksama, kini bukan lagi sebuah gambar yang dilihat olehnya tapi kini sebuah tulisan yang ditulis oleh Taeyang selama ini. Air mata Chaerin tak bisa terbendung lagi, kini mulai mengalir dengan deras hingga mampu membasahi makam Taeyang.

5 December,
"Hari ini, hari yang begitu membuat hatiku tercabik-cabik. Aku mendengar sendiri penjelasan dokter tentang penyakit yang diderita cahayaku, CL. Tuhan sengaja memberikanku kesempatan agar mengetahui semuanya secara kebetulan, yaa aku tidak sengaja mendengar penjelasan dokter. Kumantapkan hatiku agar menanyakan semuanya dengan jelas secara langsung kepada dokter itu, seakan nafasku terhenti seketika saat aku mengetahui segalanya."

7 December,
"Sudah 2 hari sejak aku mengetahui semuanya. Diam-diam aku mengintip segala aktivitas yang cahayaku lakukan sepanjang hari dirumah sakit, ingin sekali aku membantunya berdiri, menyemangati latihannya untuk berjalan. Tidak, aku tak sanggup. Bahkan cahayaku menginginkan aku tidak mengetahui segalanya yang diderita olehnya, kuurungkan niatku. Lalu aku berjalan menuju gereja kecil dirumah sakit itu, aku terus berdoa dan berharap agar keajaiban datang padanya."

10 December,
"Ini sudah hampir satu minggu dia dirumah sakit namun tidak ada perkembangan ataupun keajaiban yang datang, aku mulai frustasi. Ku mantapkan hatiku untuk mulai mendiskusikan ini kepada pria itu, dokter yang selalu merawat Chaerin dengan baik.
Dan aku mendapat jawaban yang pasti, aku kembali ke gereja itu dan mulai mengucapkan harapanku lagi."

11 December,
"Betapa bahagianya aku saat keajaiban benar-benar datang hari ini, entah ini keajaiban yang akan membuat kami bahagia atau tidak. Yaa, hari ini cahayaku kembali bersinar diluar kota Seoul yang indah, angin berhembus menandakan musim dingin akan segera tiba. Dan harapanku mulai dijawab oleh Tuhan."

15 December,
"Aku menatap iba cahayaku yang kucintai, dia tidak melihatku. Yaa, aku melihatnya dari kejauhan. Aku melihat dirinya begitu merasakan kesakitan yang amat terdalam, ingin rasanya aku mengusap setiap air mata yang ia keluarkan, CL bertahanlah. Hanya itu yang bisa kuucapkan."

19 December,
"Satu minggu sebelum tanggal 25, sebelum anniv ku bersamanya, sebelum operasi dimulai. Aku mengorbankan hidupku demi cahayaku agar dia bisa kembali bersinar terang dihadapan semua orang. Ini terakhir kalinya mungkin aku bisa menatap manik indahnya yang berwarna coklat, memegang tangannya yang mulus, mencium keningnya dengan mesra, dan memeluk tubuhnya dengan kasih sayangku. Kulakukan semua itu hari ini, harapanku sirna namun harapannya mulai bercahaya. CL aku sudah cukup memberimu kebahagiaan bukan?"

Lee Chaerin terus menangis.

24 December,
"Ini akan jadi malam terakhirku menatap dirinya yang kini sedang tertidur diranjang itu. Ingin aku memeluknya sekali lagi, tapi tidak bisa. Aku kembali kekamarku dan kini aku mulai menangis CL."

Chaerin terus membaca buku yang ditinggalkan Taeyang untuknya, hingga lembar terakhir membuat Chaerin menangis hingga ingin pingsan.

25 December 00:05 (KST)
"Happy anniversarry my light, tanpa kau bilang aku sudah tahu kau pasti mencintaiku. Yaa, aku juga mencintaimu Chagi. Entah apa yang bisa kukatakan hari ini, lidahku kelu jika berbicara langsung, tapi kini tanganku gemetar saat menulis ini. CL, cahayaku. Maafkan aku atas semua perbuatan yang membuatmu sakit hati, jangan menangis Chagi, kau tahu aku benci melihat air mata mu mengalir. Saat kau membaca ini mungkin aku ,, aku sudah tidak bisa lagi berdiri dihadapanmu dan tertawa bersamamu. Aku relakan sisa hidupku untukmu karena kau adalah cahayaku, kau adalah jiwaku, jadi jangan merasa bersalah atas tindakanku. Konyol bukan? yaa ini sungguh konyol, tapi aku tak menyesali ini CL.

Hey cahayaku, mengapa kau lakukan ini padaku? Aku tersiksa saat melihatmu tak berdaya, saat aku tak bisa menopang tubuhmu yang lemah. Tapi ku abaikan itu semua demi dirimu, ini kemauanmu bukan?
Harapanmu, kau begitu egois saat kau bilang kau ingin aku bahagia, itu konyol. Bagaimana denganmu? Apa kau tidak bisa bahagia? Jika tidak maka akan ku berikan kebahagiaan yang melimpah kepadamu Chagi.

Inilah yang kuberikan untukmu, agar kau bisa bersinar terang lagi. Berjanjilah padaku, jangan padamkan cahayamu walau hanya sedetik karena itu akan membuatku bersedih. Bersyukurlah pada Tuhan karena dia memberikan setiap jawaban dari doaku, aku bisa membahagiakanmu sampai kau mampu bersinar lagi, kuberikan separuh organ tubuhku yang penting kepadamu, agar kita selalu bersama.
CL, Jeongmal mianhae .. Selamat natal .. Aku mencintaimu, sungguh sangat mencintaimu."

-Taeyang

Lee Chaerin tak mampu berdiri, hingga dia dibantu oleh beberapa assistennya yang sedaritadi berdiri memandang Chaerin yang menangis.
"Nunna, apa kau baik-baik saja? sebaiknya kita pergi sekarang sebelum ada wartawan yang melihatmu menangis disini."
Chaerin berdiri mengikuti saran dari salah satu assisten terpercayanya, dia melangkah masuk kedalam mobil mewah berwarna silver dengan perlahan dan teratih. Yaa, kini Lee Chaerin sudah memulai debutnya setahun silam, dia sebagai penyanyi juga dancer pendatang baru yang cukup terkenal.
"Taeyang, inikah yang kau mau? Kini aku sudah bersinar terang didepan semua orang, tapi sinar ini takkan pernah sempurna tanpa tenaga mu Chagi. Hatiku tetap tidak bisa bersinar tanpamu Taeyang." Chaerin mengucapkan kalimat itu sebelum meninggalkan makam Taeyang dan memeluk erat salib yang tertancap disana..

Sesosok bayangan melayang menatap kepergian Chaerin, yaa itu adalah Taeyang.
"Teruslah bercahaya CL, aku akan selalu bersamamu. You Never Walk Alone."
Taeyang tersenyum dan menghilang...


**The end**


Ff yang kubuat cuma dalam jangka DUA HARI . Hufft, paling susah bikin one shoot.
Mianhae kalo jelek, tinggalkan jejak chingudeul, terimakasih untuk readers setiaku, dan terimakasih untuk keluarga kecilku BFI, partner kesayanganku yang buat cover ini Jumpinghimes. Dan untuk eomma dan appa ku di BFI, dan semua anggota BFI.. Kamshahamnida



Youzza_nisarr




2 komentar:

  1. aaaa eonni feelnya dapet banget :')

    BalasHapus
  2. Aaa gomawo, terinspirasi dari hidup seseorang .. makasih covernya chi :)

    BalasHapus