Selasa, 24 Juni 2014

Rain

RAIN




Title : Rain
Cast : Kim Himchan (BAP)
Han Sunhwa (Secret)
Genre : Sad, Romance, Drama, Hurt
Cover by : Jumpinghimes
Author :NS. Youzza
Lenght : Mini Series


°°Summarry°°
"Cinta adalah keabadian, kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki. Seperti cintaku padamu yang akan kuingat selamanya bersama dengan segala yang kumiliki."



**
Aku berjalan dengan santai dijalan yang disisinya dipenuhi dengan pepohonan yang rindang. Suasana kota London begitu dingin namun langitnya tetap terlihat cerah, sudah hampir satu tahun aku meninggalkan kota kelahiranku, Seoul.
Aku pergi menuju University Of London, tempat aku mencari ilmu selama ini. Aku tinggal di apartemenku sendirian, orang tuaku di Seoul, karena alasan tertentu aku pindah ke London dan melanjutkan kuliahku yang tinggal setahun lagi disini.

Suasana London yang mampu mengubah hidupku membuat nyaman. Yaa, semua kenangan pahit yang kualami di Seoul perlahan sudah terlupakan. Aku terkejut saat sesosok gadis yang begitu kukenali wajahnya berdiri dihadapanku, disebrang jalan ini.
'Mengapa dia disini?' Baru saja kubilang bahwa aku sudah melupakan kenanganku kini bayangan itu hadir didalam hidupku lagi. Kukerjapkan beberapa kali mataku, sebuah bus merah melaju dihadapanku, saat bus itu sudah melaju sosok itu sudah hilang dari pandanganku.
'Bodoh, tak mungkin dia disini, Kim Himchan lupakan dia.' Aku terus memarahi diriku sendiri.

Siapa yang sangka, tadi siang langit kota London terlihat begitu indah dan cerah, namun pada sore hari aku terjebak ditengah hujan yang deras. Kebiasaanku adalah tak pernah membawa payung, kini terpaksa aku menunggu disebuah halte bus dekat dengan apartemenku. Letaknya memang tak begitu jauh namun jika aku berlari kemungkinan seluruh tubuhku akan basah akibat serbuan titik hujan ini.

I bissoriga ni moksorinji
Nal bureuneun sorinji naman neol saenggakhani?
I biga nareul wirohaejulkka
Ireon nae mameul alkka? Jakku niga saenggangna
Rain sound-BAP

Tiba-tiba handsetku mengeluarkan lagu yang mengingatkanku padanya lagi.
Tidak, aku harus benar-benar melupakannya. Beberapa menit kemudian seorang Ahjumma yang usianya sudah cukup tua turun dari bus, aku jelas tahu siapa dia, yaa dia adalah tetanggaku diapartemen.
"Himchan, itukah kau?" Aku tahu mungkin dia tidak dengan jelas melihatku karena langit yang sudah gelap.
"Aah, ne ahjumma. Ini aku, Kim Himchan."
"Apa kau tidak membawa payung?"
"Ne, kebiasaanku selalu tidak membawa payung, kekeke~"
"Yaa, kau benar-benar mirip dengan pria yang diceritakan oleh keponakanku."
"Mwo?"
"Ahh, Aniya aniya. Ayo ikut bersamaku."
"Ahh Kamshahamnida ahjumma." Aku mengikutinya menuju apartemenku, aku sudah tahu dia adalah warga Seoul jadi aku tak susah untuk bercakap dengannya.

Ku rebahkan tubuhku diranjang kamarku, begitu lelah aktivitasku hari ini. Tiba-tiba ponselku berdering.
"Yeoboseyo, mwo.? Eomma dan Appa akan pindah ke London? Kalian akan mengajak gadis itu?"
Hatiku seakan terbakar akibat kesal mendengar berita itu, tidak masalah jika orang tuaku tinggal di London bersamaku namun gadis itu, gadis pembawa bencana dihidupku ikut pindah ke London.
"Ne Himchan, bukankah itu baik? Beberapa bulan lagi kau akan menyelesaikan kuliahmu bukan? Ini saatnya kau berkenalan lebih dekat dengan tunanganmu."
Yaa, gadis pembawa bencana itu adalah tunanganku. Sungguh, aku tidak mencintainya namun aku memang pria yang menyedihkan. Usiaku baru beranjak 21 tahun namun aku sudah terikat seperti ini.
"Terserahlah apa maumu eomma, aku lelah dan aku ingin tidur sekarang. Saranghaeyo." Dengan cepat aku menutup ponselku.
'Aiish, mengapa gadis itu selalu mengikutiku.'

**
Hari ini eomma ku datang, terpaksa aku harus berbohong kepada mereka agar aku tidak menjemput mereka. Aku pasti akan dikutuk jika mereka tahu bahwa aku menghindari tunanganku sendiri. Aku adalah anak tunggal dan aku sangat disayang oleh orang tuaku namun aku seperti dipenjara saat usiaku beranjak 20 tahun, saat aku dijodohkan gadis itu. Gadis cantik dan anggun, dia adalah anak dari teman orang tuaku, sebenarnya aku sudah mengenalnya sejak kecil namun kami dipisahkan oleh waktu dan jarak. Gadis itu pindah ke London dan saat dewasa secara tiba-tiba dia datang dan muncul kembali dihadapanku saat dia kembali di Seoul, dan saat itu pula aku dijodohkan olehnya, dan aku menghindarinya dengan cara aku pindah ke London.

Sore ini hujan lagi, mengapa London selalu hujan akhir-akhir ini. Yaa, musim hujan telah tiba. Sialnya, aku masih tidak sedia payung ditasku. Bayangan masa laluku yang pahit muncul saat aku menunggu hujan berhenti. Air mataku seketika menetes saat mengenang kenangan tentang dirinya, hatiku sesak saat melihat bayangan dirinya yang pernah menjadi bagian dari hidupku. Dengan langkah yang berat aku melangkahkan kakiku menerjang ribuan tetesan hujan yang menyerbu kota London, tidak peduli dengan orang-orang yang melihatku dengan keanehan, aku tetap berjalan dibawah derasnya hujan. Aku senang berjalan disaat derasnya hujan karena tidak ada satu orangpun yang mengetahui bahwa aku sedang menangis.

Kepalaku sedikit sakit karena sengaja menerjang hujan, kurebahkan kepalaku diatas bantalku dan aku mulai terlelap.

"Oppa, mengapa kau selalu tak membawa payungmu?"
"Aku sengaja agar kau bisa menjemputmu."
"Tapi oppa, jika begini terus kau merepotkanku."
"Tapi aku senang melakukan ini."
"Oppaaaa..."

Aku terkejut, nafasku terengah-engah seperti habis berlari mengelilingi kota London. Gadis itu hadir lagi dalam mimpiku, keringat dingin kini membasahi sekujur tubuhku.
"Mengapa dia hadir lagi? Tuhan aku ingin melupakannya, sudah hampir satu tahun aku tak melihatnya, ku harap dia sudah bahagia saat ini." Kulanjutkan tidurku.


**
"Oppa, aku sangat merindukanmu." Seorang gadis berusia 19 tahun kini merangkul erat lenganku dengan caranya yang manja.
"Hentikan." Aku sungguh benci sifatnya seperti ini, namun dia tetap bersikap seperti itu. Yaa, dia adalah gadis tunanganku. Kini kami berada ditaman Grenwich Park, taman yang berada ditenggara London dengan luas 77 hektar dan bunga yang indah mengelilingi setiap jalan, ini akibat orang tuaku yang sengaja mempertemukan kami ditempat ini. Tempat yang indah namun hatiku tetap tidak indah, aku bersama gadis kecil ini berjalan bersama seperti orang yang sedang berpacaran, memang dia tunanganku tapi perasaanku tetap tidak padanya. Meski kelak suatu saat nanti aku harus menikahi gadis ini, aku hanya bisa mencintai gadis ini atas dasar orang tuaku.
"Kau ingin kemana hari ini? Akan ku temani. Tapi hentikan bersikap manja seperti anak kecil, arraseo?"
"Arraseo oppa." Senyuman gadis ini begitu manis terlihat, dapat meluluhkan semua pria yang melihatnya tapi tidak denganku. Aku mengikuti kemana dia ingin pergi, sejujurnya aku lebih cocok dibilang sebagai saudara laki-laki nya bukan tunangannya. Aku akan jalani sebisa mungkin agar tidak melukai siapapun, orang tuaku ataupun dia.

"Sudah selesai hari ini, istirahatlah yang cukup dan tidur dengan baik gadis manja. Besok aku tak bisa menemanimu lagi, karena aku akan sibuk untuk kuliahku."
"Ne, tidak apa-apa. Oppa, terimakasih untuk hari ini. Saranghaeyo." Kecupan ringan melayang dipipiku. Seketika jantungku berdegup kencang, apa ini?
Kumelajukan mobilku menjauhi rumah gadis itu.

Hari ini sangat melelahkan, rasanya aku ingin jujur kepada gadis itu bahwa aku tidak benar-benar mencintainya, namun aku tak sanggup untuk menyakiti hati perempuan lagi, setelah aku menyakiti kekasihku. Tidak, lebih tepatnya mantan kekasihku. Kulihat selcaku bersama gadis yang dulu pernah kucintai, selca itu masih berada didompetku, tersusun rapih bersama foto yang lain. Ini saat kami masih disekolah menengah atas, terlihat jelas seragam yang kami gunakan, seragam khas sekolah kami. Wajahnya yang manis, aku sungguh merindukannya. Tapi aku harus melupakannya, ini pilihan berat untukku, namun demi semua bahagia aku rela melepaskan kebahagiaanku.




"Oppa, berjanjilah bahwa kau tidak akan meninggalkanku."
"Aku berjanji chagi, aku akan terus mencintaimu. Akan kunikahkan kau setelah aku lulus kuliah."
"Jeongmal? Yaksok?"
"Yaksok."


Aku terbangun dari tidurku akibat mimpi itu, mimpi bersama mantan kekasihku lagi. Dia selalu hadir dalam mimpiku, keringat dingin mengalir di sekujur tubuhku.
"Apa kau dendam denganku? Apa kau ingin menghantuiku? Hentikan kumohon. Aku minta maaf karena perbuatanku, aku tau aku bersalah. Aku hanya ingin melupakanmu, agar kau bahagia. Kumohon hentikan mengganggu hidupku." Yaa, kini aku seperti orang yang tidak waras berbicara sendiri dalam kamarku.


**
Hujan turun lagi, aku berdiri dipinggir jalan setelah aku pergi dari perpustakaan untuk mencari beberapa bahan untuk tugas kuliahku. Aku duduk didepan toko yang sudah tutup ini, hujan terus membasahi kota London. Ribuan tetes air hujan jatuh secara bersamaan, aku terus menatap tetesan itu. Setiap tetesan demi tetesan yang jatuh seakan seperti tetesan air mata yang selalu kupendam dalam hatiku saat aku mengingat dirinya.
Sudah hampir satu jam aku duduk disini, entah mengapa rasanya aku tidak ingin beranjak dari tempat ini. Aku senang melihat ribuan tetesan ini, rasanya tenang sekali.
Dua jam berlalu, dan hujan tidak kunjung berhenti. Tidak masalah, karena besok aku libur kuliah. Jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 22:00, aku tetap duduk disini sambil menadahkan tanganku dibawah tetesan air hujan.


"OPPA , mengapa kau selalu tidak membawa payungmu. Bukankah sudah kuingatkan beribu kali. Sudah 2 jam kau duduk disini dan kau tidak bergerak sedikitpun, mau sampai jam berapa kau duduk disini oppa."
Suara itu, suara yang sangat kukenali. Aku memejamkan mataku, berharap itu adalah hanya khayalanku.
"Oppa!!" Suara itu semakin jelas, aku menoleh kesisi kananku. Kulihat seorang gadis dengan rambutnya yang hitam terurai sedang berdiri menatapku dengan membawa payung berwarna biru.
"HAN SUNHWA!"


**
Aku tersentak saat melihat sosok gadis ini, Han Sunhwa. Kukerjapakan beberapa kali mataku namun sosok ini tetap berdiri dihadapanku dengan menatapku.
"Kau, bagaimana kau? Bukankah kau?"
"Oppa, apa kau ingin terus disini sampai pagi?"
"Tt..tapi.." Suaraku bergetar, aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kulihat dihadapanku.
Gadis itu merangkul tanganku dan menarik tubuhku masuk kebawah payung yang dibawanya. Tinggiku lebih tinggi darinya, namun karena gadis ini memakai High Heels, kini tinggi kami setara. Aku terus berjalan mengikutinya yang kini menggenggam lenganku, aku terus memandangi wajahnya, dia berjalan terus memandang lurus kedepan tanpa menoleh ke diriku dan tanpa bicara apapun. Hujan yang deras masih mengguyur kota ini, aku menghentikan langkahku.
"Kau.. bagaimana kau bisa berada di London Sunhwa?" Aku sudah tidak bisa menahan ribuan pertanyaan yang muncul dalam benakku. Sunhwa masih terdiam dan kini dia menatapku tetap sambil menggenggam tanganku dan menggenggam payungnya.
"Jelaskan, bagaimana kau bisa berdiri dihadapanku saat ini." Dia masih tidak bicara, namun senyum simpulnya kini terlihat disudut bibir indahnya.
"Han Sunhwa! Jawab aku!"
"Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, aku takkan pernah melupakan oppa. Meski oppa pergi jauh dari Seoul aku akan sebisa mungkin menyusulmu, kini aku sudah menemukanmu."
"Apa kau gila? Sudah kuputuskan untuk meninggalkanmu, apa kau tidak sadar bahwa aku.. aku sudah tidak lagi mencintaimu." Ya, ribuan tombak kini tertancap dihatiku saat aku mengatakan hal itu kepadanya.
"Tak peduli seberapa sering oppa menyakitiku, seberapa dalam oppa membuatku terjatuh, seberapa besar luka yang oppa goreskan dihatiku. Aku tetap mencintaimu, aku berjanji."
"PERGILAH DAN JANGAN MENGGANGGUKU LAGI!" Dengan kasar aku melepaskan genggaman Sunhwa, aku berlari menerjang derasnya hujan yang menghampiriku, aku meninggalkan Sunhwa sendiri sebelum menunggunya berbicara. Kufikir jarakku dengannya sudah terlampau jauh, hujan masih terus mengguyur tubuhku. Aku lelah, aku terduduk disisi jalan, beberapa langkah lagi aku sampai diapartemenku.
"Tuhan, mengapa kau hadirkan dia lagi? Mengapa harus kau tampakkan dirinya dihadapanku lagi? Mengapa Tuhan? Apa rencanamu?" Aku menangis ditengah derasnya hujan, tak ada siapapun yang melihatku saat ini. Hatiku sesak, hujan ini membuatku frustasi.

Tbc-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar