Hurt
Kim Yoo Jung || YooYoungjae (BAP)
Shin Jimin (AOA) || G & T
Mini series || Sad, romance, hurt
Author by NS. Youzza (youzza_nisarr)
Cover by Jumpinghimes
Part 5
**
Jimin POV
Jimin POV
Hari yang cerah, aku mencoba menghubungi Youngjae -tunanganku- untuk memintanya menemaniku berbelanja hari ini namun sudah sepuluh kali aku menelponnya, tak satupun yang diangkat olehnya. Kuputuskan untuk menghampirinya ke kantor.
-Di kantor-
"Yoo Youngjae." Dengan cepat aku merangkul tubuhnya yang sedang duduk dari belakang.
"Yoo Youngjae." Dengan cepat aku merangkul tubuhnya yang sedang duduk dari belakang.
Youngjae tak memberi respon apapun saat aku datang dan memeluknya.
"Maukah kau menemaniku hari ini?" Aku mulai bersikap manja dengannya.
"Maaf Jimin, aku sangat sibuk hari ini. Lain kali aku akan menemanimu." Youngjae menolak ajakanku sambil terus menatap layar komputer di hadapannya.
"Ayolah Youngjae, hanya hari ini saja."
"Sudah ku bilang, aku sedang banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga."
"Tapi Youngjae."
"Untuk hari ini, kumohon jangan ganggu aku. Cepat keluar dari ruanganku. Sekarang!"
Betapa terkejutnya aku saat Youngjae membentakku dengan kejam. Dengan kesal, aku keluar tanpa pamit dengannya dan membanting pintu ruangannya dengan keras, tak peduli semua karyawan melihatku dengan tatapan yang aneh.
Youngjae POV
Aku menghela nafasku yang berat setelah aku membentak Jimin, tunanganku sendiri. Bagaimana tidak, aku sudah bersikap lembut namun dia tetap memaksaku untuk menemaninya sementara aku punya banyak sekali tanggung jawab yang harus diselesaikan. Mengapa tiba-tiba saja dia bersikap seperti itu, sebelumnya dia tak pernah mengganggu pekerjaanku.
Aku menghela nafasku yang berat setelah aku membentak Jimin, tunanganku sendiri. Bagaimana tidak, aku sudah bersikap lembut namun dia tetap memaksaku untuk menemaninya sementara aku punya banyak sekali tanggung jawab yang harus diselesaikan. Mengapa tiba-tiba saja dia bersikap seperti itu, sebelumnya dia tak pernah mengganggu pekerjaanku.
"Mianhae Jimin." Aku mencoba fokus dalam pekerjaanku dan melanjutkan semuanya.
**
Author POV
Malam pun tiba, bahkan Youngjae masih di kantornya ditemani oleh berkas-berkas penting yang sedang dikerjakannya. Youngjae tersadar bahwa langit di luar sana sudah gelap, matahari kini sudah berganti dengan bulan dan bintang. Youngjae menatap jam dinding di ruangannya, tepat pukul 21:00.
"Sebaiknya aku pulang sekarang." Youngjae mulai membereskan barang-barang di ruangannya. Mengambil jas hitamnya dan tak lupa membawa ponselnya, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dan saat dia lihat siapa yang menelponnya, senyumnya terulas di bibir manisnya, Kim Yoo Jung.
"Yeoboseyo."
"Hai Youngjae, apa kau sedang lelah?"
"Ne, bagaimana kau bisa tahu?"
"Apa kau lupa? Aku yang selalu bekerja setiap hari denganmu, aku sudah tahu ini adalah tanggal dimana kamu harus menyelesaikan semua laporan yang ada. Dan kau, pasti masih berada di ruanganmu bukan?"
"Ne Yoo Jung." Youngjae tersenyum saat mendengar suara Yoo Jung yang ceria.
"Cepat keluar, aku ada di depan kantormu."
"Mwo?" Youngjae berlari keluar gedung untuk menghampiri Yoo Jung.
Youngjae mengedarkan pandangannya, saat manik hitamnya berhenti di satu titik, senyumnya terulas kembali. Yoo Jung berdiri menghapad Youngjae dengan sweater putih dan rok pendek berwarna hitam, rambutnya yang terurai melihatkan kecantikan alami yang ia miliki. Youngjae menghampiri Yoo Jung perlahan dan langsung memeluknya.
"Bogoshipoyo." Youngjae begitu merindukan Yoo Jung, karena sudah hampir satu minggu setelah Yoo Jung dipecat baru hari ini dia mampu melihat Yoo Jung Kembali.
"Nado bogoshipoyo." Yoo Jung yang juga sebenarnya sangat merindukan Youngjae, membalas pelukannya dengan hangat.
"Aku senang bisa bertemu denganmu malam ini Yoo Jung." Youngjae menatap tajam mata Yoo Jung yang bersinar.
"Kajja!" Yoo Jung menggandeng tangan Youngjae dengan cepat.
"Kita akan pergi kemana?"
"Akan kutunjukan sesuatu yang indah malam ini." Sementara mereka bergandengan tangan sepanjang jalan, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka, Jimin.
"Wanita itu, ternyata masih berani pergi bersama tunanganku. Shit." Tellihat Jimin sangat marah.
**
Kini Youngjae dan Yoo Jung berada di tepi tebing yang tinggi, Youngjae dan Yoo Jung duduk dengan santai di tebing itu. Udara malam yang sejuk menyempurnakan suasana romantis malam itu.
"Indah bukan? Kau dapat melihat keindahan laut dan dari sini kau juga bisa melihat gunung itu." Yoo Jung mengarahkan jarinya ke sebuah gunung yang sangat jauh namun terlihat begitu dekat.
"Ne, bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?" Youngjae yang kini merubah posisinya yang semula duduk di samping Yoo Jung kini merebahkan kepalanya tepat di paha Yoo Jung.
"Saat aku kecil, jika aku sedang mengalami masalah aku hanya pergi ke tempat ini. Lihat, jika posisi mu tertidur seperti ini, kau dapat melihat bintang yang indah itu." Kini Yoo Jung mengarahkan jarinya ke langit yang bertabur bintang.
"Ne, kau benar. Indah sekali." Yoo Jung mulai mengelus pelan rambut hitam Youngjae.
Youngjae masih terus menikmati pemandangan indah itu sambil merasakan betapa lembutnya sentuhan tangan Yoo Jung. Matanya mulai terlelap karena sangat lelah, sementara Yoo Jung masih mengelus pelan rambut Youngjae.
"Chagi, andai kau bisa memilihku mungkin aku adalah orang paling beruntung yang bisa mendapatkanmu. Tidurlah sejenak, aku akan menamanimu." Yoo Jung mengecup perlahan kening Youngjae yang sudah terlelap dalam tidurnya. Lalu tersenyum dan mulai memandang ke langit, berharap permohonannya terkabul untuk mendapatkan Youngjae.
Beberapa jam berlalu, dan hari sudah semakin larut. Yoo Jung mencoba membangunkan Youngjae perlahan, saat mata Youngjae mulai terbuka dia mulai tersenyum.
"Berapa lama aku tertidur?" Youngjae yang langsung membangkitkan tubuhnya terlihat mulai linglung.
"Hanya 4 jam." Yoo Jung tersenyum karena melihat tingkah Youngjae yang panik.
"Ahh mianhae, aku sangat lelah. Apa kau lelah? Ayo kita pulang." Youngjae menggandeng tangan Yoo Jung menuju mobilnya.
Kini giliran Yoo Jung yang tertidur di dalam mobil Yougjae karena sudah merasa lelah dan Youngjae hanya tersenyum sambil terus menyetir. Sesampainya di rumah Yoo Jung, Youngjae membangunkan Yoo Jung perlahan.
"Aah sudah sampai, gomawo ne." Sesaat Yoo Jung ingin membuka pintu mobil Youngjae, tangannya ditahan oleh Youngjae.
Sebuah kecupan ringan di berikan Youngjae tepat di bibir Yoo Jung, sesaat Yoo Jung terpaku namun Yoo Jung pun langsung menikmatinya.
"Saranghae." Youngjae tersenyum setelah berhasil meluluhkan hati Yoo Jung dengan ciumannya itu. Yoo Jung tersenyum dan mengecup sekali lagi bibir Youngjae.
"Saranghae." Yoo Jung keluar dari mobil Youngjae dan tersenyum menatap mobil Youngjae yang mulai melaju meninggalkan rumah Yoo Jung.
Malam yang indah untuk Youngjae dan Yoo Jung.
**
Mentari pagi menyinari kamar Youngjae. Pria berparas tampan itu membuka matanya perlahan namun seluruh badannya terasa seperti di tusuk benda tajam, sangat sakit. Youngjae kembali merebahkan tubuhnya di ranjangnya, sepertinya dia sakit. Tiba-tiba saja ponsel Youngjae berdering, siapa lagi yang menelponnya sepagi ini kalau bukan Jimin.
"Yeoboseyo."
"Yoo Youngjae, kemana saja kau semalaman? Tidak memberi kabar, bahkan telponku tak kau angkat! Ayo bangun sekarang dan antar aku ke rumah pamanku."
"Jimin, mianhae."
"Kau ingin memberiku alasan apalagi hah? Hari ini kau libur bekerja bukan? Ayolah Youngjae, antarkan aku." Youngjae menghela nafasnya, terlihat Youngjae menahan amarhnya.
"Jimin, tubuhku sangat sakit bahkan aku tak mampu untuk bangkit dari kasurku. Bisakah pak supir saja yang mengantarmu hari ini?"
"Youngjae, mengapa kau menjadi seperti ini? Apa karena wanita itu?" Suara Jimin terdengar seakan ingin menangis.
"Jika kau tidak percaya, kau bisa kerumah sekarang. Ayolah Jimin, jangan seperti ini. Aku janji akan mengantarmu lain kali ya. Saranghae." Youngjae mencoba membujuk Jimin yang sepertinya mulai marah.
"Ah sudahlah." Dengan cepat sambungan mereka terputus, Youngjae menghela nafasnya dan mulai merebahkan kembali tubuhnya.
Jimin POV
Akan kutunjukan padamu Yoo Jung bagaimana caranya bermain. Aku begitu kesal setelah menelpon tunanganku pagi ini, apa ini alasan dia lagi untuk mulai menjauhiku? Dengan kesal aku menghubungi Yoo Jung dan mengajaknya untuk bertemu siang ini denganku.
Akan kutunjukan padamu Yoo Jung bagaimana caranya bermain. Aku begitu kesal setelah menelpon tunanganku pagi ini, apa ini alasan dia lagi untuk mulai menjauhiku? Dengan kesal aku menghubungi Yoo Jung dan mengajaknya untuk bertemu siang ini denganku.
-Di Cafe-
"Apa yang membuatmu tiba-tiba mengajakku bertemu?" Wanita itu, ingin sekali aku membunuhnya.
"Jauhi Youngjae." Dengan tatapan tajam aku membentaknya.
"Bukankah kau ingin bermain? Akan kutunjukan bagaimana caranya bermain bersamaku."
"Neo! Apa kau tahu semua akan hancur jika Youngjae bersama dirimu."
"Benarkah? Aku tidak peduli, Youngjae tentu masih bisa hidup meski tanpa dirimu bukan?"
"Yaak Kim Yoo Jung! Berhentilah sekarang, atau kau tahu akibatnya."
"Kau mau apa?"
"Jika kau ingin bermain, ayo kita bermain. Bersainglah secara jujur." Aku langsung bangkit meninggalkan Yoo Jung.
Author POV
Yoo Jung tersenyum sinis saat Jimin berlalu meninggalkannya.
"Siapa yang akan mendapatkan Youngjae, kita lihat saja nanti." Yoo Jung menghubungi Youngjae.
Betapa terkejutnya Yoo Jung saat mengetahui bahwa Youngjae sedang sakit.
"Apa aku harus kerumahmu sekarang?" Yoo Jung terlihat begitu panik.
"Ya kesinilah, Appa sedang di kantor jadi tidak masalah jika kau kerumahku sekarang."
"Tunggu aku." Yoo Jung segera bangkit dan mengendarai mobilnya menuju rumah Youngjae.
Senyum Youngjae langsung terpancar di sudut bibirnya. Hanya butuh 30 menit kini Yoo Jung sudah sampai di depan gerbang besar kediaman Youngjae. Yoo Jung membawa beberapa buah segar untuk Youngjae, di bantu oleh beberapa pelayan di rumah itu kini Yoo Jung sudah berada di kamar Youngjae. Senyum simpul menghiasi wajahnya saat memasuki kamar Youngjae, sedikit merasakan kesedihan karena dia melihat tubuh Youngjae yang lemah terbaring di kasur itu, wajah pucatnya pun terlihat jelas di mata Yoo Jung. Perlahan Yoo Jung melangkahkan kakinya menuju tubuh Youngjae.
"Gwaenchana?" Yoo Jung terlihat khawatir dengan keadaan Youngjae.
Youngjae hanya terseyum membalas pertanyaan yang Yoo Jung lemparkan, perlahan Youngjae menggerakan tubuhnya agar posisinya kini terduduk, tangan Youngjae menepuk pelan kasur posisi di sebelahnya, kode agar Yoo Jung duduk di sebelahnya.
"Apa kau sudah ke dokter?" Yoo Jung yang kini duduk di sebelah Youngjae mulai menyentuh pelan dahi Youngjae.
"Naneun gwaenchana chagi-ya." Youngjae meraih tangan Yoo Jung yang semula menyentuh dahinya, menggenggam erat tangan itu seakan meminta kekuatan dari gadis cantik di sebelahnya.
"Aku bertanya padamu, jawablah yang benar Youngjae."
"Aku sudah ke dokter chagi."
"Lalu, apa kata dokter?"
"Aku.. aku mengidap kanker otak stadium 4 chagi."
"MWO?" Yoo Jung seakan tertusuk ribuan pedang setelah mendengar pernyataan Youngjae.
"Kekeke~ aniya chagi. Aku hanya terlalu lelah, aku bercanda."
"Yaakk! Yoo Youngjae! Aku hampir terkena serangan jantung. Aiigooo." Yoo Jung memukul pelan kepala Youngjae yang tertawa dengan puas karena berhasil mengerjai Yoo Jung.
"Chagi-ya mianhae. Kekeke~." Youngjae memeluk tubuh Yoo Jung, seketika Yoo Jung terdiam mendapat pelukan hangat yang diberikan Youngjae, dan senyum mereka terulas di bibir mereka. Yoo Jung perlahan memotong sebuah apel dan menyuapi Youngjae yang kini bersandar di bahunya, sambil menonton televisi Yoo Jung selalu menyuapi Youngjae.
"Saranghae." Seketika degup jantung Yoo Jung berdetak cepat saat Youngjae mengucapkan satu kata yang mampu membuat dirinya melayang.
Youngjae perlahan bangun dari kenyamanannya dan menatap dalam ke manik mata gadis di hadapannya. Perlahan Youngjae mendekatkan wajahnya ke gadis itu, dan seketika Yoo Jung memejamkan matanya.
Chuu~~
Youngjae menempelkan bibir manisnya tepat di bibir indah Yoo Jung, mereka saling menikmati ciuman mesra mereka. Seakan dunia kini hanya milik mereka berdua, Yoo Jung tersenyum setelah melepaskan bibirnya dari bibir Youngjae, dan Youngjae memeluk erat tubuh Yoo Jung.
"Youngjae, kau harus cepat sembuh setelah ini ne."
"Tentu saja, setelah aku sudah kembali beraktifitas aku akan mengajakmu pergi. Arraseo?"
Yoo Jung meninggalkan Youngjae dengan hati yang gembira, begitu pula dengan Youngjae.
Youngjae POV
Jika saja kau yang lebih dulu hadir di sisiku, mungkin aku akan bahagia seperti ini. Tidak, aku juga tak bisa menyalahkan Jimin yang sejak dulu berada di hidupku. Aku di hadapkan dengan dua pilihan tersulit, aku tak bisa merelakan kebahagiaanku, namun aku juga tak bisa merelakan apa yang sudah ku jalani hingga saat ini.
Aku menatap gadis itu yang mulai melangkah keluar dari kamarku, Yoo Jung. Dia gadis yang baik, jika dia terus bersamaku dan berada di sisiku apa dia bisa bahagia?
Sekilas aku mengingat Jimin yang sedari tadi tidak ku pedulikan. Kulihat ponselku, tak ada panggilan ataupun pesan darinya. Kemana dia seharian ini? Kuputuskan untuk menhghubunginya.
"Yeoboseyo."
"Hmm."
"Chagi, dimana kau?"
"Di depan rumahmu."
"Mwo?" Aku terkejut dan segera melompat dari kasurku. Aku melangkah menuju jendela kamarku dan melihat ke arah luar. Dugaanku tepat sekali, dua gadis yang kucintai sedang berdiri saling berpandangan. Jimin yang masih menempelkan ponsel di telinganya langsung mendongak melihat ke arahku.
"Jimin." Aku mencoba memnaggilnya melalui ponsel ini.
"Apa yang kau lakukan di rumah tunanganku?" Ku dengar suara Jimin yang sedang berbincang dengan Yoo Jung.
"Aku menemaninya seharian ini karena Youngjae sedang sakit." Aku juga bisa mendengar suara Yoo Jung meski tak dapat melihat wajahnya.
"Dia tunanganku, apa kau pantas menemaninya?"
"Jimin, hentikan!" Aku terus mencoba untuk menghentikan perdebatan mereka melalui ponsel ini.
"Apa kau pantas disebut sebagai tunangan? Kau pergi berbelanja sementara tunanganmu sedang sakit."
Plaakk !!
"Jimin!" Aku menyaksikan Jimin menampar pipi Yoo Jung dengan cepat. Aku segera berlari keluar dan turun ke bawah.
"Jimin, hentikan!" Aku menggenggam erat tangan Jimin, sementara Yoo Jung memegangi pipinya yang memerah.
"Chagi! Cepat suruh wanita ini pergi dari hadapanku! Sekarang!"
"Yoo Jung, sebaiknya kau pergi dulu. Ne?" Dengan terpaksa aku menyuruh Yoo Jung pergi sebelum kemarahan Jimin semakin memuncak. Yoo Jung melangkahkan kakinya pergi dari rumahku dengan tatapan tajam ke arah Jimin, aku dapat merasakan kepedihan yang dirasakannya.
Author POV
Youngjae merenung sambil menatap Jimin yang sekarang tertidur pulas di ranjangnya. Jimin memiliki penyakit yang cukup serius, hingga dia tidak boleh sedikitpun memikirkan hal yang membuatnya marah. Tubuhnya bisa melemah seketika setelah marah.
Youngjae mengelus pelan rambut Jimin dan menatapnya sendu.
"Jimin, mengapa kau menjadi seperti ini? Ya, ini semua salahku, ini karena diriku. Maafkan aku Jimin, maafkan aku." Youngjae mencium kening Jimin dan menyelimuti tubuhnya.
Dilain tempat, Yoo Jung masih memegangi pipinya yang masih terasa nyeri tapi dia juga memegangi dadanya yanh terasa lebih sakit dibanding pipinya. Mengingat bagaimana Youngjae sama sekali tak membelanya.
"Apa yang harus kulakukan? Aku sudah melangkah sejauh ini, jika aku mundur sekarang maka semua usahaku akan sia-sia, tapi jika Youngjae tak mencintaiku, mengapa dia terus bersikap seolah aku yang akan menjadi pemenangnya." Yoo Jung terus bergelut dengan pikirannya sendiri.
**
Hari terus berlalu, bulan terus berganti. Tidak hanya Yoo Jung yang terus berusaha mendapatkan hati Youngjae yang utuh namun Jimin juga melakukan hal yang sama. Sedangkan Youngjae masih tidak bisa memilih siapa yang terbaik diantara mereka.
Youngjae POV
Aku kini sedang berada diantara kedua orang tuaku dan kedua orang tua Jimin, tentu saja mereka membicarakan tentang pernikahan kami. Jimin tellihat begitu anggun dengan drees putih dengan jepitan pita polkadot merah yang bersanggar di kepalanya. Sungguh aku memang mencintai Jimin, sejak perjodohan ini dimulai, aku sudah belajar mencintai Jimin. Tapi saat Yoo Jung muncul, ada kelebihan Yoo Jung yang tidak dimiliki Jimin. Ini bukan salah mereka tapi ini semua salahku.
"Youngjae, apa kau setuju?"
"Ah Ne." Lamunanku hilang saat appa menyebut namaku.
"Apa kau setuju Youngjae?"
"Ne appa." Aku melihat senyum Jimin yang merekah.
Aku berjalan keluar ruangan ini untuk menghirup udara segar, sepertinya musim gugur akan segera berakhir. Angin berhembus pelan merasuki tulang di tubuhku, tiba-tiba saja sebuah pelukan hangat merasuki tubuhku.
"Jimin." Ya dia memelukku dari belakang.
"Terima kasih Youngjae."
"Untuk apa?"
"Karena aku akan menjadi pemenangnya bukan?"
"Hmm."
"Apa kau mencintaiku Youngjae?"
"Ya Jimin, aku mencintaimu."
"Maka, berhentilah mencintainya untuk diriku." Seakan hatiku runtuh saat mengingat Yoo Jung. Bagaimana aku mengatakan semua ini kepadanya? Aku tak bisa mengatakan ini, mengatakan bahwa Yoo Jung akan kalah, apa aku harus menolak pernikahan ini?
**
Hari sudah mulai gelap, aku menyusuri jalan setapak di taman ini. Taman yang mempertemukan aku dengan Yoo Jung, aku duduk di bangku yang sama saat aku pertama kali menemukan name tag miliknya. Mengingat bagaimana senyumnya yang merekah setiap kali aku bersamanya. Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?
"Youngjae." Aku terkejut saat ada seseorang memanggil namaku.
"Yoo Jung."
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Tanpa ragu aku langsung memeluk tubuhnya, aku begitu merindukannya.
"Aku merindukanmu Yoo Jung." Kulihat senyum Yoo Jung yang terbentuk di bibirnya.
"Apa kau sedang ada masalah Youngjae?"
"Ya, kau benar. Masalahku begitu rumit."
"Ada apa? Katakanlah."
"Yoo Jung, aku tak tahu harus darimana memulai semua ini. Tapi kau berhak mengetahui semuanya."
Yoo Jung terus diam tanpa berkata.
"Yoo Jung, aku akan menikah dengan Jimin bulan depan."
-tbc-
Maaf untuk keterlambatan post ff ini .. karena seketika tak dapat inspirasi .. dan maaf untuk tbc nya lagi kekeke ~
terimakasih ..
Maaf baru bisa berkunjung kemari.
BalasHapus1. Menurut saya terlalu banyak kalimat di cerita ini. Coba lebih pertekan membuat narasi, tapi jangan pula narasi yang terlalu panjang padahal isinya sama dengan narasi sebelumnya.
2. Akan lebih baik jika kata-kata sanggahan atau kata-kata yang merujuk pada kalimat penolakan, ajakan, dan penerimaan, disingkat saja dan gunakan narasi untuk membuat cerita menjadi kuat. Beberapa contoh di cerita ini seperti: "Hmm" bisa dibuat dengan "wanita itu hanya bergumam tanpa menoleh ke lawan bicaranya."
3. Sebenarnya pembabakan dalam cerita ini masih abu-abu, belum jelas menggunakan 3 act structure atau 9 act structure. Kalau memang dibuat 3 act structure di babak ini kamu harusnya membuat narasi tentang setting, lalu babak akhir ditutup dengan penyelesaian masalah. Jika kamu membuat 9 act structure harusnya kamu membuat tokoh utama dalam cerita ini mengalami nasib yang benar-benar buruk sehingga semua tokoh yang ada dalam cerita bisa merasakan nasib yang dialami si tokoh utama, lalu babak akhir ditutup dengan protagonis dan antagonis saling menyerang dan penyelesaian masalah.
4. Karakter tokoh masih belum kuat dikarenakan terlalu banyaknya kalimat. Coba dibuat monolog yang menggambarkan sisi psikis si tokoh.
5. Perjelas latar yang digunakan, akan lebih baik di mix antara kalimat dan narasi agar selaras.
Semoga dilanjut lagi :) Maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.
.kurutawinn.
Arrgghh tengkyu bray . Tapi kata kata lu terlalu buat gue bingung bray . Hahaha jelasin lebih detail dan singkat nya bray . Gomawo bray kuruta
BalasHapus